Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 162 : EXT. LAPANGAN KAMPUNG — SORE
CAST : ANGGARA, MARCEL DAN TEMAN-TEMAN
Di lapangan, Ang dan Marcel serta teman-temannya masih saja adu jotos. Wajah mereka babak belur dan penampilannya sekarang acak-acakan.
Beberapa menit bertarung, akhirnya Ang jatuh tergeletak di tanah dengan bibir mengalir darah. Ang merintih kesakitan, ia terus memegang dadanya. Anrez dan Rian yang juga babak belur berlari mendekati Ang dan menolongnya. Sedangkan Marcel yang juga luka-luka di seluruh wajahnya, tertawa melihat Ang yang jatuh ke tanah.
MARCEL
Haha. Segini aja kemampuan lo? Ayo bangun kalau masih berani sama gue. Dan gue baru tau. Ternyata ini, Anggara yang katanya terkenal jagoan di kampusnya. Haha aslinya cemen gaes.
Teman-teman Marcel tertawa.
MARCEL
Haha, gimana kalau yang kalah, motornya harus diserahkan ke pemenang. (Sambil tersenyum melirik temannya)
ROY
Bagus itu, Cel.
BISMA
Ide cemerlang.
ANREZ
Cel! Lo kok curang sih. Perjanjiannya nggak gitu dari awal. Enak aja, sekarang tau Ang kalah, lo seenaknya aja main serah-serahin motor. Nggak, gue nggak setuju!
RIAN
Bener-bener licik lo Cel.
Eh, Rez. Kalau perjanjian ini udah ada dari awal, emang bisa menjamin Ang menang? Nggak kan? Jadi ya nggak apa-apa lah kalau perjanjian diucapkan belakangan. Biar surpise gitu. Masa sih kita berantem tunjukin siapa yang lebih hebat diantara kita, masa nggak ada hadiahnya. Iya nggak? (Menoleh ke temannya seraya mengangkat kedua alisnya)
Ang kemudian berdiri dan menatap Marcel.
ANGGARA
Oke, gue terima perjanjian itu. Dan inget ya Cel, gue belum kalah.
ANREZ
Ang, motor lo satu-satunya Ang taruhannya. (Mendekati Ang)
ANGGARA
Lo pikir gue bakal kehilangan motor gue? Nggak bakal Rez.
MARCEL
Oke, ayo maju.
Anrez kemudian mundur.
Ang dan Marcel memulai perkelahian lagi. Mereka kembali saling adu jotos di bagian tubuh manapun.
Berapa menit kemudian, Ang terjatuh lagi. Dan kali ini ia kesakitan di bagian perut karena Marcel menghantam perut Ang dengan keras.
Entah bagaimana sekarang kondisi tubuh Ang, yang jelas ia benar-benar kesakitan. Lalu tiba-tiba fikirannya terlintas adegan Afan hendak mencium bibir Najelina di butik pagi tadi.
FLASH BACK : Ang melihat Afan hendak mencium Najelina.L
Lalu seketika Ang menatap tajam Marcel dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Ang berniat akan meluapkan rasa sakit hatinya terhadap Najelina dan Afan ke tubuh Marcel. Ang kemudian langsung berdiri, rasa sakit di tubuhnya seketika hilang, digantikan dengan rasa sakit hati yang mendalam. Energi dari sakit hatinya membuat Ang semakin kuat menghajar Marcel kembali. Ang menendang perut Marcel lalu Marcel melawannya.
Dan akhirnya Ang berhasil menjatuhkan Marcel. Lalu Ang menghajar Marcel dengan melebarkan kakinya di atas tubuh Marcel yang terlentang.
Cut to :
SCENE 163 : EXT. LAPANGAN KAMPUNG — SORE
CAST : NAJELINA, TIRTA, FARIZ, PAK KADES DAN WARGA
Sialnya, pada saat adegan Ang menghajar Marcel yang sedang terlentangp di tanah, Najelina datang dan diikuti warga kampung. Terlihat juga Fariz serta Tirta ikut tergesa-gesa menghampiri perkelahian itu.
SEMUA WARGA
Woy, berhenti woy! (Teriak)
Ang dan semua pelaku perkelahian kaget melihat banyaknya warga yang datang. Marcel yang kala itu tidur terlentang kemudian dibantu duduk temannya. Marcel benar-benar kesakitan dan tubuhnya melemah. Dan Ang, Ang berdiri lalu digenggam paksa lengan tangannya oleh Fariz dan kemudian dihadapkan ke depan Najelina.
FARIZ
Oh, jadi lelaki seperti ini yang kamu banggaka? Kelakuan preman! Cuma jadi sampah masyarakat!
NAJELINA
Tapi Kak, Najelina yakin Anggara tidak bersalah.
Najelina mendekati Ang.
Lalu Tirta menarik lengan tangan Najelina agar tidak mendekati Ang.
TIRTA
Bener-bener! Di mana fikiran kamu Najelina. Sudah jelas-jelas Anggara yang menghajar cowok itu. Masih saja kamu belain?
Ang hanya diam saja. Ia terus memegang bibirnya yang berdarah dan merintih kesakitan.
PAK KADES
Jaka! Kelewatan kamu ya! Kamu sudah merusak nama baik kampung! Berani-beraninya kamu hampir menghabisi nyawa orang lain!
ANGGARA
Tapi Pak, saya tidak bersalah. Dia yang mulai duluan. (Sambil menunjuk ke arah Marcel)
WARGA 1
Bawa ke kantor polisi aja Pak Kades!
WARGA 2
Iya, Pak Kades. Bawa ke kantor polisi!
Iya, iya lebih baik seperti itu.
Jangan Pak Kades. Saya mohon jangan bawa Anggara ke kantor polisi. Dia tinggal cuma sama Neneknya aja Pak. Pak Kades nggak kasihan, nanti Nek Lastri tinggal sendirian kalau Anggara dipenjara, Pak. Lagipula saya yakin, Anggara bukan pelaku utama dalam perkelahian ini.
TIRTA
Najelina! Apa apaan kamu! Jangan ikut campur!
ANGGARA
Pak, tolong, jangan bawa saya ke kantor polisi. Kasihan Nenek saya Pak. Hanya saya tulang punggung Nenek saya Pak. Kalau saya dipenjara, siapa yang menghidupi Nenek saya Pak.
WARGA
Makanya jangan bikin ulah!
ANREZ
Jaka tidak bersalah Pak. Jaka hanya korban balas dendam Marcel.
WARGA 1
Mau korban balas dendam atau apa. Tapi jelas-jelas tadi Jaka hampir menghilangkan nyawa Marcel. Kita semua lihat sendiri. Iya kan? (Seraya meminta pembelaan warga lain)
WARGA
Iya betul itu. Tetap saja Jaka seorang kriminal!
PAK KADES
Sudah sudah. Diam semuanya. Oke, saya akan mentoleran masalah kamu Jaka. Saya tidak akan membawa kamu ke kantor polisi. Semua itu karena saya kasihan dengan Nenek kamu. Tapi saya juga sangat kecewa dengan kelakuan kamu. Perilaku kamu tidak mencerminkan persatuan dengan warga kampung lain. Apa yang kamu lakukan itu sudah mencemarkan nama baik kampung saya. Saya sangat malu mempunyai warga kriminal seperti kamu.
FARIZ
Lebih baik usir saja dia dari kampung, Pak Kades. Daripada meresahkan warga.
NAJELINA
Kak Fariz!
PAK KADES
Memang itu yang saya ingin katakan. Lebih baik kamu keluar dari kampung saya. Saya tidak ingin mempunyai warga kriminal seperti kamu. Hanya akan memberikan pengaruh buruk kepada generasi muda di kampung saya.
WARGA
Betul Pak Kades! Usir saja Jaka dari kampung!
ANGGARA
Jangan Pak, saya mohon, jangan usir saya. Saya minta maaf atas perilaku buruk saya Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya janji Pak.
WARGA 1
Omong kosong itu Pak Kades!
WARGA 2
Kita sebagai warga tidak setuju jika Jaka masih tetap tinggal di kampung ini!
PAK KADES
Iya, sudah, sudah. Jaka, ini hukuman atas perbuatan kamu. Dan sekarang saya akan membuat surat keterangan agar kamu pindah dari kampung ini.
ANGGARA
Tapi Pak Kades---
PAK KADES
Tidak ada tapi-tapian. Saya sudah yakin dengan keputusan ini. Agar kamu bisa menyesali perbuatan yang sudah kamu lakukan. Nanti setelah surat keterangan sudah jadi, Bapak harap kamu segera mengosongkan rumah kamu.
Pak Kades menyeru warganya.
PAK KADES
Ayo semuanya, bubar-bubar!
WARGA
Huuu...
Semua warga pun beranjak pergi.
PAK KADES
Permisi, Pak!
Pak Kades pamit kepada Tirta dan Pak Kades pun pergi bersama warganya.
Anggara sangat kecewa dengan keputusan Pak Kades.
FARIZ
Ayo pulang! Berani-beraninya kamu jauh-jauh ke sini cuma buat temuin laki-laki brandalan, sampah masyarakat kayak gini. (Seraya melihat penampilan Ang yang acak-acakan)
NAJELINA
Nggak! Aku mau sama Anggara aja! Aku mau obatin lukanya.
Najelina menggandeng lengan tangan Ang.
Ang kemudian melepaskan gandengan tangan Najelina dan hal itu membuat Najelina kaget.
NAJELINA
Ang? Kamu masih marah sama aku?
Najelina menatap Ang dengan mata berkaca-kaca.
Lalu Ang tak menjawab apa-apa. Ia malah pergi meninggalkan Najelina. Ang berjalan menuju motornya lalu menaikinya dan pergi. Ang masih sakit hati dengan Najelina.
NAJELINA
Ang! Anggaraaa!
FARIZ
Bener-bener bikin malu!
Fariz menarik lengan tangan Najelina dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
FARIZ
CEPET MASUK!
Lalu Najelina masuk ke dalam mobil seraya terus menangis.