Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kubayar Pelangi dengan Hujanmu (Skrip)
Suka
Favorit
Bagikan
15. Pengorbanan

SEKUENS 08

100. EXT. HALAMAN SEKOLAH - MORNING

ESTABLISHING SHOT

Para siswa ramai memasuki sekolah. Tersorot plang bertuliskan "SMA Selaksa 1" pada papan yang bertengger di atas gerbang masuk.

101. EXT. SEKOLAH VIRA - DEPAN TOILET - MORNING

Vira baru saja keluar toilet. Ia hampir menabrak Dafa yang tiba-tiba lewat. Vira lirik sinis sekilas. Dafa tak juga menyingkir. Vira melengos tapi Dafa menahan lengannya.

DAFA

Lo tau ke mana Kila?

Vira menepis genggaman Dafa.

VIRA

Tanpa perlu ditanya, seharusnya lo tau jawabannya.

Vira melangkah pergi.

DAFA

Udah tiga hari dia nggak masuk.

Langkah Vira terhenti.

DAFA (CONT'D)

Apa lo bener-bener nggak peduli lagi sama dia?

(beat)

Vira yang gue kenal punya rasa empati tinggi, apalagi ke orang-orang terdekatnya.

Dafa berjalan ke arah yang berlawanan. Vira masih terdiam di tempatnya. Menghela napas berat, ia pejamkan mata lantas menunduk.

102. INT. SEKOLAH VIRA - KELAS VIRA - MORNING

GURU MATEMATIKA (50) mengabsen murid-murid. Satu per satu mengangkat tangan. Namun, tak ada sahutan saat nama Sesil disebut.

GURU MATEMATIKA

Sesil masih belum masuk?

(beat)

Ada yang tau kenapa? Saya lihat di data absensi udah tiga hari lho dia nggak masuk.

Semua siswa menggeleng. Ada yang berbisik dengan teman sebangku, bertanya-tanya. Sementara Vira hanyut dalam pikirannya.

103. EXT. DEPAN RUMAH TION - AFTERNOON

Di sebelah dinding pembatas yang berhadapan dengan rumah Kila, Vira berdiri bimbang. Ia menggigit bibir seraya menggenggam tali ransel dengan gelisah.

Ia lihat seorang lelaki mencurigakan, tertutupi hoodie serta masker, berjalan di sisi kiri. Vira pun langsung sembunyi ke balik dinding. Ia mengintip dari sana.

Lelaki itu menyelipkan sejenis surat di antara kisi-kisi pagar rumah Tion. Ia tengok kanan-kiri, lalu beranjak pergi.

Vira memastikan sampai lelaki itu menjauh. Barulah ia keluar dari persembunyian, menghampiri rumah Kila, mengambil surat tadi.

Ia buka surat itu.

CUT TO:

104. EXT. DEPAN KAFE - AFTERNOON

CU surat yang tadi diambil Vira. (Gawai) Vira mendekat, diketukkan layarnya agar fokus, lalu mengambil potret surat itu. Kemudian Vira angkat gawai untuk mengecek hasil potretnya.

Dafa pun turut mengangkat surat itu. Ia juga masih mengenakan seragam sekolah, seperti Vira.

DAFA

Kenapa nggak lo aja yang ngasih ini ke Om Tion?

Vira sibuk dengan gawainya.

VIRA

Gue lagi ada masalah sama dia.

Dafa mendengus.

DAFA

Sejak kapan sih lo demen cari musuh gini?

Vira menengok. Menatap tak suka pada Dafa.

VIRA

Dia udah ngejelek-jelekin Bunda. Apa nggak wajar kalo gue benci sama dia?

Dafa melirik-lirik ke arah lain salah tingkah. Ia garuk-garuk pelan belakang kepala.

VIRA (CONT'D)

Sebenernya bisa aja sih abis gue baca surat itu, gue foto, terus langsung gue taro lagi di pagar rumahnya.

(beat)

Tapi gue pengen ngasih ke lo. Supaya lo ada alasan buat datang ke sana, diskusi, bantuin Om Tion cari solusi.

Dafa menatap Vira. Cukup lama. Kemudian kembali menatap surat di genggamannya.

105. INT. RUMAH TION - RUANG TENGAH - AFTERNOON

CU dua cangkir teh hangat yang diletakkan MBOK LEMI (59) di atas meja.

Dafa duduk di sofa kecil sisi kanan meja. Punggungnya bersandar rileks.

Tion datang dan duduk di sofa tengah.

TION

Saya sudah cek CCTV depan.

Dafa pun menjauhkan punggungnya dari sandaran sofa. Ia genggam kedua tangan dan diletakkan di atas lutut.

DAFA

Gimana, Om? Kira-kira dari perawakannya, Om kenal?

Tion menggeleng. Ia angkat surat yang sedari tadi digenggam.

TION

Dia bilang, saya harus datang sendiri, ke tempat yang jauh dari keramaian, tersembunyi di antara semak belukar.

(beat)

Tempat yang menjadi kandang bagi kendaraan besar, tapi sekarang sudah dilupakan.

Tion menggeram. Meremas surat itu.

TION (CONT'D)

Dia mau main-main sama saya rupanya.

Ia lempar surat ke atas meja. Mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, frustasi.

DAFA

(ragu-ragu)

Mungkin ada yang bisa saya bantu, Om?

Tion menurunkan tangannya.

TION

Saya sudah lapor polisi sejak kemarin.

(beat)

Surat ini akan saya kasih ke mereka. Tapi, saya juga bakal sewa orang buat selidiki.

(beat)

Lagipula kita masih belum tau, apa si pengirim surat ini yang culik Kila atau bukan. Atau emang cuma orang iseng.

Ia menoleh ke Dafa.

TION

Lebih baik, kamu bantu Vira aja. Dia lebih butuh kamu.

106. E/I. HALAMAN GUDANG KOSONG - DUSK

Sinar jingga menerpa semak-semak. Kaki Vira melewatinya, menghasilkan suara bergemerasak. Vira berjalan melalui halaman yang cukup luas. Ada gudang tua yang tak kalah besar di sana.

Pelan-pelan Vira telisik bagian dalamnya dari bekasan jendela yang sudah tak berkaca, digantikan dengan balok kayu dengan posisi menyilang.

Vira berjalan menyusuri samping gudang sambil memperhatikan sekeliling.

Lalu sayup-sayup terdengar suara dari dalam.

YUDA (OS)

Masih belum sadar, apa yang bikin saya sekap kamu di sini?

Vira tertegun. Kemudian ia dekatkan diri ke jendela, mengintip di antara balok kayu. Ia menyipit. Terlihat sosok perempuan yang terikat di kejauhan.

YUDA (OS)

Karena kamu bikin Vira nangis malam itu!

Tubuh Vira menegang. Kakinya bergerak sedikit ke kanan tetapi menyenggol kaleng. Kaleng itu bergeser hingga menghasilkan suara gesekan.

Vira mengembuskan napas lega karena kaleng itu tidak jatuh. Tapi kemudian, pintu di sampingnya terbuka.

Sesil muncul. Vira terdiam menatapnya.

107. INT. KAMAR POJOK GUDANG - EVENING

Sesil menggiring Vira ke kamar yang terbuka. Ia dorong punggung Vira agar masuk ke dalam. Ada Yuda di sana, duduk pada tepi ranjang.

Yuda menepuk-nepuk permukaan ranjang.

YUDA

Sini. Duduk dulu.

Vira memasang mimik masam. Alisnya menukik.

VIRA

Saya nggak sudi dekat-dekat orang yang udah bikin hidup Bunda menderita.

Yuda mendesah.

YUDA

Tapi kamu lebih sudi repot-repot datang ke sini buat nolongin orang yang sudah mencampakkanmu.

(agak menahan suara di tenggorokan)

Sekaligus anak dari orang yang sudah mencampakkan ibu kamu.

VIRA

Akar permasalahannya dari Anda!

(beat)

Kalo aja Anda nggak ngusik kehidupan ibu saya, mungkin dia udah bahagia sekarang!

Yuda mendecih. Ia bangkit berdiri. Ia dekati meja sisi kanan pintu, mengambil pisau yang tergeletak di atasnya. Vira menatapnya dengan tegang.

Sekilas Yuda melirik jepit rambut panjang di poni Vira sebelum mengasah pisau di pinggir meja.

YUDA

Lidya bakal bahagia, kalau laki-laki yang dinikahi betul-betul mencintainya.

(beat)

Tapi laki-laki itu sudah bikin dia kecewa. Sudah menyakiti hatinya.

(mengeraskan rahang)

Saya nggak akan bisa maafin.

Tiba-tiba Yuda melemparkan pisau ke dinding di belakangnya, lalu jatuh ke ranjang. Vira sempat mengernyit ngeri seraya memejamkan mata.

YUDA (CONT'D)

Saya simpan informasi yang seharusnya bisa kamu ketahui di sini.

Melirik ke pisau.

YUDA (CONT'D)

Pisau itu, silakan kamu gunain jika memang sudah putus asa.

Melirik tajam pada Vira.

YUDA (CONT'D)

Saya sudah tidak peduli lagi sama kamu.

Ia keluar, menutup pintu kamar.

Terdengar suara pintu yang dikunci. Vira menaik-turunkan sambil menarik-narik gagangnya.

Buru-buru ia cabut jepitan panjang dari rambut. Ia masukkan ke lubang kunci. Tapi pengunci sama sekali tidak bergerak.

Tersorot slot pintu kamar yang mengunci Vira dari luar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar