Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SEKUENES 01
1. INT. LORONG RUMAH SAKIT - DAY
Jam dinding berdetak. Jarum pendeknya bergerak ke angka dua. TION (28) yang terduduk di kursi meremas tangannya. Wajah tertunduk. Menatap kosong pada buku-buku jari di atas pangkuan.
INTERCUT:
Di sisi lain, waktu yang lain, LIDYA (27) juga turut meremas tangannya. Punggung bersandar pada sofa tetapi mata tertuju pada buku-buku jari. Terdengar suara Tion di depan televisi.
Kembali pada Tion di rumah sakit. Ia naikkan satu tangan untuk mengusap wajah. Dibenturkannya belakang kepala sedikit ke dinding sambil mendesah lemah, lalu melirik jam yang detakannya kini memenuhi seisi kepalanya.
CUT TO:
2. INT. RUMAH TION/LIDYA - RUANG TENGAH - DAY (FLASHBACK)
Tubuh Lidya menegak, menegang. Matanya lurus menatap Tion dan VIRA (1) yang terduduk pada karpet persis di depan TV. Tion masih terus menunjukkan tempat-tempat hiburan dari gawainya untuk merayakan ulang tahun Vira. Tetapi anak itu hanya melirik sekilas, kemudian kembali asyik bermain Barbie.
Lidya sudah beranjak dari sofa dan kini berdiri di samping Tion.
LIDYA
(agak ragu)
Ayah, boleh ngomong?
(beat)
Sebentar ...
Tion mendongak lantas tersenyum.
TION
Ya kalo mau ngomong, tinggal ngomong aja, Bun. Jangan kayak junior yang lagi mau nyatain cintanya ke senior deh.
Tion terkekeh, sementara Lidya semakin merunduk, tidak berani beradu tatap dengan suaminya.
LIDYA
Nggak di sini.
Ia sedikit mengangkat wajah demi melirik Vira. Tion mengikuti arah lirikan itu, terkekeh lagi. Ia pun berdiri. Sebelah tangan mengusap puncak kepala Lidya.
TION
Kenapa sih, hm?
Ia dekatkan bibir ke telinga Lidya, berbisik.
TION (CONT'D)
Bunda kalo mau ngomongin sesuatu yang intim, nanti malam aja. Lebih seru.
Tubuh Lidya sedikit bergetar. Tion menaruh perhatian penuh saat Lidya mengangkat wajah perlahan. Mata berkaca-kaca. Raut takut nampak jelas dari wajah cantik itu. Kening Tion tertaut saat Lidya mulai membuka bibirnya.
BACK TO:
3. INT. LORONG RUMAH SAKIT - DAY
Tion tersentak ketika petugas lab memanggil namanya. Ia berdiri cepat, melangkah lebar-lebar. Setelah mengucapkan terima kasih, ia sandarkan punggung dekat pintu lab.
Diusapnya amplop sebelum membuka isi di dalamnya pelan-pelan. Ia cermati tulisan yang tercetak pada surat itu. Lalu terfokus pada satu bait yang sengaja ditebalkan, berbunyi, "... probabilitas Shavira Rufatullaila sebagai anak biologis dari Tion Prananto adalah 0%."
4. INT. MOBIL TION - MOMENTS LATER
Surat DNA yang dibaca Tion tadi, teremas kuat-kuat di atas setir sampai urat nadi Tion terlihat. Sebelah tangan yang lain memukul-mukuli dahinya beberapa kali. Gigi bergemeretak, sementara dada naik-turun dengan cepat. Ia berteriak. Ia tekan pedal gas kuat-kuat, melajukan mobil secepat mungkin.
5. E/I. KAMAR LIDYA/TION - DUSK (NEXT DAY)
Petir menggelegar. Hujan deras memburamkan penampakan Lidya dari balik jendela. Wanita ini duduk termenung di tepi ranjang. Matanya hanya menatap foto keluarga di atas kabinet. Ia tidak peduli meski tangisan Vira terdengar dari kamar sebelah.
Bermenit-menit lamanya ia hanya terdiam. Lalu tetiba sedikit cairan kental keluar dari salah satu rongga hidung. Cairan itu perlahan menetes, jatuh ke lengannya.
DISSOLVE JUMP TO
SCENE #6