Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kubayar Pelangi dengan Hujanmu (Skrip)
Suka
Favorit
Bagikan
11. Sosok Tak Terduga

SEKUENS 06

76. INT. SUPERMARKET - AFTERNOON

MONTAGES

Hari ini Vira mulai bekerja. Ia berjaga di kasir, menunggu pembeli datang dan berbelanja, lantas bantu menotalkan belanjaan dengan alat pemindai dan menerima uang.

Sesekali ia berkeliling mengecek produk-produk yang tertata pada display jika tidak ada pembeli, memastikan semua berada pada posisi masing-masing. Tak lupa bawa catatan untuk mendatanya.

Vira melihat coklat hitam di salah satu display. Ia lirik harganya, lalu mengambil coklat itu.

77. INT. GUDANG SUPERMARKET - AFTERNOON

Vira menggigit coklat. Ia kunyah perlahan sambil berpikir. Ia sandarkan punggung ke dinding, lalu menatap langit-langit.

78. INT. SUPERMARKET - EVENING

Pintu terbuka. Vira menyambut si calon pembeli.

VIRA

Selamat datang. Selamat berbelanja.

Yuda mematung menatap Vira selagi pintu bergerak menutup. Dalam pandangannya, yang berdiri di sana adalah sosok Lidya.

Sosok itu berubah menjadi Vira saat ia berkedip. Lantas ia alihkan pandangan ke arah lain, berjalan menuju display dan mengambil beberapa produk yang dibutuhkan. Ia hampiri kasir sambil membawa lima produk berbeda.

VIRA

Semuanya tujuh puluh ribu.

Yuda serahkan satu lembar uang senilai seratus ribu. Vira hendak memberikan kembalian, tapi Yuda menolak.

YUDA

Nggak apa-apa. Sisanya buat Mbak aja.

Vira membungkuk seraya mengucapkan terima kasih. Yuda senang melihat wajah Vira yang berseri.

79. EXT. TROTOAR DEKAT SUPERMARKET - NIGHT

Yuda menyalakan korek api. Kretek yang sudah terapit di bibirnya kini mengeluarkan sedikit asap. Ia bubungkan tinggi, sampai kemudian menghilang.

Pintu supermarket terbuka. Ia dengar suara Vira yang berpamitan dengan orang-orang di dalam sana. Yuda melirik tanpa menolehkan wajah. Ia lihat Vira berjalan ke arah utara.

Yuda menyundut kreteknya ke bagian atas sebuah tempat sampah berbahan stainless. Lantas, ia tinggalkan saat asap kretek sudah menipis.

Yuda masukkan kedua tangan ke dalam saku jaket. Melangkah pelan-pelan, sengaja memberi jarak dengan Vira.

Vira merasa sedikit pusing. Ia agak oleng, tapi masih bisa menjaga keseimbangan. Lalu bagian kiri dadanya berdenyut. Bersamaan dengan itu, denyut di kepalanya juga makin menjadi.

Vira menepi dan bersiap menjatuhkan diri ke rerumputan, tapi Yuda sigap berlari, lantas berhasil menahan tubuh Vira.

80. EXT. TERAS SUPERMARKET - NIGHT

Vira membuka kota nasi yang diberikan Yuda. Ia mulai menyendok lauknya.

YUDA

Beneran nggak apa-apa, nih, nggak ke klinik?

Vira menyengguk. Ia khidmat menyantap makanan.

Yuda menyerahkan seplastik obat di sebelah tangan kiri Vira di atas meja.

YUDA

Ya udah. Yang penting, jangan lupa minum obat sakit kepala dan masuk angin ini, ya.

Vira alihkan sebentar fokusnya dari makanan, tapi ia tetap mengunyah.

VIRA

Makasih banyak ya, Om, udah perhatian banget sama saya. Sampai ngebeliin makanan seenak ini dari tempat lain segala. Padahal, kan, kita baru ketemu...

Vira agak menggantung ucapannya yang terakhir.

YUDA

Nama saya Yuda. Sekarang udah kenal, kan?

Vira menguyah pelan-pelan. Tersenyum kikuk. Sementara Yuda memberikan senyum penuh arti.

YUDA (CONT'D)

Saya juga punya anak perempuan. Seusia kamu. Jadi, kamu akan saya perlakukan seperti menjaga berlian.

Vira mengangkat kedua alisnya. Yuda terkekeh. Ia mengusap puncak kepala Vira.

YUDA (CONT'D)

Oh, iya, kamu mau ini, nggak?

Yuda merogoh saku celana, lalu memperlihatkan sebuah jepitan berbentuk kupu-kupu.

YUDA (CONT'D)

Saya beli ini buat anak saya. Tapi dia nggak mau.

(beat)

Daripada mubazir, mending buat kamu aja, nih.

Ia serahkan jepitan itu ke Vira.

81. INT. RUMAH VIRA - KAMAR VIRA - DAY

Vira pandangi jepitan kupu-kupu yang ia pegang. Jepitan dari Yuda. Ia masih memandangi benda itu sambil melangkah menuju kaca yang menggantung di dinding.

Vira tatap dirinya pada kaca itu. Pelan ia pakai jepitan dan poni yang semula menjuntai kini nampak rapi.

Ia tersenyum. Seperti melihat senyum dari bundanya.

82. EXT. KOMPLEKS PEMAKAMAN UMUM - DAY

Vira melewati jalan setapak bersama Ratna. Mereka asyik berbincang.

RATNA

Tumben pakai jepitan.

(beat)

Bagus. Cantik. Cocok sama kamu.

Vira tersenyum malu.

VIRA

Makasih.

(beat)

Aku dapet ini dari... temenku.

Ratna lanjutkan perbincangan ke topik lain. Sampai beberapa menit kemudian mereka terus lewati jalan setapak itu.

RATNA

Ibu ke sana, ya.

Ratna menunjuk arah tenggara.

RATNA (CONT'D)

Kamu hati-hati, Neng.

Mereka kini melangkah ke arah yang berlainan. Vira masih lurus. Beberapa ilalang menghalangi jalannya. Ia berbelok di balik bukit, berjalan lurus lagi, dan terdiam. Pandangannya tertuju pada seseorang yang berjongkok di depan makam Lidya. Orang itu membelakanginya.

Vira mengerutkan kening, memelankan langkah. Berusaha tidak menghasilkan suara pada gesekan kakinya yang mengenai rerumputan. Ia bisa mendengar orang itu terisak.

Jarak semakin dekat. Vira makin mengenali sosok itu. Seorang laki-laki, yang kemudian menoleh dengan mata sembab.

Mereka beradu-tatap. Mematung.

83. INT. RUMAH VIRA - KAMAR VIRA - AFTERNOON

Duduk di tepi ranjang, Vira menggigiti ibu jarinya. Tadi Yuda sempat menjelaskan sedikit padanya saat di pemakaman.

YUDA (OS)

Saya kenal ibu kamu. Lebih dari sekadar kenal.

(beat)

Saya... akan terus mencintai Lidya, sampai batas terakhir kesanggupan saya untuk hidup.

Vira beranjak membuka laci meja belajar. Tak sabaran ia membaca kembali surat dari Lidya, tepat pada paragraf keempat.

LIDYA (VO)

Ia, seseorang yang nampak rapuh. Namun membisiki kebencian. Ia adalah lelaki, yang haus akan cinta tulus. Tapi justru berakhir musakat, lantaran ego yang teramat kuat hingga tak bisa pudar.

Vira melipatnya lagi. Menaruhnya rapi. Bergegas ia ke kamar Lidya, menghadap lemari pakaian. Ia tarik napas dalam-dalam, mengembusnya keras.

Pada tangan Vira sudah tergenggam penjepit berbentuk panjang nan ramping.

VIRA (VO)

Bunda, maafin Vira udah berbuat lancang.

Vira bengkokkan penjepit itu. Ia masukkan ke dalam lubang kunci lemari. Ia putar, dan pintu lemari pun terbuka. Vira menariknya agar terbuka semakin lebar.

Di dalam sana, masih ada sedikit pakaian milik Lidya. Vira mengambil salah satunya. Sudah sangat usang. Bercak kuning di mana-mana. Ia telisiki seisi lemari. Ia angkat satu per satu benda dari sana.

Usai itu, Vira beralih ke kabinet di sebelahnya. Tidak ada petunjuk penting yang ia temukan selain satu lembar foto keluarga.

Vira hempaskan diri ke kasur yang penuh akan benda-benda yang ia keluarkan tadi. Ia pejamkan mata. Peluh meluncur dari dahi.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar