Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MUSKIL (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
5. Dingin

INT. KANTOR - PAGI

Cast: RANDU, ADE, RESTA, JIMMY, KARTIKA, RIANA DAN KARYAWAN TV

FADE IN

MONTAGE

Suasana ruang rapat besar. Resta duduk di posisi tengah depan. Resta memimpin rapat.

Resta memulai briefing dengan semangat. Membahas Seluruh kinerja team, mengevaluasi, dan mencari solusi untuk setiap kendala. Semua hal dibahas sangat mendetil.

Jika sebelumnya lebih fleksibel, kali ini kedisiplinan dan ketaatan karyawan menjadi hal utama untuk dikoreksi. Hanya satu orang yang tidak dikoreksi. Randu. Resta tidak pernah membahas sedikitpun tentang sikap maupun kinerja Randu.

RESTA

Kita akan lihat dalam 40 hari ke depan!

Resta menutup rapat dan mengumumkan bahwa pekan depan akan ada rapat besar perusahaan.


CUT TO

Randu duduk di kursi di hadapan meja kerjanya, dia hanya diam sambil memegang gelas di tangan kanannya.

Ade berjalan dengan membawa sebuah map, Ade menuju meja kerja Randu, Ade menghampiri Randu, lalu menyodorkan sebuah berkas.

ADE

Namanya Alinea, fresh graduate.


RANDU

Apa-apaan nih masih pagi udah disodorin perempuan?


Ade merespon candaan Randu dengan nada sedikit meninggi. Bukan benar-benar marah, ini sudah menjadi candaan biasa bagi mereka.

ADE

Training tuan Randuuuu. Hari ini Mas Resta minta dia belajar news reading.


Randu membuka map yang diberikan Ade, membaca sekilas isi map itu.

RANDU

Siap Paduka Ade!


Randu berdiri dari duduknya, bergerak menuju ruang make-up, setelah beberapa langkah, Randu kembali lagi menoleh pada Ade.


RANDU

Dia belajar? Langsung on air? Udah gila kalian?


ADE

Nggak dong. Tuan Randu kasih contoh dulu hari ini.

Ade tersenyum lebar.


RANDU

Mulai kebiasaan ya! gak konfirmasi lebih awal


Randu menggelengkan kepala.


ADE

Karena tuan Randu selalu ada dan pasti bisa. Kami cinta tuan Randu.


Randu melihat jam tangannnya, waktu on air hanya sekitar 40 menit lagi, Randu menghela nafas dan sedikit menggelengkan kepalanya, kemudian Randu bergegas menuju ruang perlengkapan on air.

CUT TO

Int. RUANG MAKE UP - PAGI

CAST: RANDU, KARTIKA,RIANA

FADE IN

Randu tiba di depan ruang make up, Randu memasuki ruangan itu. Di tangannya, Randu masih memegang map.

RANDU

Alinea Riana.


KARTIKA

Saya mas.


RANDU

Bukan kamu Kartikaaa!

Kartika kemudian berdiri mendekat ke arah Randu.

Kartika menunjuk seorang perempuan di sudut ruangan.


KARTIKA

Itu orangnya mas.


Randu melihat ke arah wanita yang ditunjuk oleh Kartika.

Kartika berbisik memulai ocehannya, walaupun pelan, tapi jaraknya yang dekat dengan telinga cukup membuat gaduh di kepala Randu.

KARTIKA

Cantik loh mas, kayaknya pinter, kayaknya cocok sama Mas, kayaknya...

RANDU

Sssh! Ngoceh terus ya kamu, kerja sana!

Randu meletakkan berkas yang diberikan Ade tadi di sebuah meja. Lalu berjalan ke arah tempat Riana duduk.

RANDU

Alinea Riana.

Randu mengucapkan nama itu lagi setelah tiba di hadapan perempuan yang ditunjuk Kartika tadi.

Riana berdiri setelah Randu mengucapkan namanya, dia berdiri di hadapan Randu dengan sedikit menunduk.

RIANA

Iya betul Mas.

Cara bicara Riana lembut sekali.

RANDU

Oke.

Hanya itu yang Randu ucapkan, tidak ada tambahan lain. Kemudian Randu bergegas menuju ruang pakaian. Randu harus segera mengganti pakaiannya dengan setelan jas lengkap. Dia tinggalkan Riana begitu saja.

Kartika melihat Riana kebingungan, Kartika mendekati Riana. Mengajak Riana ke pintu ruangan dan berbisik menjabarkan banyak hal.

KARTIKA

Itu Mas Randu. Editor, presenternews reader, dan… kayaknya dia bisa kerjain semua deh. Nah sebentar lagi dia mau on air. Mungkin lagi buru-buru.

Kartika berusaha menjelaskan agar Riana bisa memaklumi sikap lelaki itu.

Riana mengangguk mengerti.

KARTIKA

Dia yang terbaik di kantor ini. Paling ganteng juga. Tapi ya, orangnya emang dingin banget.


Sekali lagi Riana mengangguk-angguk mengerti.

KARTIKA

Mendingan kamu ke Ruang MCR aja, datengin Kak Ade. Bilang aja tadi belum sempat dapat arahan dari Mas Randu.


Riana menuruti saran Kartika. Ia bergegas melangkah. Kartika hanya memperhatikan langkah Riana sambil menunggu.

Tak lama Riana berhenti dan menoleh pada Kartika. Riana tersenyum tipis.

RIANA

Ruangan MCR itu di sebelah mana Mbak?

KARTIKA

Sono!


Kartika menunjuk arah berlawanan dari arah berjalan Riana tadi.

Riana cengengesan sambil melangkah menuju arah yang ditunjukkan Kartika.

RIANA

Ehe,Terimakasih Mbak Tika.


Sembari berjalan menuju ruang MCR, pikiran Riana terpaku pada sosok yang tadi menyapanya singkat. Riana mengetahui nama laki-laki itu dari Kartika. Nama yang kemudian selalu hinggap di pikiran Riana.

Randu.

Cut to

Riana tiba di depan sebuah ruangan, di pintu itu tertulis "Master Control Room". Sepertinya benar, ini ruangan yang dimaksud oleh Kartika.

Ade dan Jimmy berdiri bersebelahan mengawasi staff mereka masing-masing.

Riana mengetuk pintu ruangan itu.

RIANA

Riana.


Setelah mendengar suara Riana, Ade dan Jimmy tidak menengok ke arah pintu, tapi justru saling menengok satu sama lain.

Riana lalu membuka pintu itu perlahan. Riana melihat ke arah Jimmy dan Ade.

RIANA

Permisi, Mas.

ADE

Loh kamu kok kesini?

Riana gugup ditanya seperti itu oleh Ade. Riana menjawab dengan terbata.

RIANA

Saya disaranin Mbak Tika buat kesini aja Mas. Tadi saya udah ketemu Mas Randu, tapi Mas Randu gak ngasih arahan ke saya, Mas.

Ade dan Jimmy saling melihat. Kemudian Ade menghembuskan napas singkat. Jimmy merespon sikap Ade dengan menadahkan kedua tangannya dan mengangkat alis. 

JIMMY

Yaudah kamu disini dulu. Perhatikan aja ya!

Riana kemudian duduk di bagian belakang ruang MCR. Saat ini sedang persiapan live berita. Randu yang menjadi news reader untuk berita hari ini. Semua sudah nampak siap.

MONTAGE

Ade mengangkat handie talkie, memulai instruksinya dan mengkordinir jalannya on air. Riana memperhatikan semua arahan Ade dan proses kerja disana, pada awalnya.

Lalu kemudian tatapannya terpaku ketika melihat wajah Randu di layar.

Riana hanya memperhatikan wajah di layar, juga sebuah nama yang tertulis disitu.

Seakan Randuadhum.

Sepanjang siaran itu Riana hanya memperhatikan Randu.

Cut To

Riana terpaku.

ADE (O.S)

Kamu dengerin aku gak sih? Hei pssst, hei hei, pssst neng pssst!

Setelah wajah Randu hilang dari layar, barulah Riana tersadar dari lamunannya.

Ternyata siaran sudah selesai.

RIANA

Eh, iya Mas?

Ade menggelengkan kepalanya sejenak.

ADE

Kamu ikut Kharna ngeliput event, nanti kelar dari sana, balik ke kantor temuin Randu.

RIANA

Baik Mas.

Riana bergegas berdiri dan melaksanakan arahan Ade.

RIANA

Permisi Mas Ade, Mas Jimmy.

Riana sedikit menundukkan kepalanya dan meletakkan tangan kanannya di dada. Kemudian Riana pergi untuk menemui Kharna sesuai arahan Ade.

Ade dan Jimmy kembali saling menatap.

Setelah Riana keluar dari ruangan itu, Ade bicara pada Jimmy.

ADE

Abang perhatiin kan?

JIMMY

Iya, cara dia masuk sama pamit.

ADE

Kok bisa ya?

JIMMY

Persis banget!

Ade dan Jimmy keheranan.

CUT TO

Randu kembali ke ruangan kerjanya. Randu duduk, matanya menatap kosong.

Beberapa saat kemudian Mas Resta masuk ke ruangan dengan langkah pelan dan wajah tegang. Ia sejenak memperhatikan Randu yang nampak berdiam, termenung di mejanya.

Resta perlahan mendekat ke meja Randu. Memegang pundak Randu dan sedikit mengusapnya.

RESTA

(Pelan)Randu,kamu dipanggil mas Daud.

RANDU

Hm? Oke mas.

Randu tiba-tiba tersenyum santai sembari membalas memegang pundak Resta, lalu menepuknya pelan beberapa kali.

Resta hanya mampu tersenyum di dalam kebingungan, dan menyadari perubahan raut wajah Randu.

CUT TO

Riana menghampiri Kharna yang sedang sibuk mengemas peralan untuk meliput sebuah event

RIANA

Siang Mas Kharna, saya Riana, karyawan baru. Tadi Mas Ade minta saya untuk ikut Mas Kharna hari ini.


Kharna memperhatikan Riana sejenak. Lalu Kharna menyambut dengan ramah.

KHARNA

Oh gitu, ok Riana. Siang ini ada liputan serah terima jabatan petinggi dinas kota. Paling sampai jam 4an udah kelar.


Riana merasa sikap Kharna berbeda sekali dengan sikap Randu.

KHARNA

Yuk berangkat!

Kharna mempersilahkan Riana masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan, Kharna menjelaskan banyak hal tentang kantor. Dari struktur, hingga divisi masing-masing.

RIANA

Kalau Mas Randu itu siapa, Mas?

Kharna tersenyum mendengar pertanyaan Riana.

KHARNA

Apa kata yang tepat buat ngegambarin Randu ya, mmm. Awal masuk sini aku juga ragu, masa iya ada orang yang sebegitu diseganinya.

CUT TO

Randu berjalan menuju sebuah ruangan besar di sudut kantor. Setibanya disana, Randu ketuk pintu ruangan itu perlahan sembari mengucapkan namanya.

RANDU

Randu.

Haikal membuka pintu itu. Setelah Randu masuk, Haikal menutup pintu lalu kembali menduduki kursi di depan meja Direktur.

Randu sedikit memperhatikan raut tidak nyaman di wajah Haikal.

Randu menyapa seseorang di belakang meja.

RANDU

Pagi Pak

DAUD

Tunggu sebentar. Duduk!

Daud menjawab Randu sembari menunjuk sofa tamu.

Randu mendekat dan duduk di sofa tamu. Memperhatikan ruangan itu lalu tersenyum lebar. Dengan posisi duduknya yang tanpa sekat dari mereka berdua, cukup jelas terdengar perdebatan antara Haikal dan Mas Daud.

CUT TO

Setibanya di tempat acara, Kharna meminta Riana untuk duduk dan menjaga barang-barang. Kharna juga meminta Riana mencatat point-point penting yang disampaikan oleh para pemberi sambutan. Lalu Kharna berkeliling merekam berlangsungnya acara.

Setelah beberapa lama, Kharna kembali dengan dua kotak makanan di tangannya. Kemudian menyerahkan satu nasi kotak pada Riana.

KHARNA

Sorry aku lupa, kamu tadi pasti belum makan siang. Nih makan dulu. Aku temenin.

Memang benar, sedari pagi Riana belum makan.

Kharna memperhatikan wajah pucat Riana.

RIANA

Tapi kan acaranya belum selesai, Mas.

KHARNA

Emang gini kalo jadi wartawan. Musti pinter-pinter nyari waktu senggang buat diri sendiri.

Kharna mulai menyetting tripod di sebelahnya.

Aku bisa rekam dari sini.

Kharna menyetting tripod agar kameranya bisa merekam dengan baik dari kejauhan.

KHARNA

Sip. Aman.

Setelah itu, Kharna membuka tutup botol air mineral, lalu menyodorkannya pada Riana.

KHARNA

Minum dulu dikit, baru mulai makan.

Kharna tersenyum.

Riana terdiam sejenak sebelum menerima air mineral itu.

Lalu mereka memulai makan sambil berbincang.

KHARNA

Riana waktu umur 17 tahun, ngapain?

RIANA

Masih sekolah lah mas.

KHARNA

Pulang sekolah ngapain?

RIANA

Main paling, atau dirumah aja, kadang belajar.

KHARNA

Randu dari umur 17 tahun udah bangun Podspo. Bareng sama Pak Daud, Pak Resta, Mas Ade, Mas Jimmy, sama Mas Adit,”

RIANA

Kan mereka barengan, tapi kenapa Mas Randu kesannya jadi yang paling spesial?

Riana nampak penasaran.

KHARNA

Apa yang kamu pikirkan sekarang, persis kayak yang kupikirin dulu waktu awal masuk.

MONTAGE

Kharna dan Riana sama-sama memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka juga saling mempertanyakan banyak hal.

RIANA

Mas, bumi itu bulat atau datar?

Kharna menjelaskan semua teori tentang bumi bulat dan semua teori tentang bumi datar.

Riana juga mengemukakan perspektifnya.

KHARNA

Menurutmu, siapa sebenarnya yang membunuh John Lennon?

CUT TO

Daud duduk di kursi besarnya. Di hadapannya Haikal nampak kecewa.

DAUD

Keputusan kami sudah bulat. Terimakasih kontribusi kamu selama ini.

HAIKAL

Baik Pak, saya pamit, terimakasih.

Haikal kemudian pergi terburu-buru meninggalkan ruangan.

Daud berjalan perlahan menuju jendela kaca besar di salah satu bagian ruangannya. Berdiri disana menatap ke arah luar dengan secangkir kopi di tangannya. Randu bangkit dari tempat duduk, melangkah perlahan, berdiri di samping Daud.

DAUD

Kopi?

Daud menawarkan sembari menunjuk cangkir kosong dan mesin kopi otomatis di sudut lain ruangan.

Randu menolak dengan halus.

RANDU

Nggak Mas. Aku udah setahun gak minum kopi.

DAUD

Kenapa?

RANDU

Aku butuh tidur Mas.

DAUD

Masih?

Wajah Daud sangat serius.

RANDU

Sedikit lebih terkendali.


Daud meletakkan cangkir kopi, kemudian meletakkan tangan kanannya di pundak Randu lalu menepuk-nepuknya pelan.

DAUD

Apa kamu butuh waktu lebih untuk benar-benar bisa beristirahat?

Randu berdiam sejenak, lalu menjawab dengan yakin.

RANDU

Kalau Mas Daud mengizinkan.

Daud kembali menatap jauh keluar jendela.

DISSOLVE TO

FLASH BACK

DAUD (V.O)

Aku ingat HRD membawakanku seorang anak kecil dengan seragam sekolahnya. Cara berpakaian yang berantakan dengan tali sepatu berbeda warna kanan dan kirinya. Dia mungkin belum paham bagaimana pentingnya memikat dengan penampilan atau memang dia paham tapi tidak peduli. Anak itu memegang sebuah map berisi surat di tangannya.

RANDU (17)

Surat dari sekolah Pak, saya mau magang disini.

DAUD (V.O)

Anak itu terlihat seperti berandalan, tapi sopan, sedikit menunduk setiap kali tidak bicara. Memohon maaf setiap kali merasa melakukan kesalahan, padahal di mataku dia hampir tidak pernah melakukan kesalahan. Aku melihat sesuatu yang sedikit ganjil dari anak itu. Semua hal pada dirinya seperti tidak sinkron. Seiring perjalanan, anak itu menakjubkanku dengan segala yang dia lakukan. Melakukan semua hal yang membuat semua orang termotivasi. Menyelamatkan di setiap saat terpenting. Membuat semua orang bersemangat untuk membangun perusahaan ini bersama-sama. Gila, aku dapatkan ini dari seseorang yang belum genap berumur 20 tahun. Bahkan dia sudah mulai memupuk ini semua dari umur 17 tahun. Seakan Randuadhum.

DISSOLVE

Daud menghela napas panjang.

Daud membuka sebuah dokumen di atas meja tamunya.

DAUD

Kamu adalah pemicu utama kebangkitan perusahaan ini, semua orang paham itu. Semua mengerti itu. Kami masih butuh kamu, Randu. Kenapa kamu kirim surat ini?

Daud mengeluarkan isi map itu. Sebuah kertas berisi surat pengunduran diri.

Daud menunggu jawaban Randu. Randu masih berdiam.

RANDU

Maaf Mas. Mungkin aku cuma lelah Mas.

DAUD

Ya, lelah. Itu yang seharusya kulihat. Aku juga tidak bisa menutup hak-hakmu untuk lebih berkembang.

Daud kembali menatap ke arah luar jendela.

DAUD

Masa depanmu masih panjang. Aku memikirkan ini berhari-hari. Untuk orang lain, tidak pernah seberat ini Ran. Kamu tahu kan? Sepertinya ini saat yang tepat, sudah waktunya memberi kamu kesempatan.

Randu kembali menghadapkan badannya ke arah Randu.

DAUD
Nanti kapanpun kamu mau kembali, setiap pintu disini akan selalu terbuka.

RANDU

Terimakasih Mas Daud.

Randu kemudian menyalami Daud.

DAUD

Aku yakin kamu akan jadi orang besar, Randu.

CUT TO

Liputan event telah selesai, Kharna dan Riana kembali ke kantor.

Riana mulai bersemangat.

Setibanya di kantor, Riana teringat pesan Ade untuk menemui Randu sore ini.

RIANA

Mas Kharna, thanks banget ya hari ini.

KHARNA

Thanks juga, Riana udah temenin liputan.

RIANA

Aku mau laporan ke Mas Randu dulu ya.

KHARNA

Oh iya, silahkan. Sampai ketemu lagi ya.

Riana mengangguk-angguk kecil lalu segera berjalan menuju ruangan Randu.

Ah, Riana kembali gugup seperti pagi tadi. Jantungnya terasa berdetak lebih cepat.

Riana berusaha mengatur napas sebaik mungkin. Riana memperlambat langkah kaki.

Dari posisinya sekarang, Riana dapat melihat Randu. Nampak Randu sedang merapikan barang-barang di mejanya.

Randu merapikan mejanya, mengemas beberapa barang yang ingin dia bawa, dan meninggalkan sebagian yang lain. Barang terakhir yang ia kemas untuk dibawa pulang adalah sebuah bingkai photo yang selama ini ada di atas meja itu. Photonya bersama Chata.

RIANA

(Pelan) Mas...

RANDU

Ya, ada apa?

Kemudian Randu melanjutkan kalimatnya tanpa peduli apa yang sebenarnya ingin dikatakan Riana.

RANDU

Oh kamu baru masuk ya? Ini meja buat kamu. Tata senyaman mungkin. Semoga sukses!

Randu dengan senyuman khasnya.

Sebelum Riana sempat melanjutkan pembicaraan, karyawan lain berangsur menghampiri meja Randu.

Riana yang sebenarnya mendatangi Randu untuk meminta bimbingan, terkejut menyadari bahwa saat ini adalah hari terakhir Randu bekerja di Podspo.

Randu berhenti.

Riana hanya terdiam menatap Randu yang sedang dikerubungi orang-orang. Semua mengucapkan kata perpisahan. Beberapa dari mereka bahkan nampak terisak. Sebagian bergantian memeluk erat tubuh Randu.

Randu sedikit menundukkan kepala dan meletakkan tangan kanannya di dada.

Randu mengangkat barang-barangnya dan berjalan meninggalkan ruangan.

Riana hanya mampu menatap langkah Randu meninggalkannya dan karyawan lain.

Randu membawa barang-barangnya keluar kantor menuju parkiran mobil. Pergi dari Podspo.

Karyawan kembali ke meja mereka masing-masing.

Riana masih terpaku di meja Randu.

Riana akan menggunakan meja ini.

Beberapa barang milik Randu masih tertata rapi di atas meja. Riana menarik napas dalam-dalam. Ah aroma ini...

Randu.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar