Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
20. INT. RUANG KELAS VIRA - MORNING (THE NEXT DAY)
SESIL (17) menggulirkan jemari pada layar gawainya. Sesekali ia lirik Vira di meja sebelah, bercengkerama dengan teman-teman. Ia menatap sinis.
Ia geserkan bokong ke kursi pojok, bersandar ke tembok, dan tenggelam lagi pada gawainya. Dua orang siswi pemilik kursi di depannya berjalan mendekat dari luar.
TEMAN 1
Jam pertama pelajaran Bahasa Indo ya? Ada PR, kan?
Sesil terhenyak. Gerakan jemarinya terhenti. Kedua siswi tadi sudah duduk di depannya.
TEMAN 2 (OS)
Oh, iya ya, hampir lupa gue kalo ada PR. Tapi untung udah ngerjain sih.
Sesil melirik Vira yang kini nampak sendiri dan sedang mengeluarkan buku dari dalam tas. Buru-buru ia pun membuka buku Bahasa Indonesia, mengecek materi yang dijadikan tugas rumah.
Ia mengernyit, mendesah kesal, dan menepuk dahi setelah melihat soal-soalnya. Ia lirik lagi Vira. Menggigit bibir, berpikir keras.
SESIL
(melirih)
Vira...
Vira menoleh. Sesil jadi gugup. Ia telan saliva susah-payah.
SESIL (CONT'D)
Elo... udah... ngerjain PR, kan...?
Vira mengangguk.
VIRA
Alhamdulillah udah. Kenapa emangnya?
Sesil memainkan jemarinya.
SESIL
(amat pelan seperti berbisik)
Boleh nggak, gue liat...?
Vira alihkan pandangan ke bukunya, menggigit bibir, berpikir.
VIRA
Gue ajarin aja, ya. Supaya lo ngerti juga.
Vira berdiri, lalu duduk di sebelah Sesil. Sesil mendesah pelan saat Vira sedang mengajarinya.
Baru terjawab tiga soal, PAK IWAN (47) sudah masuk ke kelas. Vira kembali duduk di kursinya, meninggalkan Sesil yang gelagapan.
PAK IWAN
Silakan langsung kumpulkan PR kalian ke depan.
Para siswa maju satu per satu. Sang guru memperhatikan mereka, menelisik dengan jeli siapa yang sekiranya masih duduk di tempat.
Dari balik kacamata, ia lihat Sesil menggenggam tangan dengan gelisah di sudut kiri kelas. Ia pastikan semua siswa sudah mengumpulkan tugas. Kecuali anak itu.
PAK IWAN
Sesil!
Sesil berjengit. Sontak ia menatap ke depan.
PAK IWAN (CONT'D)
Mana PR-mu?
Sesil meremas-remas tangannya di atas meja. Tergagap ia menjawab.
SESIL
A-anu, Pak, s-saya lupa...
PAK IWAN
(menggelegar)
Maksudnya kamu nggak ngerjain PR?!
Sesil merunduk, merengut di kursinya.
PAK IWAN (CONT'D)
Sudah cepat sana keluar. Bapak yakin kalian pasti tau konsekuensi jika tidak mengerjakan tugas di kelas saya.
21. EXT. HALAMAN SEKOLAH - DAY
Tangan Sesil membuka-tutup gunting rumput, memangkas rumput liar secara asal-asalan. Ada papan bertuliskan "saya berjanji akan selalu mengerjakan PR" yang menggantung di leher.
Di kejauhan, pada koridor depan pintu kelas, Vira iba menatapnya.
KILA (OS)
Hoy!
Tetiba Kila datang merangkul Vira. Lagi-lagi Vira dibuat kaget. Ia pejamkan mata dengan kesal lalu memelototi sahabatnya itu serta menoyor pipi Kila dengan telunjuk.
VIRA
Elo, ya, kebiasaan!
Kila menujukan tatapannya pada apa yang tadi dilihat Vira.
KILA
Itu Sesil? Ckckck... pasti nggak ngerjain PR dari Pak Iwan ya.
Vira menarik napas dengan berat lalu mengembuskannya.
VIRA
Gue jadi ngerasa bersalah. Harusnya gue kasih aja contekan ke dia. Sekali-kali doang ini.
Kila menyemburkan tawa. Ia balik menoyor kepala Vira dengan telunjuk sampai Vira berdecak kesal.
KILA
Elo jangan kelewat baik. Apalagi kelewat polos. Sampe jadi bego gitu.
Demi mengganti topik, ia keluarkan gawai dari saku kemeja. Jemarinya menggulirkan layar gawai.
KILA (CONT'D)
Eh eh, tadi gue liat ada suvenir lucu banget di toko online favorit gue. Yang nggak abis pikir komentarnya malah kocak-kocak. Pada ngehalu semua.
Sesil yang masih berjongkok memangkas rumput mengubah posisinya, berbalik, sehingga bisa melihat Vira dan Kila di koridor. Mereka nampak tertawa-tawa bahagia. Sesil mendengus kesal. Menatap amat tajam. Ia potong rerumputan dengan lebih bertenaga.
Di sisi lain, Dafa berjalan menghampiri Vira dan Kila.
DAFA
Hei.
Dafa menjulang di belakang Vira dan Kila. Keduanya menoleh. Mereka melihat Dafa yang wajahnya sangat ceria.
DAFA (CONT'D)
Pulang sekolah nanti, kalian ada waktu, nggak?
Kila bersedekap seraya tersenyum-senyum usil.
KILA
Dari tadi pagi lo keliatan bahagia banget deh. Padahal kemaren-kemaren mukanya ditekuk terus.
(beat)
Hoo gue tau nih kenapa...
Dafa sedikit mendekatkan wajah ke Kila sambil menyipit.
DAFA
Masa?
(beat)
Sok tau.
Ia mengacak puncak kepala Kila. Gadis itu bersungut-sungut.
DAFA (CONT'D)
Gue mau cari hadiah kejutan buat nyokap-bokap. Kalian mau, kan, temenin gue?
VIRA
Gue diajak juga nih?
DAFA
Iya dong.
(beat)
Semua ini juga kan karena lo. Makasih banyak, ya.
Kila melirik Dafa dan Vira bergantian.
KILA
Lho, lho, sejak kapan kalian jadi deket? Terus, maksudnya karena Vira itu gimana? Ada yang kalian rahasiain ya dari gue?
DAFA
Aduh... gue udah laper banget nih. Langsung makan aja yuk.
Dafa segera merangkul Kila, membalikkan tubuhnya ke arah kantin, membawanya pergi. Vira masih berdiam di tempatnya. Ia angkat telunjuk untuk membentuk lengkungan senyum di wajah, lantas melangkah riang di belakang Kila dan Dafa.
22. INT. PUSAT PERBELANJAAN - AFTERNOON
Vira, Kila, dan Dafa berada di area khusus suvenir. Mereka berkeliling sambil menelisik benda-benda yang terpajang di sana satu per satu. Beberapa kali Vira menunjukkan benda pilihannya, tetapi Dafa menggeleng.
Kila nampak berseri karena menemukan sesuatu. Ia tarik lengan Dafa untuk melihat benda itu: sebuah replika kue dengan bunga. Delapan tangkai mawar merah muda ditancapkan pada kue menyerupai semak. Semak itu dilingkari pita yang juga berwarna merah muda.
VIRA
Lho, ini yang tadi siang lo tunjukin ke gue, kan? Suvenir lucu dari online shop favorit lo itu?
Kila mengangguk mantap.
KILA
Iya! Aslinya bagus banget, kan!
Dafa bersedekap seraya menimbang-nimbang.
DAFA
Ini oke juga. Cocok buat pasangan suami-istri.
KILA
Iya! Nah nanti di tengahnya lo kasih notes atau ilustrasi pasangan suami-istri gitu.
Kila tarik lagi lengan Dafa ke lorong lainnya. Ia nampak begitu bersemangat bahkan melebihi Dafa. Vira memperhatikan keduanya, bersedekap sambil tersenyum-senyum sendiri. Ia berdiam di situ. Mengawasi mereka dari kejauhan.
23. INT. RUMAH KILA - KAMAR VIRA - NIGHT
Vira meraup kacang dari dalam plastik kemasan yang digenggamnya. Sambil mengunyah kacang itu, ia masih setia menatap Kila di atas ranjang ditemani papan Scrabble, sementara Kila sendiri justru bermain Scrabble dari gawainya.
KILA
Coba kalo.. 'enmeshed'. Bisa nggak ya...
Kila melirik Vira. Tak tahan dengan senyuman dan tatapan itu, ia pun melemparkan bantal guling ke wajah Vira.
KILA (CONT'D)
Woy! Bukannya temenin gue main, malah senyum-senyum nggak jelas. Percuma dong gue ke kamar lu!
Vira malah terbahak. Kacang masih terkunyah.
KILA (CONT'D)
Jangan-jangan lo kena penyimpangan orientasi seksual ya? Hih!
Kila bergidik ngeri. Vira balik melempari bantal guling ke wajah Kila.
VIRA
Gue lagi seneng, karena sahabat tersayang ini akhirnya jatuh cinta juga.
KILA
HAH?!
Kila melotot, lalu melirik-lirik salah tingkah.
KILA (CONT'D)
Sotoy.
Kila tengkurap lagi dan berusaha memainkan Scrabble-nya. Tetapi ia tidak bisa fokus.
KILA (CONT'D)
(agak pelan)
Jangan bilang-bilang sama orangnya. Awas aja.
VIRA
Berarti betul, kan, lo suka sama Dafa?
KILA
Ish, rese lu. Mending gue balik ke kamar aja!
Dengan kesal ia bawa papan Scrabble serta gawainya keluar. Ia banting pintu kamar Vira.
VIRA
Salting lo kelihatan sampai ke ubun-ubun, Kil!
Ia terbahak lagi tanpa berhenti mengunyah kacang.
24. EXT. KORIDOR SEKOLAH - DAY
Kila berjalan keluar kelas. Ia berhenti di depan pintu, menggigit bibir, tampak berpikir sambil memainkan jemari. Bola basket menggelinding ke arahnya dari samping. Ia melirik sebentar. Ia tarik napas dengan berat lalu membuangnya, kemudian mengambil bola itu.
Di ujung sana ada Dafa yang sedang terduduk pada pembatas koridor. Dafa merenung, menatap ke bawah dengan kaki yang terangkat. Kila mendekatinya sambil membawa bola basket.
KILA
Dafa.
(beat)
Lo mau ngomong apa?
Dafa menengok. Kila tak berani menatapnya.
Dafa menepuk sisi kosong di sebelahnya. Sambil tersenyum ia berucap.
DAFA
Duduk dulu, Kil.
Kila menurut. Masih tidak bisa ia melihat Dafa. Tanpa sadar ia genggam bola basket semakin kuat ketika Dafa bergeser untuk lebih dekat padanya.
25. EXT. JALAN PERUMAHAN - AFTERNOON
Dari sela-sela dedaunan pohon, terlihat Vira berlari kencang tanpa bisa berhenti tertawa. Sementara Kila mengejar di belakangnya, berteriak heboh.
KILA
Viraaa.. beneran deh lo itu rese banget!
(beat)
Kan udah gue bilang jangan kasih tauuu.. dasar ember!
Akhirnya ia berhasil menangkap Vira. Merangkul dan membuat Vira terjatuh, memukul-mukuli tubuh Vira. Vira membuat tameng dengan tangannya.
VIRA
Ampuun..!
Kila berhenti, mendengus kesal. Ia angkat sedikit kedua kaki dan membenamkan wajah di antara paha. Tangannya terlipat di atas lutut. Pura-pura menangis.
KILA
Huhu.. gue malu banget, tau!
Vira dekatkan diri padanya dengan berjalan sambil jongkok.
VIRA
Terus, terus, gimana? Dia nembak lo, ya?
Kila menggeleng. Ia angkat wajah sedikit sehingga hanya matanya yang terlihat. Lalu kedua tangannya memegangi wajah Vira.
KILA
(meringis)
Dia ngajak gue nonton, malam ini!
VIRA
Bagus dong. Berarti dia bakal nembak lo di tempat yang romantis!
(beat)
Lo terima ajakan dia, kan?
Kila sedikit menjauhkan tubuh dari Vira, merenung.
KILA
Belum gue jawab. Gue emang kepengen banget jalan berdua bareng dia. Tapi...
Vira menelengkan kepala.
VIRA
Kenapa?
KILA
Lo tau sendiri, kan, malam itu waktunya kita bantuin Mama beres-beres rumah. Nyuci piring, nyapu, ngepel.
(beat)
Emangnya lo mau besok pagi makan nggak pake piring, terus pas mau berangkat sekolah, rumah masih berantakan?
Vira menepuk-nepuk bahu Kila, membusungkan dada.
VIRA
Lo bisa andelin gue.
26. INT. DEPAN BIOSKOP - NIGHT
Dafa yang berdiri mensedekapkan lengan, sesekali melangkah agar tak bosan. Ia kenakan jaket serta kaos, terlihat kasual namun tetap rapi.
Kila baru saja datang, melihat Dafa di kejauhan. Sedikit ia rapikan kembali rambut yang disampir ke bahu.
KILA
Sorry... Lo udah nunggu lama, ya?
Dafa membalikkan tubuh, tersenyum melihat Kila. Ia menggeleng.
DAFA
Nggak juga. Langsung masuk aja, yuk.
Dafa menggandeng tangan Kila. Kila melirik-lirik Dafa, berusaha mengulum senyum.
27. INT. TEATER BIOSKOP - NIGHT
Lampu dipadamkan. Vira baru saja memasuki teater yang kebetulan pintunya berada di belakang. Sambil menyoroti jalan dengan senter gawai, ia pastikan lagi nomor kursi yang tertera pada tiket. Kursi di barisan E, pertengahan.
Tak berapa lama Vira sudah duduk di kursinya. Ia buka lagi gawai sambil sedikit ditutupi dengan tangan. Ia buka status yang Kila posting di media sosial beberapa saat lalu, dua lembar tiket nonton, barisan F. Vira tatap ke kursi depan, memberikan cengiran, lalu berusaha fokus ke layar bioskop.
CUT TO:
28. INT. TEATER BIOSKOP - NIGHT - MOMENTS LATER
Vira berjengit. Petugas bioskop baru saja membangunkannya. Ia melihat ke sekeliling. Lampu-lampu sudah dinyalakan. Kursi-kursi sudah dikosongkan, termasuk kursi di depannya yang semula diduduki Kila dan Dafa. Hanya ada satu pasangan muda di pojok atas yang masih betah mengobrol.
Vira mengecek jam pada gawai. Matanya membulat.
29. E/I. RUMAH KILA - NIGHT
Vira berdiri sebentar di depan pintu. Kemudian ia masuk sambil mengucapkan salam.
Rumah Kila tidak begitu besar. Jadi bisa terdengar jelas gerakan seseorang yang sedang mencuci piring di dapur dari pintu depan. Orang itu adalah Arin, masih mengenakan seragam kantor. Vira menatapnya nanar.
VIRA
Ma...
Arin menoleh, memaksakan senyum meski terlihat lelah.
ARIN
Sudah pulang?
(beat)
Langsung ke kamar aja, ya. Siapin keperluan buat besok, terus istirahat, supaya nggak kecapekan.
Vira membantah dan menawarkan diri untuk mengerjakan sesuatu yang sudah seharusnya menjadi tugasnya, tetapi Arin menolak. Ia pun meminta maaf dengan tulus. Dengan berat hati pula melangkah ke kamar.
30. INT. RUMAH KILA - NIGHT - MOMENTS LATER
Vira membuka pintu, hendak keluar kamar, tetapi terhenti karena mendengar Arin yang memarahi Kila di dapur.
KILA (OS)
Kan ada Vira, Ma. Dia udah janji kok mau ngerjain semuanya.
ARIN (OS)
Ya kamu jangan bebanin semuanya ke dia, dong. Kamu anak kandung mama, jadi kamu yang seharusnya punya tanggung jawab lebih besar!
Vira menunduk resah, merasa bersalah. Ia tutup pintu kamar pelan-pelan, tidak jadi keluar.