Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Skrip Film
NAJELINA
Penulis : Erin Sofia
FADE IN
SCENE 1 : INT. CAFE AMANDA — MALAM
CAST : NAJELINA, ALVI, SANDRA DAN SEMUA TEMAN SATU KELAS.
Malam ini, di Cafe Amanda sedang mengadakan private party dalam acara ulang tahun Amanda, teman satu kelas Najelina. Acara ulang tahun tersebut bertema Disney sehingga para undangan diwajibkan memakai gaun untuk para wanita dan para teman lelaki memakai kostum seperti pangeran. Cafe tersebut didesain seperti istana. Lightingnya warna warni serta memakai musik khas disney. Suasana di cafe tersebut sangat ramai dan terlihat Amanda sedang meniup lilin yang berbentuk angka 21. Najelina berdiri bersama Alvi dan Sandra, sahabatnya. Menyaksikan di barisan bersama teman-teman yang lainnya. Mereka tersenyum gembira lalu bertepuk tangan.
FADE IN
Cut to :
SCENE 2 : EXT. TERAS CAFE AMANDA — MALAM
CAST : NAJELINA, ALVI, SANDRA DAN 3 TEMAN LELAKI.
Close Up : Jam dinding cafe menunjukkan pukul 12 malam.
Insert : Tamu undangan pulang.
Najelina, Alvi dan Sandra berjalan keluar cafe dan berbincang-bincang di teras.
SANDRA
Lo pulang bareng siapa, Naj?
NAJELINA
Dijemput Kak Fariz, San.
ALVI
Pulang bareng kita aja. Gue bawa mobil.
NAJELINA
Nggak Vi. Gue nunggu Kakak gue aja. Gue udah bilang minta dijemput jam 12. Bentar lagi pasti dia nyampek.
SANDRA
Kalau Kakak lo ketiduran gimana?
NAJELINA
Nggak mungkin. Lo berdua tau kan, kalau Kakak gue itu protektif banget. Gue kalau malem nggak boleh pulang kalau nggak dia jemput. Dia takut kalau gue kluyuran malem-malem. Pasti sekarang dia nggak bisa tidur karena kepikiran gue.
SANDRA
Iya juga sih. Lo kan nggak boleh keluar malem-malem meskipun sama temen cewek. (Melirik Alvi)
ALVI
Ya karena Kakak lo nggak mau adiknya yang cantik ini ilang malem-malem diculik sama om-om. (Alvi tertawa)
NAJELINA
Issh. Apaan sih.
Beberapa cowok menghampiri Najelina.
COWOK 1
Naj, pulang bareng gue ya.
NAJELINA
Nggak. Makasih. (tersenyum)
COWOK 2
Sama gue aja, Naj!
NAJELINA
Hehe, nggak. Makasih. (Tersenyum ramah)
COWOK 3
Sama gue aja, Naj. Aman kok sampai rumah. (Mengusap rambut menebar pesona)
NAJELINA
Nggak, makasih ya. Bentar lagi dijemput kok.
ALVI
Di anter sesama cewek aja dia nggak mau. Apalagi sama cowok. (Tersenyum melirik Najelina)
COWOK 3
Ya udah kalau gitu. Gue duluan ya. (Berjalan ke mobil)
NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Iya. (Senyum)
ALVI
Kita juga pulang duluan ya, Naj. Lo di sini aja jangan kemana-mana. Biar Kakak lo nggak bingung nyarinya. Soalnya lo kan nggak bawa handpone.
NAJELINA
Iya, tenang aja.
SANDRA
Bye, Naj. Sampai ketemu besok di kampus. (Alvi dan Sandra berjalan menuju mobil dan Najelina tersenyum mengangguk)
Alvi dan Sandra pulang.
Najelina berdiri di depan cafe menunggu sang kakak.
Cut to :
SCENE 3 : EXT. TERAS CAFE — MALAM
CAST : NAJELINA
Close up : Jam tangan menunjuk pukul setengah satu.
Najelina gelisah menunggu kakaknya yang belum juga menjemputnya.
NAJELINA
Kak Fariz kemana sih kok belum jemput juga. Mana cafe udah tutup lagi. Mau telfon juga lupa bawa handphone.
Najelina berjalan ke pinggir jalan raya. Ia memutuskan untuk mencari taksi.
NAJELINA
Taksi kok nggak ada yang lewat ya. Mana jalanan sepi lagi. Bener-bener nggak bisa diharapkan Kak Fariz ini. (Mendecak kesal)
NAJELINA
Jalan ke sana aja deh. Siapa tau ada pangkalan ojek.
Najelina kemudian berjalan di tepi jalan raya mencari pangkalan ojek berharap bisa mengantarkannya ke rumah.
Cut to :
SCENE 4 : EXT. PINGGIR JALAN — MALAM
CAST : NAJELINA
Setelah beberapa menit berjalan, sepatu high heels Najelina patah.
NAJELINA
Aduh!
Najelina kaget kemudian mengarahkan pandangannya ke bawah.
NAJELINA
Yaelah. Pake patah segala. (Mendecak kesal)
Najelina melepas high heelsnya yang satu lagi dan menentengnya sambil terus berjalan. Karena ia tidak memakai sepatu hak tinggi lagi, gaunya pun kepanjangan dan menyapu jalanan. Ia pun menjinjing gaunnya agar mempermudah ia untuk berjalan. Najelina terus berjalan ke depan seraya menengok ke jalanan berharap ada taksi yang lewat. Sudah berjalan jauh, Najelina belum juga menemukan pangkalan ojek ataupun taksi sama sekali.
NAJELINA
Ke mana sih taksi. Kenapa belum ada yang lewat.
Hari semakin malam dan jalanan semakin sepi membuatnya tampak gelisah dan diselimuti ketakutan.
Cut to :
SCENE 5 : EXT. PINGGIR JALAN — MALAM
CAST : NAJELINA DAN DUA PREMAN
Beberapa menit kemudian, saat Najelina menengok ke belakang, tiba-tiba ia terkejut melihat dua preman berdiri di depannya.
PREMAN 1
Eits, mau ke mana cantik.
PREMAN 2
Cantik sekali. Jarang-jarang ketemu Cinderella malem-malem kayak gini. (Memperhatikan Najelina dari atas sampai ke bawah)
Najelina ketakutan lalu ia membalikkan badan dan mencoba berlari menjauh. Namun preman itu menghadang Najelina dari depan dan belakang.
NAJELINA
PERGI KALIAN! TOLONG! (Teriak)
PREMAN 1
Mau minta tolong sama siapa cantik. Di sini cuma ada kita bertiga. Kita baik kok. Kita cuma pengen kenalan aja.
NAJELINA
NGGAK!
PREMAN 2
Jangan takut. Kamu makin cantik kalau ketakutan gitu. Ikut kita yuk, kita akan bawa kamu ke tempat yang indah. Kita seneng-seneng bareng. (Mencolek pipi Najelina)
Najelina semakin ketakutan dan preman itu kemudian menggenggam erat-erat tangan Najelina.
NAJELINA
LEPASIN! TOLONG! TOLONG! LEPASIN! (Berontak)
Preman yang satunya kemudian membungkam mulut Najelina dengan lakban hitam. Kedua preman itu membawa Najelina dan dimasukkan ke dalam mobil box hitam. Preman itu membawa Najelina pergi ke pelosok yang jauh dari jalan raya.
Cut to :
SCENE 6 : INT. DALAM MOBIL — MALAM
CAST : NAJELINA DAN DUA PREMAN
Di dalam mobil, satu preman menyetir dan preman yang satunya sibuk mengikat kedua tangan Najelina dengan tali.
NAJELINA
Em, em, em! (Bergumam dan menangis)
Cut to :
SCENE 7 : EXT. DEPAN RUMAH KOSONG — MALAM
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN DUA PREMAN.
Beberapa menit kemudian, preman itu memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah kosong yang berdebu. Tampak banyak pepohonan di sekitarnya dan jauh dari perkampungan. Preman itu kemudian memaksa turun Najelina dari dalam mobil. Najelina berusaha berontak namun apalah daya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya berada di genggaman preman yang sangat kuat. Preman itu kemudian membuka pintu rumah kosong tersebut dan memaksa Najelina masuk ke dalam.
Insert : Anggara memakai sarung di kepala seperti ninja yang terlihat matanya saja dan membawa senter. Anggara melihat kejadian itu dari kejauhan lalu mengarahkan senternya ke arah pintu rumah kosong.
Close up : Dua preman memaksa masuk Najelina ke dalam rumah kosong
Anggara terkejut lalu menjatuhkan senternya ke tanah dan langsung berlari menuju rumah kosong tersebut.
Cut to :
SCENE 8 : INT. RUMAH KOSONG — MALAM
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN DUA PREMAN
Setelah dua preman itu berhasil memasukkan Najelina, kemudian preman itu mengunci pintu dari dalam. Preman itu kemudian mendorong Najelina untuk tidur di sebuah kasur. Najelina hanya bisa menangis.
PREMAN 1
Jangan takut cantik. Kita di sini bakalan seneng-seneng kok. (Menatap wajah Najelina dekat)
Preman 1 menaik turunkan alisnya saat melirik preman 2 yang berada di samping Najelina. Mengode akan dimulainya tindakan bejat. Preman 2 mengangguk senang. Isak tangis Najelina semakin keras kala melihat tubuh preman itu mulai mendekat.
Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Anggara kemudian mendobrak pintu dengan keras dan terlihat membawa balok kayu di tangannya.
Brak! (Suara pintu)
Anggara berlari ke arah preman 1 dan memukul punggung preman 1 dengan keras hingga tersungkur ke lantai.
PREMAN 2
WOY! SIAPA LO!
Preman 2 langsung mengambil balok kayu yang ada di sampingnya dan dipukulkan ke tubuh Anggara hingga terjatuh. Mereka bertiga berkelahi saling menghajar satu sama lain.
Najelina berdiri dan berlari menuju pintu berusaha untuk keluar namun tidak bisa. Pintu tersebut tertutup dan Najelina tidak bisa membukannya karena tangannya masih diikat. Najelina hanya bisa menangis dan berdiri di samping pintu menyaksikan perkelahian mereka.
Beberapa menit kemudian, Anggara berhasil melumpuhkan kedua preman tersebut hingga jatuh ke lantai. Anggara berlari ke arah Najelina dan menggandeng lengan tangan Najelina untuk diajak keluar.
Cut to :
SCENE 9 : EXT. DEPAN RUMAH KOSONG — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Anggara mengunci pintu. Ia cepat-cepat membuka tali yang mengikat tangan Najelina dari belakang. Namun, Anggara tampak kesusahan membuka tali karena tali tersebut begitu kuat mengikat tangan Najelina.
Voice Over : WOY! JANGAN LARI LO! (Teriak preman di dalam rumah kosong sambil mendobrak pintu)
Anggara kemudian membopong Najelina dan berlari menjahui rumah kosong tersebut.
Cut to :
SCENE 10 : EXT. JALAN KAMPUNG — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Anggara berjalan dengan tergesa-gesa mencari tempat yang aman untuk membuka tali yang mengikat tangan Najelina. Saat dibopong Anggara, Najelina terus memandangi mata Anggara karena hanya matanya saja yang terlihat. Najelina terus memandangi lelaki itu. Sadar bahwa perempuan yang dibopongnya itu memperhatikan matanya, Anggara kemudian memandang mata Najelina juga.
Close Up : Anggara berhenti lalu mereka berdua saling menatap mata.
Cut to :
SCENE 11 : EXT. TAMAN — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Anggara berhenti di sebuah taman kampung yang jauh dari rumah kosong. Ia tampak kelelahan lalu menurunkan Najelina. Dan Najelina berdiri di depannya. Kemudian Anggara membuka lakban yang menutup mulut Najelina.
NAJELINA
Terima kasih ya. Kamu udah nyelametin aku dari preman itu. Kamu hebat banget. Makasih ya. Kalau nggak ada kamu aku pasti udah disiksa sama preman itu. Sekali lagi, makasih ya.
Anggara tidak menjawab ucapan Najelina. Ia sibuk membuka tali di belakang Najelina dan tampak kesulitan.
NAJELINA
Kalau boleh tau, nama kamu siapa?
Nama kamu siapa?
Hey, nama kamu siapa?
Aku nggak boleh tau nama kamu, ya?
Nama kamu siapa? Aku pengen kenalan sama kamu. Aku pengen tau siapa nama seseorang yang udah nyelametin aku. Aku berterima kasih banget sama kamu. Pliss, nama kamu siapa?
Anggara tidak menjawab sama sekali. Ia masih saja sibuk membuka tali. Beberapa detik kemudian, akhirnya tali berhasil dibuka. Najelina langsung menatap lelaki itu dan mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan.
NAJELINA
Kenalin, nama aku Najelina. Nama kamu siapa?
Anggara berjabat tangan dengan Najelina. Dan langsung menggandeng tangan Najelina lalu mengajaknya berjalan cepat-cepat menuju ke suatu tempat.
NAJELINA
Eh, eh. Kamu mau bawa aku ke mana? (Berjalan cepat sambil menjinjing gaun)
Close Up : Mata Anggara lurus ke depan dan sesekali melirik Najelina di sampingnya.
NAJELINA
Kamu mau bawa aku ke mana? (Berjalan cepat)
Cut to :
SCENE 12 : EXT. PINGGIR JALAN RAYA — MALAM
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN SOPIR TAKSI
Anggara dan Najelina berhenti di pinggir jalan.
NAJELINA
Kita mau ngapain?
Kamu mau ajak aku nyebrang?
Kita mau ke mana sih?
Najelina terus memandangi mata Anggara dengan wajah kebingungan. Anggara kemudian melambaikan tangan ke arah taksi yang akan lewat di depannya. Dan kemudian taksi tersebut berhenti di depan Najelina.
Anggara merogoh sakunya lalu mengeluarkan uang dan diberikan kepada sopir taksi. Najelina memperhatikan apa yang dilakukan Anggara. Anggara berlari menjauh meninggalkan Najelina yang masih berdiri di tempat.
NAJELINA
AKU NGGAK AKAN NAIK TAKSI SEBELUM AKU TAU SIAPA NAMA KAMU! (Najelina berteriak menatap Anggara yang berlari menjauh)
Anggara kemudian memberhentikan langkahnya. Ia mengeluarkan kertas biru dan bolpoin dari dalam saku celananya. Ia kemudian menuliskan sesuatu di kertas tersebut. Setelah selesai menulis, Anggara melipat kertas tersebut menjadi pesawat. Dan kemudian diterbangkan ke arah Najelina.
Close Up : Pesawat kertas jatuh ke tanah tepat di depan kaki Najelina. Najelina kemudian mengambil pesawat kertas tersebut lalu membukanya.
Voice Over NAJELINA :
Namaku J. Kamu selalu hati-hati ya. Semoga kejadian tadi tidak terulang kembali. Semoga kita bisa bertemu lagi. Jaga diri kamu baik-baik ya.
Najelina kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke Anggara. Namun Anggara sudah tidak ada di tempat.
NAJELINA
JE! (Najelina berteriak sambil memperhatikan kanan kiri)
SOPIR TAKSI
Mbak, ayo naik.
Najelina kemudian masuk ke dalam taksi tersebut. Najelina duduk seraya terus melihat ke arah belakang mencari keberadaan Anggara. Kemudian ia kembali membaca tulisan di kertas biru itu.
Close Up : Surat biru yang dipegang Najelina. Lalu Najelina tersenyum dan memeluk kertas tersebut.
Cut to :
Long Shot : Taksi Najelina berjalan di jalan raya.
MAIN TITLE to CREDIT TITLE
FADE OUT