Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR CHATA — MALAM
Cast: RANDU, CHATA
FADE IN
Randu dan Chata kali ini berada di kamar Chata. Randu duduk di sudut tempat tidur. Chata berbaring di sebelahnya.
Randu kembali menceritakan pada Chata apa yang dia lakukan untuk menemukan Wanita di Halte itu.
Chata yang nampak semakin khawatir mencoba mengalihkan bahasan yang masih terus berulang dari Randu sejak minggu lalu.
CUT TO
EXT. TAMAN KOTA — PAGI-MALAM
Cast: RANDU, RAYYA
Randu masih belum menyerah menunggu Wanita itu. Bahkan semakin hari semakin besar hasratnya untuk bertemu. Siapa namanya? Ah Randu tetap lupa.
Hari ke sekian masih Ia coba. Kali ini Randu pergi lebih cepat dari biasanya. Duduk disana hingga senja. Masih juga si Jelita belum tiba. Barangkali jelita melewatkan senja. Mungkin tunggu lagi saja sampai malam tiba.
Randu mulai bertanya pada semua orang yang berlalu lalang.
Semua orang menggelengkan kepala, sebagian nampak keheranan, bahkan hingga sedikit ketakuan.
RANDU
CUT TO
Sudah lebih dari sepekan setelah pertemuan pertama Randu dengan Wanita di Halte sore itu.
Hari ini Randu sudah duduk di ha halte sejak pagi. Berbekal sebungkus rokok, sebotol minuman, sebuah buku bacaan pemberian Chata dan sebuah buku tulis yang selama ini menjadi tempat menggoreskan setiap isi pikirannya.
Buku-buku itu Randu keluarkan dari tas, dia susun di atas kursi, di sebelah posisi duduknya.
Orang-orang yang melintas cukup ramai pagi ini.
Randu tersenyum melihat para karyawan yang terburu-buru berangkat ke kantor, persis seperti dia beberapa waktu lalu.
Randu menyapa ramah anak kecil yang melewatinya,
sang anak senang, tapi orangtuanya nampak khawatir.
Randu juga membantu menuntun seorang wanita tua yang ingin menyeberang jalan.
Randu kembali ke bangku di halte itu, duduk menyilangkan kaki, mengambil buku catatan, lalu menuliskan beberapa kalimat di buku itu.
Randu berhenti sejenak untuk mengambil kotak rokok dari kantong jaketnya.
Ia mengeluarkan satu batang rokok dari kotaknya. Randu membakar sebatang rokok langsung menghisapnya. Randu memerhatikan sekeliling, berharap melihat Rayya.
Tatapannya berhenti ketika Randu melihat sepasang suami istri menuntun anak lelaki mereka.
Raut wajah Randu seketika berubah, rahangnya mengeram. Hingga tanpa sadar Randu meremas rokoknya di telapak tangan.
CUT TO
Matahari mulai meninggi, Randu kembali menulis di buku catatan.
Seekor Anjing menghampiri Randu lalu duduk di dekatnya.
Randu memperhatikan Anjing itu sejenak, nampaknya Anjing ini sedang lapar.
Randu mengelus kepala anjing itu.
Randu pergi berjalan membeli makanan, ia kembali dengan kantung makanan di tangannya.
Randu membagi makanannya menjadi dua,
untuknya sendiri dan untuk Anjing yang duduk di sebelahnya.
Sembari makan, Randu masih memperhatikan sekeliling, berharap si Jelita segera tiba.
Randu juga masih menyapa dengan ramah orang-orang yang melewatinya.
RANDU
Ucap Randu pada orang-orang yang berlalu lalang.
Orang-orang itu hanya melewatinya saja. Beberapa dari mereka bahkan nampak mempercepat langkah.
Randu berbicara pada Anjing yang sedang menghabiskan makanannya.
RANDU
Setelah selesai makan, Randu memberi Anjing itu setengah gelas air. Kemudian mereka sama-sama duduk berdiam bersebelahan. Randu di atas bangku, dan Anjing itu di lantai sebelahnya.
Randu kembali menulis di bukunya. Buku bacaan yang satu lagi masih di sebelah posisi duduknya. Diantara Randu dan si Anjing.
Warna sore mulai menyapa. Randu sudah hampir sehari penuh di tempat itu. Bahkan sebungkus rokok yang Dia bawa tadi sudah hampir habis, menyisakan sebatang rokok terakhir.
Saat Randu mengambil batang rokok terakhirnya, Anjing di sebelahnya perlahan berdiri, mengulet sejenak seperti meregangkan badannya.
Ketika Randu membakar rokoknya. Tiba-tiba Anjing itu menggigit buku Randu, lalu lari membawanya.
Randu
Anjing itu masih terus berlari.
Randu pun mengejarnya sekuat tenaga. Meninggalkan barang-barangnya yang lain berserakan di bangku Halte.
Randu terus mengejar Anjing itu.
Anjing itu masih terus berlari, jauh sekali.
Randu terus mengejar. Tidak mungkin membiarkannya pergi dengan buku itu. Buku itu pemberian Chata. Randu terus mengejar dengan napas terengah-engah.
Anjing itu masih saja terus berlari.
Sangat jauh dari tempatnya tadi, si Anjing menjatuhkan buku itu di depan sebuah rumah. Melihat Randu yang masih mengejarnya, si Anjing pergi meninggalkan buku itu begitu saja.
Randu kemudian mengambil buku itu.
RANDU
Teriak Randu pada si Anjing yang terus berlari dan perlahan menghilang.
Nafas Randu masih terengah-engah.
Setelah mengambil buku dan akan kembali ke Halte, perhatian Randu teralihkan dengan sebuah rumah, tepat di depan Ia berdiri saat ini. Tepat di depan Anjing tadi menjatuhkan bukunya.
Randu memperhatikan rumah itu cukup lama. Rumah ini nampak tidak asing bagi Randu. Ia merasa seperti mengenal bentuk bangunan ini.
Tapi kemudian Randu teringat untuk segera kembali ke Halte, karena si Jelita belum juga tiba.
Randu berjalan kembali ke Halte. Setibanya di halte, Randu terkejut karena seorang wanita nampak serius membaca buku tulisnya. Randu juga melihat barang-barang yang ditinggalkannya tadi sudah kembali tertata rapi di samping wanita itu.
RANDU
Setelah bicara seperti itu, Randu baru menyadari siapa wanita itu. Melihat siapa yang membaca bukunya, membuat Randu menjadi tidak berdaya.
RAYYA
RANDU
RAYYA
Randuk nampak sangat heran.
RAYYA
Rayya seraya berdiri seolah akan pergi.
Randu yang masih takjub, tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Wajah Randu tidak bisa kenyembunyikan keceriaan.
RANDU
Randu berupaya berinteraksi lebih banyak dengan wanita itu. Tapi wanita itu nampak tidak terlalu menghiraukan ucapan-ucapan Randu. Wanita itu perlahan melangkah pergi.
RANDU
Rayya tersenyum tipis mendengar ucapan Randu, tapi Ia masih tidak menoleh.
Rayya masih terus berjalan beberapa langkah.
RAYYA
Rayya sembari tetap meneruskan langkahnya.
Mendengar itu, Randu segera mengemas barang-barangnya dan mengikuti langkah Rayya, kemudian memberanikan diri berjalan di samping Rayya.
Rayya melangkah dengan anggun, sangat menawan. Randu seperti sedang melihat bidadari yang melayang-layang. Ditambah tipis senyum Rayya, ah indahnya.
Randu terus tersenyum sepanjang perjalanan.
Cukup jauh mereka berjalan, hingga Randu sendiri tidak sadar seberapa jauh dari Halte tadi. Tibalah mereka di sebuah coffeeshop.
FADE OUT