Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kubayar Pelangi dengan Hujanmu (Skrip)
Suka
Favorit
Bagikan
14. Langkah Baru

93. INT. RUMAH YUDA - RUANG TENGAH - NIGHT

Sesil berkali-kali melirik pada jam di atas meja. Jarum berdetak dengan bagian pendek berada di angka sepuluh. Dua piring nasi lengkap dengan dua gelas teh tak tersentuh sama sekali di sampingnya.

Sesil mengetukkan-ngetukkan jemari di atas meja. Di bawahnya, kaki bergerak-gerak gelisah.

Pintu terbuka. Suara hujan terdengar makin jelas. Yuda masuk dengan tubuh yang basah kuyup dari ujung kepala sampai kaki.

Sesil bangkit. Ia telisik sebentar kondisi Yuda.

SESIL

Aku... ambilin handuk dan siapin air hangat dulu.

(beat)

Buat Bapak.

Sesil beranjak ke belakang.

CUT TO:

CU segelas teh di atas meja. (Tangan) Sesil meraihnya, menyentuh permukaan.

Sesil angkat gelas itu. Ia bawa ke dapur.

94. INT. RUMAH YUDA - DAPUR - MOMENTS LATER

Sesil membuang teh dari gelas ke wastafel. Sedikit berjingkat, ia raih teh kotak pada rak gantung. Ia ambil satu lembar teh celup. Dimasukkannya ke dalam gelas, lantas menekan termos hingga air panas mengucur.

95. INT. RUMAH YUDA - RUANG TENGAH - MOMENTS LATER

Yuda datang dari arah belakang. Sudah ia kenakan baju ganti, rambut masih agak basah. Ia buka pintu kamar.

SESIL (OS)

Pak, makan dulu.

Yuda menutup pintu kamar.

Untuk beberapa saat Sesil hanya melipat tangan di atas meja sambil menatap kamar Yuda. Ia pun berdiri. Berjalan ke sana. Mengetuk pintu kamar Yuda.

SESIL

Pak, itu Sesil udah siapin teh hangat. Keburu dingin lagi lho. Bapak kan juga abis hujan-hujanan. Perut kosong. Nanti kalo sakit gimana?

Tak ada jawaban dari dalam. Sesil menunduk.

SESIL (CONT'D)

Pak, Sesil masih bisa terima kalo Bapak nggak merhatiin Sesil sama sekali. Tapi aku mohon, tolong, peduliin kesehatan Bapak sendiri.

(beat)

Seenggaknya kasih tau kalo emang Bapak udah makan. Supaya Sesil nggak nunggu-nunggu lagi.

Pintu terbuka.

Sesil mendongak. Yuda berdiri di hadapannya.

Tiba-tiba Yuda memeluk.

Sesil terhenyak. Pelukan Yuda makin erat. Tangan Sesil bergerak perlahan untuk membalas pelukan itu. Air menggenangi pelupuk matanya.

96. INT. RUMAH VIRA - KAMAR VIRA - MORNING

Sinar mentari menembus ke balik tirai jendela.

Vira berusaha membuka matanya. Ia pegangi kening, mengernyit. Ia bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Ia berdiri, lantas melihat pantulan dirinya pada cermin.

Wajah Vira amat pucat.

97. INT. RUMAH VIRA - DAPUR - MOMENTS LATER

Vira sudah mengenakan seragam sekolah. Ia telan beberapa jenis obat. Juga mengusapkan minyak angin ke perut serta tengkuk.

Sambil samar-samar bercermin pada kaca rak piring, Vira rapikan poni serta rambutnya yang terikat satu di belakang kepala.

Ia tarik napas panjang. Mengembusnya pelan.

98. EXT. KORIDOR SEKOLAH - DAY

SLOW MOTION

Terlihat punggung Vira. Ia berjalan melintasi para siswa yang tengah bercengkerama dan bercanda-ria di sepanjang koridor.

Ada Dafa, yang juga sedang mengobrol dengan dua siswa laki-laki. Ia lihat Vira sekilas. Lalu menoleh lagi ke teman-temannya. Tawa terselingi di antara para siswa ini.

Vira lewati Dafa tanpa menengok. Ia keluarkan gawai lengkap dengan earphone. Ia sematkan earphone itu ke masing-masing daun telinga.

BACK TO NORMAL MOTION

Sampai di ujung koridor, Vira bersandar pada tiang pembatas. Di hadapannya ada pohon besar. Vira sempat mendengar percakapan Kila dan Sesil yang kebetulan baru saja keluar dari toilet.

KILA (OS)

Nanti malam jadi, kan?

SESIL (OS)

Boleh.

KILA (OS)

Harus jadi pokoknya.

(riang)

Ih, gue nggak sabar banget deh!

Punggung mereka yang hendak menjauh tertangkap oleh ekor mata Vira.

Ia tekan gawai, memutar salah satu lagu. Matanya terpejam. Angin menemani dirinya.

99. EXT. PASAR MALAM - NIGHT

BEGIN MONTAGES

Musik terdengar. Anak-anak berlarian. Orang dewasa sibuk memilah-milih barang dagangan. Sementara para anak muda asyik bermain wahana yang memacu adrenalin serta wahana yang menguji ketangkasan seperti lempar gelang ke mulut botol.

Kila menarik lengan Sesil. Tak sabaran menunggu pada antrean wahana Ombak Banyu. Sesil bergidik melihat betapa cepat dan tingginya wahana itu.

CUT TO:

Setelah dari sana, Kila menarik Sesil ke wahana lain. Kora-kora menjadi tujuan selanjutnya. Sesil terus memegangi lengan Kila sambil meringis selama permainan. Sedangkan Kila berteriak seraya tertawa lepas.

Lanjut ke wahana berikutnya, rumah hantu. Kila berkali-kali memeluk Sesil karena terkejut. Sesil pun berkali-kali tertawa dibuatnya.

Terakhir, di atas bianglala, mereka saksikan kembang api yang menghiasi langit.

END MONTAGES

CUT TO:

Para pengunjung satu per satu meninggalkan pasar malam. Kila dan Sesil pun hendak keluar dari sana.

SESIL

Kil, boleh ke toilet dulu, nggak?

KILA

Ya boleh, dong. Lo kebelet?

Sesil mengangguk. Ia edarkan pandangan ke sekeliling.

SESIL

Di mana ya?

KILA

Itu.

Kila menunjuk ke arah depan, agak pojok. Mereka pun berjalan ke sana. Sesil masuk ke bilik toilet, Kila menunggu di depan. Suara jangkrik menemani Kila.

Lalu tiba-tiba kaki seseorang muncul di belakang. Mendekat, lantas membekap Kila dengan sapu tangan. Kila sempat memberontak. Tapi kemudian tangannya terkulai lemah.

DISSOLVE TO

SCENE #100

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar