Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MUSKIL (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
19. Rayya dan Rumah Tua

INT. KAMAR CHATA — MALAM

Cast: RANDU, CHATA

FADE IN

Randu dan Chata kali ini berada di kamar Chata. Randu duduk di sudut tempat tidur. Chata berbaring di sebelahnya.

Randu kembali menceritakan pada Chata apa yang dia lakukan untuk menemukan Wanita di Halte itu.

Chata yang nampak semakin khawatir mencoba mengalihkan bahasan yang masih terus berulang dari Randu sejak minggu lalu.

CUT TO

EXT. TAMAN KOTA — PAGI-MALAM

Cast: RANDU, RAYYA

Randu masih belum menyerah menunggu Wanita itu. Bahkan semakin hari semakin besar hasratnya untuk bertemu. Siapa namanya? Ah Randu tetap lupa.

Hari ke sekian masih Ia coba. Kali ini Randu pergi lebih cepat dari biasanya. Duduk disana hingga senja. Masih juga si Jelita belum tiba. Barangkali jelita melewatkan senja. Mungkin tunggu lagi saja sampai malam tiba.

Randu mulai bertanya pada semua orang yang berlalu lalang.

RANDU
Pernahkah anda melihat seorang wanita berparas cantik, duduk di kursi ini, mungkin seorang diri?
Pernahkah anda melihat seorang wanita cantik, melewati tempat ini?
Pernahkah anda melihat seorang wanita cantik, mungkin siang atau pagi?
Pernahkah anda melihat seorang wanita cantik. Di sekitar tempat ini?
Kamu tahu dimana tempat seorang wanita cantik di dekat sini?

Semua orang menggelengkan kepala, sebagian nampak keheranan, bahkan hingga sedikit ketakuan.

RANDU

Ah besok saja aku kembali, mungkin dia akan ada disini.

CUT TO

Sudah lebih dari sepekan setelah pertemuan pertama Randu dengan Wanita di Halte sore itu.

Hari ini Randu sudah duduk di ha halte sejak pagi. Berbekal sebungkus rokok, sebotol minuman, sebuah buku bacaan pemberian Chata dan sebuah buku tulis yang selama ini menjadi tempat menggoreskan setiap isi pikirannya.

Buku-buku itu Randu keluarkan dari tas, dia susun di atas kursi, di sebelah posisi duduknya.

Orang-orang yang melintas cukup ramai pagi ini.

Randu tersenyum melihat para karyawan yang terburu-buru berangkat ke kantor, persis seperti dia beberapa waktu lalu.

Randu menyapa ramah anak kecil yang melewatinya,

sang anak senang, tapi orangtuanya nampak khawatir.

Randu juga membantu menuntun seorang wanita tua yang ingin menyeberang jalan.

Randu kembali ke bangku di halte itu, duduk menyilangkan kaki, mengambil buku catatan, lalu menuliskan beberapa kalimat di buku itu.

Randu berhenti sejenak untuk mengambil kotak rokok dari kantong jaketnya.

Ia mengeluarkan satu batang rokok dari kotaknya. Randu membakar sebatang rokok langsung menghisapnya. Randu memerhatikan sekeliling, berharap melihat Rayya.

Tatapannya berhenti ketika Randu melihat sepasang suami istri menuntun anak lelaki mereka.

Raut wajah Randu seketika berubah, rahangnya mengeram. Hingga tanpa sadar Randu meremas rokoknya di telapak tangan.

CUT TO

Matahari mulai meninggi, Randu kembali menulis di buku catatan.

Seekor Anjing menghampiri Randu lalu duduk di dekatnya.

Randu memperhatikan Anjing itu sejenak, nampaknya Anjing ini sedang lapar.

Randu mengelus kepala anjing itu.

Randu pergi berjalan membeli makanan, ia kembali dengan kantung makanan di tangannya.

Randu membagi makanannya menjadi dua,

untuknya sendiri dan untuk Anjing yang duduk di sebelahnya.

Sembari makan, Randu masih memperhatikan sekeliling, berharap si Jelita segera tiba.

Randu juga masih menyapa dengan ramah orang-orang yang melewatinya.

RANDU

Hei lihat Anjing ini lucu sekali!

Ucap Randu pada orang-orang yang berlalu lalang.

Orang-orang itu hanya melewatinya saja. Beberapa dari mereka bahkan nampak mempercepat langkah.

Randu berbicara pada Anjing yang sedang menghabiskan makanannya.

RANDU

Hei kawan, coba lihat mereka, terus mengejar dunia. Bahkan tidak punya waktu untuk sekedar menyapa.

Setelah selesai makan, Randu memberi Anjing itu setengah gelas air. Kemudian mereka sama-sama duduk berdiam bersebelahan. Randu di atas bangku, dan Anjing itu di lantai sebelahnya.

Randu kembali menulis di bukunya. Buku bacaan yang satu lagi masih di sebelah posisi duduknya. Diantara Randu dan si Anjing.

Warna sore mulai menyapa. Randu sudah hampir sehari penuh di tempat itu. Bahkan sebungkus rokok yang Dia bawa tadi sudah hampir habis, menyisakan sebatang rokok terakhir.

Saat Randu mengambil batang rokok terakhirnya, Anjing di sebelahnya perlahan berdiri, mengulet sejenak seperti meregangkan badannya.

Ketika Randu membakar rokoknya. Tiba-tiba Anjing itu menggigit buku Randu, lalu lari membawanya.

Randu

Hei kawan, hei!

Anjing itu masih terus berlari.

Randu pun mengejarnya sekuat tenaga. Meninggalkan barang-barangnya yang lain berserakan di bangku Halte.

Randu terus mengejar Anjing itu.

Hei kawan ayolah. Stop!

Anjing itu masih terus berlari, jauh sekali.

Randu terus mengejar. Tidak mungkin membiarkannya pergi dengan buku itu. Buku itu pemberian Chata. Randu terus mengejar dengan napas terengah-engah.

Anjing itu masih saja terus berlari.

Sangat jauh dari tempatnya tadi, si Anjing menjatuhkan buku itu di depan sebuah rumah. Melihat Randu yang masih mengejarnya, si Anjing pergi meninggalkan buku itu begitu saja.

Randu kemudian mengambil buku itu.

RANDU

Terimakasih kembali!

Teriak Randu pada si Anjing yang terus berlari dan perlahan menghilang.

Nafas Randu masih terengah-engah.

Setelah mengambil buku dan akan kembali ke Halte, perhatian Randu teralihkan dengan sebuah rumah, tepat di depan Ia berdiri saat ini. Tepat di depan Anjing tadi menjatuhkan bukunya.

Randu memperhatikan rumah itu cukup lama. Rumah ini nampak tidak asing bagi Randu. Ia merasa seperti mengenal bentuk bangunan ini.

Tapi kemudian Randu teringat untuk segera kembali ke Halte, karena si Jelita belum juga tiba.

Randu berjalan kembali ke Halte. Setibanya di halte, Randu terkejut karena seorang wanita nampak serius membaca buku tulisnya. Randu juga melihat barang-barang yang ditinggalkannya tadi sudah kembali tertata rapi di samping wanita itu.

RANDU

Hai, itu buku saya!

Setelah bicara seperti itu, Randu baru menyadari siapa wanita itu. Melihat siapa yang membaca bukunya, membuat Randu menjadi tidak berdaya.

RAYYA

Oh, Aku pikir tidak ada yang memiliki. Semua barang-barang ini tercecer disini. Hampir saja kubereskan ke tempat sampah.

RANDU

Itu... Tadi...

RAYYA

Kamu mau mengarang cerita apa? Seekor Anjing, berlari membawa bukumu. Kamu mengejarnya, lalu anjing itu menghilang?

Randuk nampak sangat heran.

RAYYA

Lain kali jika ingin mempertahankan sesuatu, jangan lupakan milikmu yang lain, atau kamu bisa kehilangan semuanya.

Rayya seraya berdiri seolah akan pergi.

Randu yang masih takjub, tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Wajah Randu tidak bisa kenyembunyikan keceriaan.

RANDU

Mau pulang? Atau ingin menghabiskan secangkir kopi di sore hari?

Randu berupaya berinteraksi lebih banyak dengan wanita itu. Tapi wanita itu nampak tidak terlalu menghiraukan ucapan-ucapan Randu. Wanita itu perlahan melangkah pergi.

RANDU

Mmm Aku menunggumu setiap hari di tempat ini.

Rayya tersenyum tipis mendengar ucapan Randu, tapi Ia masih tidak menoleh.

Rayya masih terus berjalan beberapa langkah.

RAYYA

Secangkir kopi mungkin cukup untuk sore ini.

Rayya sembari tetap meneruskan langkahnya.

Mendengar itu, Randu segera mengemas barang-barangnya dan mengikuti langkah Rayya, kemudian memberanikan diri berjalan di samping Rayya.

Rayya melangkah dengan anggun, sangat menawan. Randu seperti sedang melihat bidadari yang melayang-layang. Ditambah tipis senyum Rayya, ah indahnya.

Randu terus tersenyum sepanjang perjalanan.

Cukup jauh mereka berjalan, hingga Randu sendiri tidak sadar seberapa jauh dari Halte tadi. Tibalah mereka di sebuah coffeeshop.

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar