Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
35. INT. RUMAH KILA - NIGHT
Vira membuka paksa pintu rumah. Tergopoh-gopoh ia hampiri Kila yang berdiri di sisi meja sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Dafa menyusul di belakang.
VIRA
Mama mana?! Ada apa sama Mama?!
Kila tak merespon. Tubuhnya terus bergetar.
ARIN (OS)
Lho, Vira? Kenapa nih heboh banget.
Melihat Arin yang keluar dari dapur, Vira bergegas menghampirinya. Ia peluk dengan erat. Lalu, tanpa sabar ia telisik dengan detail tubuh Arin.
VIRA
Mama, bagian mana yang luka? Mana yang sakit?
Arin menatapnya bingung.
ARIN
Kamu kenapa sih, Sayang? Mama baik-baik aja kok.
VIRA
Tapi... tapi... tadi Kila bil-
Vira tidak melanjutkan ucapannya. Mimik khawatirnya berganti jadi tatapan tajam yang ia tujukan pada Kila. Saat ini Kila sedang terbahak.
KILA
Surpriisee!!
Vira hentakkan langkah saat mendekati Kila.
VIRA
Bener-bener ya. Pasti lo ngebohongin gue, nyuruh gue cepet-cepet pulang soalnya lo cem-
Kila segera membekap Vira, melirik gusar pada Dafa.
ARIN (OS)
Lho, kamu bawa teman, Vir?
Arin menghampiri Dafa yang masih berdiam di dekat pintu, tersenyum usil.
ARIN
Kamu habis nge-date sama anak saya?
DAFA
Nggak, Tante. Tadi... saya cuma anterin Vira ke makam Bundanya.
(beat)
Oh, iya. Nama saya Dafa. Saya teman sekelasnya Kila. Salam kenal, Tante.
Dafa mencium sopan punggung tangan Arin.
TION (OS)
Wah wah... ada tamu rupanya.
Semua menolah ke asal suara. Tion baru saja keluar dari dapur, membawa dua piring berisi lauk.
KILA
Om nggak usah repot-repot. Sini Kila aja yang bawa.
Kila bergegas membantu. Vira masih terus menatap Tion.
ARIN
Sayang, ini namanya Om Tion. Klien mama di kantor.
TION
Oh... jadi ini yang namanya Vira.
(beat)
Salam kenal, ya.
Vira masih terpaku. Kemudian ia sedikit merunduk, meraih tangan Tion, menciumnya sopan. Vira menutup kedua matanya saat menciumi tangan Tion.
FADE TO:
36. INT. RUMAH KILA - RUANG TENGAH - MOMENTS LATER
Dafa dan Tion ikut makan malam di rumah Arin. Mereka bercengkerama hangat. Suasana jadi ramai. Arin menceritakan kedekatannya dengan Tion. Kila menceritakan bagaimana ia bersahabat dengan Dafa.
Hanya Vira, yang tenang menyantap makanan di kursinya. Sesekali melirik Tion yang duduk di hadapannya, memperhatikan gerak-gerik lelaki itu. Tion sangat perhatian pada Arin. Tion membuat Arin tersenyum bahagia.
Mata Vira dan Tion bertemu. Tion tersenyum hangat, Vira ikut tersenyum dengan canggung lalu menyendok makanannya salah tingkah.
37. INT. TOKO BUKU - DAY (THE NEXT DAY)
Kila melihat-lihat buku di deretan kategori "Kamus." Vira juga sibuk melihat-lihat, tetapi pada deretan kategori lainnya. Ia ambil salah satu buku yang plastiknya sudah dibuka. Ia buka asal halamannya, membaca secara scanning.
Saat membuka halaman selanjutnya, ada ilustrasi sepasang wanita dan pria. Keduanya tertawa ceria. Lalu ada sub judul di halaman sebelahnya yang berbunyi, "Salah satu faktor penentu kebahagiaan."
CUT TO:
38. EXT. JALAN PERUMAHAN - AFTERNOON
Lengan kiri Kila menenteng seplastik belanjaan berisi buku, tangan kanannya menggenggam es cup dengan sedotan.
Vira hanya membawa es cup sejenis. Bergumul dengan pikirannya sendiri.
VIRA
Lo... setuju, nggak, kalo misalkan Om Tion nikah sama Mama?
Kila menyedot es-nya dengan khidmat sambil berpikir.
KILA
Sebetulnya gue kepengen Mama fokus ngurusin keluarga aja. Dari kecil gue nggak pernah punya waktu yang banyak bareng Mama. Gue pengen Mama punya pendamping hidup lagi, supaya bebannya lebih ringan.
(beat)
Sejauh ini baru Om Tion laki-laki yang bisa bikin Mama tertawa bahagia kayak semalam. Kalo memang dia orang yang Mama pilih... gue akan dukung.
Kila merunduk, menatap jalan beraspal sambil terus melangkah. Vira menyeruput esnya dengan tatapan lurus ke depan. Dari kejauhan, ia lihat sedan silver mengilat terparkir di depan rumah Kila yang sederhana.
Kemudian tiga orang lelaki dewasa melintas di dekat sana. Salah satunya Tion, dengan kaos dan celana pendek yang terlihat kumal. Masing-masing tangannya menggenggam sapu lidi dan pengki panjang, sama seperti lelaki lain. Samar Vira dengar percakapan mereka.
TION
Nggak apa-apa. Saya seneng kok bersih-bersih gini. Lagian, saya kan lagi ada proyek juga di sini. Jadi nggak cuma deket sama orang-orangnya. Saya mau jaga kebersihan lingkungannya juga.
Dua orang lainnya memperlihatkan gesture bangga pada Tion. Kila mengangkat wajah dan melihat Tion di sana. Ia pun berlari menghampiri, menyambut senang. Vira masih menelisik gerak-gerik mereka.
39. INT. RUMAH KILA - RUANG TENGAH - NIGHT
Dari balik dinding, Vira memperhatikan Arin yang terduduk di atas sofa, berbincang dengan seseorang di telepon. Terkadang Arin nampak tersenyum-senyum malu, terkadang pula tertawa renyah. Vira bisa melihat Arin melepaskan ekspresinya. Ia dekati setelah Arin menutup telepon.
VIRA
Aku dan Kila bakal ikut seneng kalo Mama bisa bersatu dengan Om Tion.
Arin terkejut, namun tetap berusaha terlihat tenang.
ARIN
Maksud kamu apa, Sayang? Mama sama Om Tion cuma temen, kok.
Vira duduk di samping Arin, tersenyum jahil.
VIRA
Mama persis kayak Kila.
Kemudian ia berbaring di pangkuan Arin. Arin mengernyit bingung.
VIRA CONT'D)
Ma, jangan paksain diri buat tahan perasaan Mama.
(beat)
Aku seneng kalo Mama deket sama Om Tion.
Arin tersenyum tulus, membelai lembut rambut Vira.
ARIN
Makasih banyak, Sayang.
(beat)
Tapi kamu nggak perlu terlalu mikirin hubungan Mama sama Om Tion. Karena yang terpenting bagi Mama adalah kebahagiaan kalian berdua. Kamu, dan Kila.
Vira terdiam. Ia betulkan posisi kepala di pangkuan Arin.
40. INT. MOBIL PICK-UP SESIL - DAY
Musik mengalun lembut dari radio, mengiringi Sesil menggulirkan laman media sosial dengan jemari. Ada banyak pengguna yang baru saja mengunggah potret bahagia mereka: kejutan ulang tahun, makan bersama keluarga, bersenandung sore dengan teman...
Satu yang terus ia perhatikan. Potret keluarga Vira di sebuah taman, dengan satu anggota baru. Telunjuk Sesil mengetuk-ngetuk satu-satunya lelaki di antara mereka.
Pintu mobil terbuka. Sesil menoleh pada YUDA (41) yang naik ke kursi sopir di sebelahnya. Mata Yuda sembab. Masih ada sisa genangan air di pelupuk mata itu. Yuda menutup pintu mobil sambil mengelap wajah dengan sapu tangan.
Sesil mendengus.
SESIL
Padahal sering banget ziarah ke sini. Dua minggu sekali. Makam Ibu aja nggak pernah dikunjungin Bapak sebanyak itu. Paling, setahun cuma satu kali.
(beat)
Tapi Bapak selalu jauh lebih emosional di sini.
Yuda menyalakan mobil. Mesin berbunyi begitu bising. Sesil menarik napas dalam-dalam, mengembusnya dengan pelan.
SESIL (CONT'D)
Aku bingung, deh. Padahal nggak ada perjodohan sama sekali. Tapi Bapak malah terpaksa nikah sama Ibu.
Yuda menekan pedal gas. Gerakan mobil menghentak sehingga tubuh Yuda dan Sesil terdorong ke depan. Perlahan mobil melaju dengan tersendat-sendat. Beberapa detik kemudian barulah sedikit mulus.
Yuda dan Sesil hanya bungkam selama perjalanan.
Laju mobil terhenti. Sesil melirik ke atas. Lampu lalu lintas berwarna merah. Alunan lagu dari radio pun turut berhenti, digantikan dengan suara penyiar yang menginfokan sesuatu dengan amat ceria.
PENYIAR (OS)
Selamat pagi sobat dan sobatwati semua! Jumpa lagi bersama gue, G, yang akan menemani kalian selama empat jam kedepan. Meski hari beranjak siang dan terik mulai menyapa, tapi semangat pastinya nggak boleh kendor dong. Apalagi, hari ini gue ditemani sama salah satu pengusaha ternama di Indonesia!
(beat)
Dulu beliau pernah sharing-sharing ya tentang jatuh-bangun mendirikan sebuah perusahaan berbasis digital. Nah, sekarang kita mau bahas hal lain, nih. Agak ke urusan pribadi nggak apa-apa kali ya ...
Selanjutnya nama Tion Prananto mengudara. Yuda membulatkan matanya, mengeratkan genggaman pada kemudi. Ia tatap nyalang lampu lalu-lintas yang sudah bergeser ke warna kuning, dan segera melajukan mobil dengan kencang begitu lampu hijau sudah menyala.
Sesil memejamkan mata, mengeratkan genggaman pada sabuk pengaman. Ia ketakutan.
41. EXT. TAMAN KOTA - DAY
Pernak-pernik pernihakan menghiasi taman. Ramai orang-orang bercengkerama ditemani musik yang mengalun lembut nan romantis. Ada yang duduk, ada yang berdiri karena tidak kebagian kursi, ada pula yang berdansa dengan pasangan masing-masing.
Arin dan Tion memilih duduk sambil memperhatikan kemeriahan pesta dari singgsana mereka. Arin menunjuk pada Kila yang nampak kaku berdansa dengan Dafa, mengajak Tion untuk turut melihatnya, lantas tertawa renyah bersama.
Vira baru saja keluar dari toilet. Ia dekati Dafa dan Kila, menggoda mereka, hingga mereka menghentikan dansa dan masing-masing nampak salah tingkah.
Jauh di belakang keramaian itu, seseorang memunculkan wujudnya dari balik pohon. Wajahnya tak begitu terlihat karena tertutup hoodie. Ia mengangkat sedikit hoodie agar bisa melihat keadaan dengan lebih jelas.
Sorot tajam matanya segera tertuju pada Tion. Lalu bergeser, dan menemukan Vira di antara keramaian, sedang tertawa lepas. Tatapannya meneduh. Senyumnya perlahan terpatri.
42. INT. RUMAH TION - DAY
BEGIN MONTAGES
Vira, Kila, dan Arin pindah ke rumah Tion yang besar. Sambil menyeret koper, Vira dan Kila tak henti-hentinya mengagumi isi rumah itu. Mereka masing-masing memiliki kamar sendiri seperti sebelumnya.
43. EXT. TAMAN KOTA - AFTERNOON
Keluarga baru ini saling mengejar, beradu kecepatan lari. Kila mengungguli tetapi kemudian Tion menyusul. Kila yang tak terima, meraih lengan Tion, lantas mereka pun terjatuh karena hilang keseimbangan.
Vira dan Arin turut menjatuhkan diri di atas rerumputan. Mereka bersama menatap langit, mengatur napas yang terengah.
44. EXT. TAMAN KOTA - DUSK - MOMENTS LATER
Mereka berkumpul di atas tikar. Berbagai makanan ringan terhidang di tengah-tengah. Tion bermain gitar, Arin bersenandung, Kila mengunyah camilan sambil menggerakkan tubuh dan kepala.
Sementara Vira, ia hanya terdiam memperhatikan mereka. terutama Tion. Senyum teramat bahagia tak pernah hilang dari wajah Vira.
END MONTAGES
CUT TO:
45. EXT. TEPI JALAN RAYA - DAY
Di depan auditorium, Arin melihat-lihat ke jalan seberang dengan gelisah sambil meletakkan gawai di telinga. Banyak kendaraan berlalu-lalang di depannya.
ARIN
Kamu di mana sih, Vir? Sebentar lagi Kila mau tanding lho. Jangan sampai kamu ngelewatin kesempatan ini juga, kayak Papa. Sibuk kerja terus.
VIRA (OS)
Iya, Ma, sebentar lagi. Tadi Vira mampir dulu di toilet. Kebelet banget. Eh malah ngantri.
ARIN
Oke. Mama tunggu, ya.
Arin menutup teleponnya. Masuk pesan dari Kila yang menanyakan kehadirannya dan Vira. Arin tidak membalas pesan itu. Ia mondar-mandir sambil mengetuk-ngetukkan jemari ke gawai.
Sudah sepuluh menit berlalu, ia putuskan untuk menyeberangi jalan saja. Gawai Arin terus bergetar, menandakan Kila yang mengiriminya pesan berkali-kali.
Di sisi lain, Vira berjalan melewati lingkungan pasar. Ia lihat Arin sedang berusaha menyeberangi jalan. Ia semringah dan ingin berlari, namun terhenti, bersamaan dengan lengkingan tertahan dari orang-orang di sekitar sana, juga gawai milik Arin yang terjatuh ke jalan beraspal.
Sopir truk container (berwarna kuning) keluar demi memeriksa bagian belakang, lalu terjatuh lemas, duduk bersimpuh begitu melihat darah yang mengalir deras dari tubuh yang kini sudah remuk.
SLOW MOTION
Untuk sesaat Vira hanya terdiam di tempatnya dengan keterkejutan sempurna pada mimik wajah. Kemudian ia berlari, berlari semakin kencang, berlari sampai tidak peduli menabraki orang-orang sekitar.
Muncul bayang-bayang dari dua orang yang pernah menjadi sosok ibu untuknya: Wajah Lidya yang muram saat akan meninggalkannya, juga wajah Arin yang gelisah saat mencarinya. Terakhir, ia teringat akan senyum tulus Arin.
Terdengar detak jantung yang seperti ditransferi oleh elektrokardiogram dalam setiap langkah Vira menuju jasad Arin. Saat ia sampai, bunyi itu melengking bagai elektrokardiograf yang sudah menjadi satu garis lurus.
Vira bersimpuh di hadapan jasad Arin, berteriak histeris.