Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SEKUENS 03
31. E/I. RUMAH KILA - DAY
Arin membuka pintu kamar. Ia berjalan menuju dapur, dan tersentak melihat sapu serta pengki yang bersandar pada dinding sebelah kulkas.
Ia ambil sapu dan pengki itu, berjalan ke belakang rumah untuk menaruhnya di sana. Lalu, ia terdiam begitu melihat kain pel yang sudah basah, tergantung di pagar besi belakang rumahnya.
Ia tersenyum sambil menggeleng-geleng.
CUT TO:
32. EXT. KORIDOR SEKOLAH - DAY
Vira melihat Kila duduk di pembatas koridor. Sambil menggigit bibir Vira melangkah pelan-pelan. Ia duduk agak berjarak dengan Kila. Angkat bicara tetapi matanya tetap lurus ke depan.
VIRA
Kila...
Tak ada respon. Vira menoleh. Kila sibuk dengan gawainya. Wajah sedikit tertekuk.
VIRA (CONT'D)
Lo pasti marah banget, ya, sama gue?
(merunduk)
Sorry...
Kila mendesah. Mengangkat wajah dari gawai.
KILA
Lo itu emang bener-bener orang yang nggak bisa megang janji, ya.
(beat)
Gue kecewa banget sama lo.
VIRA
Kemarin itu gue... ketiduran.
(beat)
Maaf...
KILA
Enak bener lo ngomong gitu.
Vira makin menundukkan wajahnya.
VIRA
Apa yang bisa gue lakuin, supaya lo nggak marah lagi?
Kila menoleh cepat. Ia menggeser bokong dan mendekatkan wajah ke Vira yang refleks sedikit menjauhkan tubuh. Wajah Kila semakin dekat. Melotot. Kemudian, ia tempeleng pelan pipi Vira dengan telunjuk.
KILA
Serius amat, sih!
Kila tertawa renyah. Vira mengerjap-ngerjapkan mata, bingung.
VIRA
Lo... nggak marah?
KILA
Ya marah, lah. Apalagi gara-gara lo, gue kena omel Mama semaleman.
(beat)
Tapi nggak apa-apa deh. Emang gue juga yang salah.
Kila memainkan lagi gawainya, membuka galeri foto. Ada beberapa potret yang menampilkan dirinya dengan Dafa tadi malam.
KILA (CONT'D)
Untung aja gue lagi seneng. Jadi gue nggak ikut kebawa emosi.
Vira mendadak ceria.
VIRA
Lo udah jadian sama Dafa?
KILA
Belom.
Vira mendengus.
VIRA
Payah, ah. Nunggu apa lagi sih? Geregetan gue jadinya.
Kila menghela napas berat. Diam sejenak.
KILA
Gue takut, dia cuma nggak enakan aja setelah tau gue suka sama dia. Takut kalo sebetulnya dia nggak nyimpan perasaan yang sama.
(beat)
Makanya gue nggak berani jawab langsung. Gue mau betul-betul mastiin dulu dari gerak-geriknya, dari tatapan matanya.
Vira turut terdiam, berpikir.
VIRA
Entah ya, menurut gue, Dafa itu keliatan sayang sama lo.
(beat)
Tapi bukan berarti punya perasaan cinta sebagai lawan jenis juga sih.
Tiba-tiba Vira teringat sesuatu.
VIRA (CONT'D)
Oh, iya, sekarang tanggal delapan belas, kan?
Kila mengecek tanggal di gawai. Ia pun jadi teringat sesuatu.
KILA
Iya, tanggal delapan belas...
(beat)
Vir, sorry banget, ya, hari ini gue nggak bisa nemenin lo. Gue baru inget, ternyata hari ini ada pelatihan buat kompetisi Scrabble bulan depan dan nggak bisa absen, karena bakal didiskualifikasi.
VIRA
Yah, masa gue sendiri.
Saat itu Kila melihat Dafa yang baru saja keluar kelas. Ia pun memanggil Dafa, memintanya untuk mendekat.
KILA
Pulang sekolah nanti, lo free, kan? Temenin Vira ya, gantiin gue. Please...
DAFA
Temenin ke mana?
Dafa dan Vira saling pandang.
33. EXT. PEMAKAMAN UMUM - AFTERNOON
Tersorot nisan bertuliskan "Lidya Nurmalasari." Vira telah selesai membaca doa, kemudian menabur bunga di atas pusara. Membasahi dengan sebotol air setelahnya.
MONTAGES
VIRA (VO)
Tiap kali ziarah ke makam Bunda, gue akan selalu sediain waktu buat ngunjungin rumah ini juga. Yah... minimal dua minggu sekali.
CUT TO:
34. INT. RUMAH VIRA - RUANG TENGAH - DUSK
Vira yang terduduk di sofa tengah memutar wajah, memperhatikan rumahnya.
VIRA
Gue juga suka bersihin debu-debu di sini, nyapuin lantainya, kalo sempet. Pokoknya sebisa mungkin nggak ngebiarin tempat ini kotor walaupun udah nggak berpenghuni lagi.
DAFA
Kenapa nggak lo jual aja? Atau seenggaknya, dikontrakin, atau dijadiin kost-kostan.
(beat)
Daripada... dibiarin kosong gini bertahun-tahun. Jadi kan ada manfaatnya. Bukan cuma buat lo, tapi buat orang lain juga.
VIRA
Gue juga sempet mikir gitu. Tapi...
Ia tolehkan wajah ke samping, ke kamar bekas almarhumah Lidya.
VIRA (CONT'D)
Gue masih belum bisa ngebiarin orang lain nempatin rumah ini. Mungkin nanti, saat pikiran gue udah jauh lebih dewasa.
(beat)
Lo tunggu di sini dulu ya, Fa.
Vira beranjak ke kamar itu. Ia buka pelan pintunya yang menghasilkan bunyi decitan halus. Ia telisik kamar itu sebelum melangkah masuk. Ia berjalan perlahan sampai ke lemari pakaian. Pada salah satu pintu lemari itu terdapat kaca.
Vira melihat pantulan dirinya berubah menjadi Lidya di sana. Wajah yang murung. Vira angkat telunjuk, menarik ujung bibir agar tersenyum, tapi pantulan wajah itu tetap sama, lalu berubah menjadi dirinya yang sudah tak menampilkan senyum lagi. Ia mendesah.
Kini Vira beralih pada meja kabinet dekat jendela. Ia ingin membuka laci pertama tapi terhenti karena gawai pada saku roknya bergetar. Tertera nama Kila di layar.
VIRA
Iya, Kil, kenapa?
Mimik Vira berubah. Wajahnya pucat. Matanya membulat.
VIRA (CONT'D)
(tersekat)
Mama...!
CUT TO:
SCENE #35