Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MUSKIL (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
24. Pemantik Ingatan

INT. DAUN ALANG — Sore

CAST: RANDU

FADE IN

Randu kembali datang, duduk di sudut Daun Alang, tepat di hadapan kursi yang selalu ditempati Rayya. Randu memperhatikan sekelilingnya, mengingat kembali semua yang dilaluinya bersama Rayya. Perlahan Raut muka Randu berubah sendu.

Randu mulai gusar.

Randu mengingat Rayya pernah menunjuk sebuah rumah ketika mereka sedang melewatinya. Di depan rumah itu pula Rayya pergi menghilang dari Randu.

Randu baru menyadari sesuatu, ada satu kalimat Rayya yang Randu ingat.

Rayya (OS)

Pergilah kesana jika kamu rindu aku.

Putus asa menunggu untuk kesekian kalinya di Daun Alang. Kali ini Randu memberanikan diri untuk datang ke rumah yang pernah Rayya tunjuk.

CUT TO

INT. RUMAH TUA — SORE

Cast: RANDU, WANITA PARUH BAYA

Cukup lama Randu hanya berdiri menatap rumah itu dari seberang jalan.

Kemudian Randu berjalan mendekat dan perlahan membuka pagar rumah itu. Randu berjalan pelan menuju ke arah pintu.

RANDU

Permisi.

Randu mengetuk pintu rumah itu.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya membukakan pintu.

Ibu Rayya

"Ya Allah, Nak Randu, apa kabar sayang? lama banget gak kesini. Masuk Nak,"

Sambut wanita itu dengan terlihat sangat terkejut bercampur senang.

Wanita ini terasa seperti baru saja melihat seseorang yang sudah sangat lama tidak bertemu. Randu masih tidak mengerti.

RANDU

"Baik Bu,"

Randu masuk ke dalam rumah, mengikuti langkah wanita ini.

Randu masih dalam kebingungan. Ia tidak mengenal wanita ini.

RANDU

"Ibu apa kabar? Sehat?"

Randu balik bertanya mencoba mengurangi kecanggungannya.

Ibu

"Ibu sehat, bapak juga sehat, Bapak olahraga terus sekarang. Ini lagi pergi main Tennis. Wah padahal Bapak suka nanya tuh mana ya Randu gapernah kesini. Bapak pasti senang sekali kamu datang nak. Ibu telpon Bapak dulu ya, biar dia cepet pulang. Ketemu kamu,"

Wanita itu terkesan sangat lama mengenal Randu.

RANDU

"Gak usah bu, biarin aja bapak main, keganggu nanti. Saya sebentar aja kok,"

Ibu

"Oh gitu, padahal Bapak kangen sekali sama kamu Nak,"

RANDU

"Nanti saya pasti kesini lagi kok Bu, untuk ketemu Bapak,"

Janji Randu sembari berpikir, ‘Siapa bapak ini?’...

Ibu

"Ya sudah gakpapa kalau begitu,"

Dengan ragu-ragu Randu memulai untuk bertanya tentang Rayya.

RANDU

"Oh iya Bu, Rayya dimana ya Bu?"

Seketika raut muka wanita itu berubah sendu saat Randu mengucap nama Rayya. Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Randu yang baru menyadari ada sebuah hal yang tersembunyi. Perlahan mencoba mencari titik-titik ingatannya.

RANDU

“Boleh saya lihat kamar Rayya Bu?. Sepertinya saya Rindu sekali dengan dia Bu,”

Ibu

“Tentu saja boleh nak. Silahkan,”

Wanita itu mempersilahkan Randu memasuki sebuah ruangan di rumahnya.

Sebuah ruangan beraroma segar. Ruangan yang tertata sangat mirip dengan ruangan Randu saat ini. Lemari, tempat tidur. Persis seperti saran Rayya untuk Randu menata ulang kamarnya. Termasuk warna dinding, tata letak buku-buku. Meja kerja. Tempat minuman, gelas. Persis.

Rayya benar-benar ingin menyamakan kamarku dengan kamarnya, pikir Randu.

Letak cermin Rayya juga sama persis dengan letak cermin Randu saat ini. Randu seperti merasa masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Ah tulisan di dinding biru itu... “CINTA”.

Juga dengan sebuah bingkai photo di bawahnya.

Tapi tunggu dulu, photo itu berbeda. Bukan photo Randu dan Chata seperti di kamar Randu. Randu segera mengangkat dan memperhatikan photo itu. Itu wajah seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan.

Randu perhatikan dengan seksama wajah - wajah itu. Randu teringat sebuah photo di rumah Chata, photo Chata kecil. Ya, salah satu anak perempuan di photo itu adalah Chata. Randu semakin memperhatikan Photo itu.

Randu memperhatikan sosok gadis kecil yang satu lagi...

Dia adalah sosok yang selama ini hadir dalam pikiran dan mimpi Randu.

Kianrayya Hinggasedha... Rayya!

Dip to white (Flash Back)

Tiba tiba semua ingatan tentang Rayya kembali merasuki pikiran Randu. Seluruh gambaran ingatan masa lalunya yang telah lama hilang, seketika memberondong pikirannya.

Rayya kecil memeluk Randu di sudut kamar saat Randu sedang menangis.

DIP TO WHITE

Randu kembali memperhatikan photo itu.

Randu menyadari siapa pria kecil di photo itu. Dirinya. Seakan Randuadhum kecil.

Suara-suara pertengkaran itu kembali. Bergantian berteriak di kepala Randu.

RANDU

Diem diem diem please diem!

Randu mencoba menenangkan diri.

Tapi ia tiba tiba menangis terisak.

JHERU

Diaaaaaaaaaam!

RANDU

Apa iniiiii! Diaaaam!

Randu masih mencoba menenangkan diri.

Tapi dia kembali menangis sejadi-jadinya

JHERU

Jangaaaaaaaan. Jangan. Jangan. jangan!

Akan mulai menangis

ADHUM

Gobloook!!!

Suara ini terdengar sangat keras, seperti memekakkan telinga Randu.

Randu segera bergegas keluar dari kamar Rayya. Randu bicara pada Ibu Rayya dengan terengah-engah.

RANDU

Tolong beritahu Rayya Bu, saya mau ketemu, saya mau Bicara!

Napas Randu terengah-engah menahan lonjakan emosi.

Wanita itu hanya tertunduk menahan air matanya, tidak menjawab permintaan Randu.

Randu segera pergi dari rumah itu. Melangkah bergegas menuju mobilnya. Berkendara seorang diri melewati lampu-lampu kota yang sedang sepi malam ini. Randu tidak mampu menahan air matanya. Terisak, menahan luapan amarah dan kesedihan, ia berteriak di belakang kemudi, terus berulang.

Dengan satu hal lagi yang tidak terjawab malam ini...

Kemana Rayya pergi...

Tapi ribuan jawaban lain tiba-tiba memberondong hadir menghampiri.

RANDU

Kenapa aku bisa melupakan Rayya sekian lama?

Hanya satu orang yang mengerti ini semua...

Chata!

Randu tidak sanggup menunggu Sabtu. Malam ini juga Randu akan menemui Chata.

Dengan gusar Randu menelpon Chata.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar