Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 155 : EXT. JEMBATAN — SIANG
CAST : ANGGARA
Saat ini, Ang berada di atas jembatan. Ia beberapa kali melempar batu ke aliran sungai. Ang meluapkan emosinya.
ANGGARA
GUE BENCI SAMA LO NAJELINA! GUE BENCI! SAKIT HATI GUE! SAKIT JEL! AAAHHHH.
ANGGARA
Gue udah cinta mati sama lo! Dan ini balasan lo ke gue! Keluarga lo udah hancurin impian gue! Dan sekarang lo hancurin hati gue! Hidup gue hancur, Jel! HANCUR! Haah!
Ang menendang pagar besi jembatan dengan keras.
Cut to :
SCENE 156 : INT. KAMAR PASIEN RUMAH SAKIT — SORE
CAST : MARCEL DAN DOKTER
Marcel, musuh Anggara yang pernah kalah balapan motor dengan Anggara karena jatuh. Kini ia sudah sembuh dari kecelakaan itu dan ingin membalas dendamnya dengan Anggara.
Marcel saat ini duduk di depan dokter.
MARCEL
Bagaimana keadaan saya, Dok?
DOKTER
Alhamdulilah Marcel, dari hasil pemeriksaan terakhir kemarin, keadaan kamu sudah membaik.
MARCEL
Terima kasih, Dok. Apakah saya boleh pulang?
DOKTER
Oh, boleh, boleh. Kamu boleh pulang. Dan nanti kalau masih ada keluhan, bisa datang ke sini lagi.
MARCEL
Iya, Dok. Terima kasih, Dok. Kalau gitu saya pamit pulang.
Marcel dan dokter berjabat tangan.
DOKTER
Iya, iya, hati-hati Marcel.
Marcel kemudian bergegas keluar dari ruangan tersebut.
Cut to :
SCENE 157 : EXT. DEPAN RUMAH SAKIT — SORE
CAST : MARCEL
Setelah sampai di depan rumah sakit, Marcel mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Marcel akan menghubungi Ang.
MARCEL
Hallo, Anggara, masih ingat dengan suara gue?
VO ANGGARA
Marcel?
MARCEL
Ya, Marcel. Cowok yang lo kalahin waktu balapan kemarin. Sebenarnya lo nggak ngalahin gue sih, cuma lo dapet keberuntungan aja. Beruntung karena lo udah bisa bikin motor gue hilang kendali. Gue yakin sih, lo udah atur semua itu.
VO ANGGARA
Jangan asal nuduh lo. Gue nggak pernah main curang. Lo aja yang emang nggak bisa ngalahin gue.
MARCEL
Oke gue ngalah, gue emang nggak bisa ngalahin lo. Lebih tepatnya motor gue yang nggak bisa ngalahin motor lo. Lo menang ketolong sama mesin bukan kemampuan.
VO ANGGARA
Haha, gue menang karena ketolong sama mesin? Bego lo! Mesin juga nggak akan bisa melaju mulus tanpa kemampuan pengendara yang hebat.
MARCEL
Lo ngaku hebat? Okay, gue pengen lihat kehebatan lo.
VO ANGGARA
Mau lo apa? Balapan lagi? Oke, gue nggak takut.
MARCEL
Gue nggak mau adu motor. Gue maunya adu fisik.
VO ANGGARA
Lo nantang gue?
MARCEL
Kalau lo merasa jagoan, temuin gue di lapangan deket kampung. Inget Ang, gue pernah adu fisik sama Rehan kepala preman di Jaksel dan gue hampir habisin nyawanya. Lo masih mau terima tantangan gue?
VO ANGGARA
Lo pikir gue takut?
MARCEL
Oke, gue tunggu kedatangan lo.
Marcel kemudian menutup teleponnya dan bergegas menuju lapangan. Marcel siap untuk menghajar Anggara.
Cut to :
SCENE 158 : EXT. LAPANGAN KAMPUNG — SORE
CAST : ANGGARA, ANREZ, MARCEL, RIAN, ROY DAN BISMA
Beberapa menit kemudian, Ang sudah sampai di lapangan padang rumput yang lokasinya dekat dengan persawahan. Lapangan itu jauh dari jalan raya dan jalan menuju lapangan pun kecil hanya muat dilewati satu mobil saja. Keadaan lapangan sepi, sepertinya Marcel belum datang.
Ang duduk di atas motor dan tiba-tiba Anrez dan Rian datang lalu mensejajarkan motornya di samping Ang.
ANGGARA
Anrez, Rian? Lo berdua tau gue ada di sini?
ANREZ
Gue tau lo ditantang Marcel, kan?
ANGGARA
Lo tau dari mana?
ANREZ
Tadi gue liat Marcel telpon lo di rumah sakit. Dan gue inget kata Roy, setelah keluar dari rumah sakit, dia bakal balas dendam ke elo, Ang. Dia nggak terima sebagai ketua geng motor kalah balapan sama lo.
RIAN
Dan kita nggak percaya kalau dia bakal dateng sendirian. Pasti dia bakal ngajak temen gengnya buat ngalahin lo. Dia mainnya keroyokan. Maka dari itu kita datang buat bantuin lo, Ang.
ANGGARA
Thanks ya, Yan, Rez. Lo berdua selalu ada buat gue.
ANREZ
Salah satu dari kita bertiga punya masalah, kita harus selesaikan bareng-bareng. Dan gue yakin kita bakal bisa bikin geng motor Marcel kapok nggak bikin ulah lagi.
Kemudian Marcel datang bersama Roy dan Bisma. Mereka bertiga mengeraskan suara motornya seraya mengitari Ang dan kedua temannya.
RIAN
Sudah gue duga, dia bakal bawa anak buahnya. (Lirih)
Marcel dan kedua temannya berhenti di depan Ang. Mereka semuanya turun dari atas motor masing-masing.
Marcel dan Ang berhadapan sedangkan kedua teman-temannya berdiri di belakang sambil bersandar motor.
MARCEL
Benar-benar ngaku jagoan ternyata. (Tersenyum sinis menatap Ang)
ANGGARA
Kenapa emang? Lo takut?
MARCEL
Cuih, takut? Haha, nggak ada segininya lo di mata gue. (Sambil menyentilkan jari kelingkingnya di depan Ang)
ANGGARA
Oke, kita buktikan.
Marcel tersenyum sinis.
MARCEL
Berani nantang ternyata. Lo lawan gue, berarti lo udah siap bakal masuk ke ICU, atau bisa juga lo bakal masuk ke liang lahat.
Ang tersenyum sinis.
ANGGARA
BASI! Lo nggak usah sok nawarin gue, kalau akhirnya lo sendiri yang bakal masuk ke tempat itu.
Marcel mengumpat kasar lalu menojok pipi Ang dengan keras. Ang tak tinggal diam, ia kemudian membalas tonjokan Marcel. Begitu juga dengan teman-temannya, mereka semua saling adu kekuatan fisik untuk melawan satu sama lain.
Ang dan Marcel saling hajar menghajar. Tak peduli bagian tubuh mana saja yang jadi sasaran, mereka tetap terus menghantamnya. Hingga beberapa kali mereka hampir jatuh namun bangkit lagi untuk meluapkan emosinya.
Cut to :
SCENE 159 : EXT. PINGGIR JALAN LAPANGAN — SORE
CAST : ALVI DAN SANDRA
Dan pada saat itu, Alvi dan Sandra tak sengaja lewat. Sandra saat itu sedang membonceng Alvi. Dan Alvi-lah yang lebih dulu mengetahui perkelahian Ang dan Marcel dari kejauhan.
ALVI
San, San, San berhenti dulu San. (Sambil menepuk-nepuk bahu Sandra)
Sandra pun menghentikan motornya.
SANDRA
Apaan, Vi?
ALVI
Lihat tuh. Itu kan Ang, Anrez, Rian sama geng motor Marcel. Mereka berantem, San! (Alvi menujuk ke arah perkelahian itu)
Sandra menoleh dan memperjelas pandangannya dengan membuka kaca helmnya.
SANDRA
Astagfirullah! Ngapain mereka? Ya Allah, sampek kek gitu mukanya.
ALVI
Cepet telfon Najelina, San. Kasih tau kalau Ang sekarang lagi berantem. Siapa tau kalau Najelina datang, Ang bakal berhenti beranten, San.
SANDRA
Iya, iya. Bentar, gue telfon Najelina dulu.
Sandra membuka tas selempangnya lalu mengambil ponsel dan cepat-cepat menghubungi Najelina.
Cut to :
SCENE 160 : INT. MOBIL TAKSI — SORE
CAST : NAJELINA DAN SOPIR
Drt... drt... drt...
Ponsel Najelina bergetar di dalam tas. Ia masih berada di dalam taksi dan sekitar 50 meter lagi ia segera sampai di depan rumahnya.
Najelina lalu membuka tasnya dan mengangkat telepon dari Sandra.
NAJELINA
Iya, San. Ada apa?
VO SANDRA
Lo di mana? Cepet ke sini! Ang berantem sama Marcel!
Ang berantem? Di mana?
VO SANDRA
Lapangan rumput deket kampungnya Ang! Lo cepet ke sini! Kasian Ang!
NAJELINA
Oke, oke. Gue ke sana sekarang!
Najelina menutup teleponnya.
Taksi yang ditumpanginya sudah berhenti di depan rumahnya.
SOPIR
Mbak, sudah sampai.
NAJELINA
Puter balik Pak. Anterin saya ke lapangan deket kampung Sukamaju. Cepet Pak!
SOPIR
Oh, iya, iya Mbak. Siap!
Supir pun memutar balik taksinya menuju lapangan tempat Ang berkelahi.
Cut to :
SCENE 161 : INT. MOBIL FARIZ — SORE
CAST : FARIZ
Saat mobil taksi Najelina putar balik, mobil Fariz sampai di deoan gerbang rumahnya. Fariz melihat Najelina di dalam taksi karena kaca taksi terbuka.
FARIZ
Itu kan Najelina? Ngapain dia udah sampai kok balik lagi.