Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 176 : INT. RUMAH ANREZ — SIANG
CAST : NAJELINA, ANGGARA, ALVI, SANDRA, ANREZ, RIAN, LASTRI, TIRTA, SAFIRA, AFAN, PENGHULU DAN KELUARGA ANREZ
Beberapa menit kemudian, ruang tamu Anrez diubah menjadi tempat akad nikah. Dimana Ang dan Najelina sudah duduk berdampingan di depan sang penghulu. Saat itu, Ang sudah terlihat rapi memakai kemeja putih dan berpeci hitam. Akad nikah mereka disaksikan oleh keluarga Anrez, Nek Lastri dan sahabat-sahabat mereka berdua yaitu Anrez, Rian, Alvi dan Sandra.
PENGHULU
Apakah Anda sudah siap?
ANGGARA
Siap!
Penghulu pun menjabat tangan Anggara.
PENGHULU
Saya nikahkan engkau ananda Anggara Kurniawan bin Hasan dengan Najelina Annastasia binti Tirta Wiraja dengan mas kawin uang lima ratus ribu rupiah dibayar tunai.
ANGGARA
Saya terima nikahnya Najelina Annastasia binti Tirta Wiraja dengan mas kawin uang lima ratus ribu rupiah dibayar tunai!
PENGHULU
Bagaimana para saksi?
SAKSI
SAH!
ANGGARA
Alhamdulillah.
Ang menghela nafas lega dan kemudian melihat sang istri di sampingnya.
Najelina tersenyum bahagia lalu ia mencium tangan Anggara yang kini resmi menjadi suaminya itu. Dan kemudian Anggara mencium kening Najelina.
Beberapa detik kemudian, tiga mobil mewah berhenti di depan rumah Anrez. Fariz, Afan, Safira dan Tirta, keluar dari dalam mobil tersebut.
Fariz berjalan tergesa-gesa menghampiri Anggara dengan wajah marah.
Fariz kemudian menarik kerah baju Anggara dan langsung menojok serta menendang perut Anggara dengan kencang.
FARIZ
Bener-bener bangsat! Bajingan! Pengecut lo Anggara. Berani-beraninya lo bawa kabur Najelina dan sekarang, lo berani nikahin Najelina tanpa sepengetahuan keluarganya. Bener-bener bangsat lo Anggara! Bangsat!
Fariz mengumpat seraya terus menghajar Anggara.
Anggara hanya diam. Ia tak ingin membalas sedikitpun karena Ang tahu ia berlawanan dengan siapa.
Lalu Anrez dan semuanya mencoba meredamkan amarah Fariz.
ANREZ
Berhenti Pak Fariz, berhenti. Kita bicarakan masalah ini baik-baik. Pak Fariz tenang, tenang.
Anrez berdiri di tengah-tengah.
RIAN
Ang, lo nggak apa-apa?
Ang hanya diam saja. Ia sibuk mengusap darah yang keluar dari bibirnya.
NAJELINA
Kak! Kakak jangan kejam seperti itu. Kasian Anggara. Dia suami Najelina, Kak! Semua ini Najelina yang minta. Najelina ingin menikah dengan Anggara. (Menangis)
Najelina mendekati Anggara.
Tirta menarik tangan Najelina lalu menamparnya.
TIRTA
Kurang ajar kamu, Najelina! Bikin malu keluarga! Papa sudah capek-capek bikin pernikahan di gedung, kamu malah kabur ke sini dan menikah dengan laki-laki berandalan itu! Bener-bener---
Tirta sangat marah dan ingin menampar Najelina lagi namun dihentikan oleh Safira.
SAFIRA
Mas, jangan sakiti Najelina. Kasihan.
Safira memeluk Najelina.
TIRTA
Apa? Kasihan kamu bilang? Nggak ada kata kasihan buat dia! Dia udah mempermalukan keluarga! Dia sendiri tidak kasihan dengan orang tuanya, Safira! Malah sekarang berani membangkang dan nikah tanpa seizin orang tuanya! Anak seperti itu yang menurut kamu patut dikasihani, hah? Harusnya dia itu ditampar lebih keras lagi!
Najelina terus menangis.
ANGGARA
Maafkan saya, Pak. Jangan salahkan Najelina. Saya akan bertanggung jawab menjadi suami Najelina, Pak. Beri saya kesempatan Pak untuk membuktikan bahwa saya mampu membahagiakan Najelina.
TIRTA
Nggak sudi saya punya menantu seperti kamu!
Fariz mendorong bahu Ang.
FARIZ
Omong kosong! Laki-laki seperti lo nggak akan bisa bahagiain Najelina, lo cuma bisa bacot doang. Harusnya lo itu sadar diri. Lo itu siapa, hah? Kere hidup nggak jelas barani-beraninya nikahi anak orang kaya. Lo kasih makan apa adik gue nanti, hah? Nasi sama garem?
ANGGARA
Saya berjanji, Pak. Saya akan bahagiakan Najelina. Saya akan memberikan kehidupan yang layak untuk Najelina.
NAJELINA
Pa, Kak, tolong kasih kesempatan Anggara buat buktiin kalau dia bisa bahagiain Najelina. Najelina nggak pernah terbebani dengan kehidupan Anggara yang masih susah. Najelina terima Anggara apa adanya, Kak, Pa.
TIRTA
DIAM KAMU!
FARIZ
Gue nggak akan kasih lo kesempatan apapun Anggara. Malah gue, minta elo buat nalak Najelina. Cepet talak Najelina, sekarang!
ANGGARA
Nggak, nggak. Saya nggak akan nalak Najelina. Saya mencintai Najelina dan selamanya Najelina akan menjadi istri saya. Saya tidak akan menalak Najelina.
NAJELINA
Jangan Ang. Jangan pernah talak aku. Aku nggak mau pisah sama kamu.
FARIZ
Cepat TALAK Najelina, SEKARANG! Kalau nggak, lo bakal gue hajar lebih parah dari tadi. Cepet talak Najelina!
NAJELINA
Kak, Kakak jangan seperti itu. Najelina nggak mau cerai sama Anggara, Kak.
FARIZ
Cepet Anggara! Talak Najelina!
Ang geleng-geleng kepala.
ANGGARA
Saya tidak akan menalak Najelina. Saya cinta dengan istri saya.
FARIZ
Oh, ternyata berani lo ya.
Fariz kemudian menarik paksa lengan tangan Anggara lalu dibawanya keluar rumah.
Cut to :
SCENE 177 : EXT. DEPAN RUMAH ANREZ — SIANG
CAST : NAJELINA, ANGGARA, ALVI, SANDRA, ANREZ, RIAN, LASTRI, TIRTA, SAFIRA, AFAN, PENGHULU DAN KELUARGA ANREZ
Fariz menghajar Anggara habis-habisan di halaman rumah Anrez.
LASTRI
Jaka.
Lastri hanya bisa terus menangis melihat nasib cucunya itu. Alvi dan Sandra memeluk Nenek Lastri.
Anrez dan Rian melerai amarah Fariz. Namun sialnya, mereka malah ikut terkena tonjokan Fariz. Fariz benar-benar sangat emosi dengan Anggara.
NAJELINA
Kak, jangan sakiti Anggara, Kak!
Najelina mencoba melepaskan genggaman Tirta dari tangannya.
Lalu Ang kesakitan di bagian perut dan ia memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut. Ang cepat-cepat menaiki motornya lalu pergi entah kemana.
Dan akhirnya, Fariz tersenyum bahagia bisa membuat Ang pergi dari tempat tersebut.
Najelina berhasil melepaskan genggaman papanya lalu berlari mengejar Ang.
NAJELINA
Anggara, tunggu!
Lalu Fariz menghadang Najelina dan menggengam paksa tangan Najelina agar tidak mengikuti Anggara pergi.
FARIZ
Kamu mau kemana, hah? Sekarang cepat kamu ikut Kakak pulang! Tinggalin Anggara!
Najelina mencoba berontak.
NAJELINA
Nggak mau! Lepasin! Najelina cinta Kak sama Anggara. Najelina nggak mau pisah sama Anggara. Tolong Kakak ngertiin perasaan Najelina. Tolong, jangan pisahkan Najelina dengan suami Najelina, Kak. Najelina cinta sama dia!
FARIZ
Kakak heran sama kamu ya. Apa sih yang kamu inginkan dari laki-laki itu, hah? Dia itu nggak akan bisa bahagiain kamu. Dia itu dari keluarga orang susah. Pekerjaannya nggak jelas, cuma jadi pencuci mobil sama pemulung, Najelina. Dia rakyat kecil, beda jauh dengan keluarga kita.
Mendengar ucapan Fariz itu, Anrez kemudian mendekati Fariz.
ANREZ
Pak Fariz jangan seenaknya menghina pekerjaan orang lain. Bapak sadar nggak sih, kalau bukan karena rakyat kecil yang jadi pemulung, pabrik kerajinan barang bekas Bapak yang terkenal itu nggak akan bisa maju tanpa mereka. Emang Bapak mau cari barang bekas sendiri buat pabrik Bapak? Nggak kan? Bapak jangan menganggap remeh pekerjaan itu. Pekerjaan pemulung yang menurut Bapak remeh itu, itu adalah pekerjaan yang dibutuhkan perusahaan besar seperti perusahaan Bapak. Iya kan? Kalau Bapak masih saja menghina pekerjaan itu, mereka semua yang bekerja di pabrik Bapak akan meninggalkan usaha Bapak. Dan apa yang akan terjadi? Pabrik Bapak akan gulung tikar. Karena pemimpinnya terhormat tapi ucapannya tidak patut dihormati. Jadi, Anda sebagai pemimpin, baik- baik dengan rakyat kecil, mereka-lah yang membantu memperlancar usaha Bapak. Ingat ya Pak Fariz, perusahaan Bapak tidak akan bisa berdiri tanpa kaki rakyat kecil dibawahnya.
Fariz sepertinya mulai mencerna perkataan Anrez.
ANREZ
Dan satu lagi, Pak. Anda jangan cuma melihat dari mananya seseorang itu berasal. Tapi Anda juga harus melihat kemana seseorang itu bertujuan. Seperti Anggara yang cuma Anda lihat dari latar belakangnya. Tapi tidak Anda lihat kerja kerasnya untuk mencapai tujuan.
Lalu Najelina menggigit lengan tangan Fariz agar ia bisa lepas dari genggaman tangan kakaknya itu. Sontak Fariz pun kaget dan kesakitan. Tangannya reflek melepaskan genggamannya.
Dan seketika, Najelina pun berlari sekencang-kencangnya ke jalanan untuk menjauhi mereka.
FARIZ
Najelinaa! Jangan lari kamu!
Lalu Fariz dan keluarganya mengejar Najelina sampai ke jalan raya.