Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
NAJELINA
Suka
Favorit
Bagikan
20. #20 Dapat uang tip

Cut to :

SCENE 117 : EXT. DEPAN PENCUCIAN MOBIL — PAGI

CAST : ANGGARA DAN PELANGGAN

Beberapa menit kemudian, Ang kembali ke tempat kerjanya. Ratusan brosur sudah ia habiskan untuk diberikan kepada semua pemilik mobil mewah yang rata-rata pemiliknya adalah seorang bos.

Saat Ang baru saja masuk ke dalam tempat pencucian mobil, tiba-tiba mobil sport berhenti di belakangnya.

Pria pemilik mobil yang memakai jas rapi kemudian turun dan memanggil Ang. 

PELANGGAN

Mas Anggara ya?

Ang mendekat.

ANGGARA

Iya, Pak. Saya Anggara.

PELANGGAN

Saya tadi dapet brosur dari Mas Anggara. Dan ternyata pas banget, mobil saya kelihatan kotor. Tolong bikin mobil saya kinclong lagi ya.

ANGGARA

Siap, Pak. Dijamin kinclong seperti baru beli, hehehe.

PELANGGAN

Oke, ini kuncinya. (Seraya memberikan kunci mobil kepada Ang)

ANGGARA

Oke, Pak. Bapak bisa tunggu di situ ya. Bisa pesan kopi, baca koran ataupun nonton film.

Pria itu mengangguk-angguk lalu berjalan menuju tempat tunggu.

Ang kemudian masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju tempat pencucian mobil. 


Cut to :

SCENE 118 : INT. PENCUCIAN MOBIL — PAGI

CAST :ANGGARA

Ang mencuci mobil dengan telaten sampai ke tempat tersempit pun. Ia berusaha agar mobil tersebut benar-benar kinclong.


Cut to :

SCENE 119 : INT. PENCUCIAN MOBIL — PAGI

CAST : ANGGARA DAN PELANGGAN

Beberapa menit kemudian, Ang sudah menyelesaikan mobil itu dan hasilnya benar-benar bersih. Pemilik mobil itu pun berjalan menuju kasir dan membayarnya.


Cut to :

SCENE 120 : EXT. DEPAN PENCUCIAN MOBIL — SIANG

CAST ; ANGGARA DAN PELANGGAN

Ang kemudian mengarahkan mobil pelanggan keluar. Selesai pembayaran, pemilik mobil itu pun menghampiri Ang.

ANGGARA

Pak, ini kuncinya. Terima kasih sudah datang ke pencucian mobil kami. (Seraya memberikan kunci kepada pemiliknya)

PELANGGAN

Iya. Saya suka loh sama kerja kamu. Benar-benar telaten dan hasilnya bagus banget seperti baru beli saja, hehehe.

ANGGARA

Hehe, terima kasih, Pak.

Pria itu berdiri memperhatikan mobilnya. Dan Ang fokus ke saku celana pria itu. Ang berharap tangan pria itu merogoh sakunya lalu membuka dompet. Ang berharap pria itu memberikan uang tip.

PELANGGAN

Saya pulang dulu ya, Anggara. Kapan-kapan saya mampir lagi.

Pria itu lalu membuka pintu mobil.

Ang menghela nafas kecewa. 

ANGGARA

Iya, Pak. Hati-hati!

Ang lalu berbalik badan.

Pelanggan itu kemudian menghampiri Ang.

PELANGGAN

Anggara! Bentar-bentar. Saya lupa.

ANGGARA

Ada apa, Pak?

Pria itu memberikan uang dua ratus ribu rupiah kepada Ang.

PELANGGAN

Ini saya kasih uang bonus buat kamu karena saya suka sama kerja kamu. Terima ya...

ANGGARA

Nggak, Pak, nggak. Bapak kan sudah bayar di kasir.

PELANGGAN

Nggak apa-apa. Ini rezeki. Jangan ditolak ya.

Ang kemudian menerima uang itu. 

ANGGARA

Terima kasih ya, Pak. Semoga rezekinya makin lancar.

PELANGGAN

Iya, amin. Saya pulang.

Ang mengangguk-angguk. Lalu pria itu kembali masuk ke dalam mobil dan melaju ke jalanan. 

Ang berbalik badan. 

ANGGARA

YES!


Cut to :

SCENE 121 : INT. PENCUCIAN MOBIL — SIANG

CAST : ANGGARA

MONTAGE : Ang mencucikan beberapa mobil mewah dengan gerak cepat.


Cut to :

SCENE 122 : INT. KANTOR TIRTA — SORE

CAST : TIRTA DAN BAMBANG

Sore harinya, di dalam ruangan Tirta, terlihat Tirta sedang berbincang-bincang dengan Pak Bambang, dosen Ang. Pak Bambang datang ke kantor Tirta untuk membicarakan masalah bisnis. Pak Bambang ikut serta dalam pemberian modal di pabrik Fariz.

Pak Bambang duduk di depan Tirta.

BAMBANG

Hehe, hebat banget, Pak. Bener-bener hebat banget Fariz dalam mengelola pabriknya. Saya salut sekali sama kerja kerasnya. Dalam satu tahun saya berbisnis dengan dia, wuih, saya dapat keuntungan banyak, Pak.

TIRTA

Terima kasih, Pak. Memang anak lelaki saya itu cerdas sekali. Saya tidak menyesal pernah menyekolahkan dia ke Perancis. Dia sangat konsisten dan semangat dalam berbisnis. Tidak ada kata menyerah bagi dia. Benar-benar bisa diandalkan dalam keluarga, Pak.

BAMBANG

Saya sangat setuju, Pak. Kariernya bagus, tampangnya juga ganteng, bisnisnya dimana-mana. Tapi masalahnya kenapa dia belum juga menikah, Pak?

TIRTA

Belum waktunya katanya. Soalnya pacarnya masih kuliah di Amerika. Satu tahun lagi lulus katanya. Kemarin waktu ulang tahun Fariz juga sudah dikenalin ke saya. Dan besoknya berangkat ke Amerika lagi. Saya mah terserah dia saja Pak, mau nikah kapan. Kalau mereka berdua sudah siap saja.

BAMBANG

Oh, gitu ya, Pak. Berarti bakal keduluan adiknya dong, Pak?

TIRTA

Hehe iya, Pak. Kalau ada yang suka sama Najelina dan cocok, mau gimana lagi? Ya harus dinikahin. Iya kan, Pak? Biar ada yang jagain Najelina, nggak melulu Kakaknya yang jagain.

BAMBANG

Iya, bener bener. Anggara kan Pak, calon suami Najelina? Teman kampusnya sendiri.

Tirta pun kaget. Ia menatap serius Pak Bambang. 

TIRTA

Anggara? Kata siapa Najelina nikah sama Anggara, Pak?

BAMBANG

Lah bukannya Anggara pacarnya Najelina, Pak? Semua anak di kampus juga tau kalau mereka pacaran. Memangnya Najelina besok nikahnya bukan sama Anggara, Pak?

TIRTA

Pak Bambang belum terima undangan pernikahan Najelina?

BAMBANG

Udah terima, Pak. Tapi yang nerima istri saya. Dia cuma bilang, Najelina putrinya Pak Tirta nikah tanggal 5. Istri saya nggak sebut nikahnya sama siapa. Saya fikir Najelina nikah sama Anggara, Pak.

TIRTA

Nggak, Pak. Mereka sudah putus lama. Dan besok Najelina menikah dengan Afan, temannya Fariz.

Tirta tampak sebal.

BAMBANG

Sudah putus? Tapi kemarin Najelina masih berhubungan sama Anggara.

TIRTA

Berhubungan gimana, Pak?

BAMBANG

Ya pacaran itu loh, Pak. Berdua kemana-mana. Bahkan, Najelina kemarin juga datang ke ruangan saya, untuk melunasi biaya kuliah Anggara sampai lulus.

TIRTA

Najelina membiayai kuliah Anggara sampai lulus?

BAMBANG

Iya, Pak. Saya dikasih uang cash 3 juta. Terus tadi pagi saya ditransfer uang sebanyak 7 juta untuk biaya kuliah Anggara. Saya fikir itu suruhan dari Pak Tirta karena Anggara calon suami Najelina.

Tirta kaget.

Kring

Ponsel Pak Bambang berbunyi dan Pak Bambang mengangkatnya. 

BAMBANG

Iya, Ma. Bentar lagi Papa pulang.

Pak Bambang melihat jam tangannya. 

BAMBANG

Saya pulang dulu ya, Pak. Istri saya nyariin. Mau ada urusan penting. Soalnya minggu depan ada acara tujuh bulanan anak ketiga saya. Saya pamit ya, Pak. Kapan-kapan kita ketemu lagi. (Seraya berjabat tangan dengan rekan bisnisnya itu)

TIRTA

Iya, Pak. Terima kasih sudah mampir ke kantor saya.

BAMBANG

Iya, Pak. Permisi. 

Pak Bambang kemudian keluar dari dalam ruangan itu lalu menutup pintunya.

TIRTA

Bener-bener anak nggak tau diri. Nggak punya masa depan. Bisanya nyusahin anak saya. Ini nggak bisa dibiarkan. (Lirih)

Lalu Tirta meraih telepon yang berada di atas meja. Ia akan menelpon Dharma, adiknya sekaligus rektor Universitas Dharmawangsa.

TIRTA

Hallo, Dharma.

VO DHARMA

Iya, hallo. Ada apa, Mas?

TIRTA

Saya minta, keluarkan mahasiswa bernama Anggara dari Universitas Dharmawangsa.

VO DHARMA

Anggara? Kenapa dikeluarin, Mas?

TIRTA

Dia sudah berani memanfaatkan Najelina. Dia menyuruh Najelina untuk membayar semua biaya kuliahnya.

VO DHARMA

Wah, jangan dibiarin model-model kayak gitu, Mas. Bisa merugikan Najelina. Oke saya akan keluarkan dia dari kampus saya.

Tirta kemudian menutup teleponnya dan berkata dalam hatinya.

VO TIRTA

Rasakan kamu Anggara. Itu akibatnya kalau kamu berani mencintai Najelina. Lelaki nggak punya masa depan seperti kamu nggak pantes buat Najelina. Saya sudah menduga dari awal. Niat kamu deketin Najelina hanya untuk manfaatin harta Najelina saja. Dan feeling saya, benar. 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar