Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Idola Indonesia
Suka
Favorit
Bagikan
10. #10. Permintaan SiSil

SCENE 53. INT. RUANG RAWAT INAP. PAGI

Pemain: Dokter, Hans, isteri Hans

Ruang rawat inap Hans kedatangan dokter Yanga egera memeriksa keadaan tubuh Hans. Isteri Hans memperhatikan hal itu dari tempatnya duduk hingga si dokter selesai melakukan pemeriksaan.

ISTERI HANS

Jadi apa yang terjadi pada suami saya dokter?

DOKTER

Pagi ini kondisi suami Anda sudah jauh lebih baik. Anda tidak perlu lagi terlalu cemas. Namun kepada Anda, Bapak...

(Si dokter menatap Hans yang tengah berbaring di tempat tidur).

Saya harapkan Anda tidak pernah mengkonsumsi obat- obatan yang mengandung zat adiktif lainnya tanpa....

HANS

(Bangun dari tidurannya, duduk di ranjang dan berteriak marah pada sang dokter).

Saya bukan seorang pemakai!

DOKTER

Sabar, Pak. Saya tidak mengatakan Anda pemakai narkoba. Biar saya jelaskan secara singkat bahwa zat adektif juga terdapat pada obat penenang semacam obat tidur. Dalam dosis yang cukup besar apalagi jika anda meminumnya dengan alkohol akan sangat membahayakan diri anda. Anda bisa mengalami keracunan seperti yang kemarin terjadi pada Anda dan bersyukurlah karena Anda masih hidup saat ini. Baiklah saya permisi.

ISTERI HANS

Terimakasih, Dok.

HANS

Berikan handphoneku.

ISTERI HANS

Tapi Papa masih sakit, Pa.

HANS

Aku bilang kemarikan handphoneku! Kau dengar atau tidak?!

(Isteri Hans meraih ponsel yang terletak di meja kecil di samping ranjang Hans dan dengan takut-takut menyerahkannya kepada Hans).

CUT TO

SCENE 54. INT/EXT. DEPAN RUANG RAWAT INAP/ RUMAH SAKIT. SIANG

Pemain: Agnes, Sisil, Franca, Hans

Agnes mengecup kening Sisilia yang sedang tertidur. Ponsel Agnes berbunyi. Agnes meraih ponselnya, menatap layar.

VOICE OVER AGNES

Hans? Apa dia sudah sadar? Lalu buat apa dia menghubungiku? Apa di tahu siapa pelaku yang membuatnya kini harus berada di rumah sakit?

(Agnes memijit keningnya dengan cemas. Telpon masih berbunyi).

VO AGNES

Ya, Tuhan, apa yang harus kulakukan?

(Ponsel itu kembali berbunyi dan Sisil terlihat menggeliat kecil. Agnes buru-buru melangkah keluar kamar inap Sisil lalu mengangkat panggilan itu).

Ya, Pak Hans...maksudku Sayang. Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Aku mencemaskanmu. Dokter bilang apa? Apa yang terjadi padamu?

INTERCUT

HANS

Aku senang mendengar nada suaramu yang sedikit bergetar itu. Apa kau benar-benar mencemaskanmu?

(Hans terkekeh).

AGNES

(Menarik nafasnya. Lalu berbicara dengan intonasi manja).

Tentu saja. Bagaimana bisa aku tidak mencemaskanmu.

HANS

Padahal aku sudah menghayalkan kemarin malam akan jadi malam yang paling indah buat kita berdua.

(Agnes diam. Bibirnya menyunggingkan senyuman jijik).

Bagaimana menurutmu?

AGNES

(Berujar jutek).

Dasar mesum.

HANS

Hah?

(Agnes memukul permukaan bibirnya)

VO AGNES

Dasar bego. Apa yang kau katakan? Kau menaruh obat penenang di minuman Hans dan sekarang kau bicara seenaknya padanya. Kau ingin mati? Kalau Hans curiga padamu, habis kau.

AGNES

(Mencoba bermanis-manis).

Maksudku sekarang kau sedang sakit, Hans. Berhenti memikirkan hal itu dahulu.

HANS

Kenapa ucapannu membuatku merasa kau selalu ingin menghindariku?

(Jeda sejenak).

Bon-bonku, jangan membuatku berpikiran bahwa gin yang kau berikan utuh...

AGNES

(Buru-buru memotong ucapan Hans).

INSERT

(Kamera menunjukkan sepasang kaki di depan pintu yang terkuak sedikit).

Siapa bilang aku ingin menghindarimu? Kau tidak tahu saja semalam aku juga sudah bersiap untuk bersenang-senang bersamamu.

(Hans terkekeh.)

INSERT

(Di belakang tubuh Agnes, langkah Franca terhenti. Dia mencermati setiap omongan Agnes di telpon).

HANS

Kau tidak berdustakan, Bon-bonku?

AGNES

Siapa yang mau berdusta padamu. Apalagi setelah semua yang kau lakukan buat menolong Sisil. Aku padamu, Hans.

(Hans terkekeh lagi).

HANS

Aku tidak menyangka bibirmu begitu fasih merayu.

(Agnes tertawa manja).

AGNES

Hanya padamu.

HANS

Begitu beruntungnya diriku.

AGNES

Hmm..hmmm.

(Jeda sebentar)

Oh ya, Hans, apa yang dikatakan dokter itu padamu?

HANS

Kau tahu apa yang dikatakan dokter di rumah sakit ini? Dokter itu bilang ada seseorang yang memasukkan obat penenang kedalam minumanku. Itu bisa saja dari wine atau gin yang kuminum. Tapi tentu saja aku tahu itu bukan dari gin yang kau berikan.

(Tubuh Agnes limbung seketika. Dia harus berpegangan pada tembok rumah sakit.

Tapi tenang saja, Sayang aku tidak akan pernah membiarkannya melakukan hal ini lagi padaku.

VOICE OVER AGNES

Ya, Tuhan apa ucapannya barusan menjelaskan bahwa dia tahu kalau orang itu adalah aku?

AGNES

(Menelan ludahnya, Agnes pura-pura bertanya).

Hans, apa kau mencurigai seseorang sebagai pelakunya?

(Hans tersenyum sinis dan geli).

VOICE OVER HANS

Dare you, Bon-bon. Beraninya kau melakukan itu padaku dan kini membohongiku. Sepertinya apa yang kulakukan pada Sisilia tidak membuatmu berhenti untuk membangkangku. Kau ingin bermain-main denganku? Baik. Aku akan bermain denganmu dan aku akan pastikan kau tidak akan pernah bisa melupakannya seumur hidupmu. Aku akan menghukummu dengan menjadikanmu

HANS

Tentu saja aku belum tahu siapa orang itu, Sayangku. Tapi kalau aku tahu siapa dia, aku akan memastikan dia menyesal karena melakukan itu padaku. Bagaimana menurutmu? Aku benarkan?

AGNES

Ehh, ngnggngg...iya eh, tentu saja. Kau harus membuatnya menyesal.

HANS

Kau baik-baik saja, Bon-bonku? Kau terdengar gugup.

AGNES

Tentu saja. Tidak. Aku tidak gugup. Aku hanya sedikit pusing memikirkan Sisil...tentang biayanya...

(Agnes menggigit bibir bawahnya, memicingkan matanya dan menggetok kepalanya).

VO AGNES

Bodoh, seharusnya aku tidak boleh segugup itu karena Hans bisa curiga padaku.

HANS

(Bicara serius dan mengancam)

Jangan terlalu memikirkannya. Aku akan membantumu. Aku akan menyingkirkan semua hal yang bisa membuatmu pusing dan tertekan. Semua.

(Agnes tertawa kelu).

AGNES

Terima kasih, Hans. Itu tidak perlu. Sekarang istirahatlah. Aku tidak mau kau sakit. Dah, Sayang.

(Agnes menutup ponselnya dengan cepat, menggenggam erat ponselnya dan menarik nafasnya. Franca mencibir).

FRANCA

(Mengejek dengan suara centil).

Sekarang istirahatlah. Aku tidak mau kau sakit. Daah, Sayang.

(Agnes berbalik dengan wajah terkejut mendapati Franca di depannya).

Jadi saat aku dan Kak Andy sibuk mencari obat Sisil yang tak kunjung kau beli, kau sedang asyik bersama bos mu yang bernama Hans itu?

AGNES

Ini tidak seperti yang ada dipikiranmu, Fran. Kau tidak tahu apa-apa...

FRANCA

Aku muak dengan omong kosongmu! Kau selalu berpikir bahwa kau tahu segalanya! Bahwa kau lebih baik dalam segala hal dari pada kami! Kau menyuruhku untuk tetap di sekolah! Tapi apa yang kau lakukan?! Beraninya kau menjual diri demi perobatan Sisil?!

(Franca memukul tubuh Agnes dengan keras. Mengguncang tubuh kakaknya itu).

Beraninya kau lakukan itu!

Kenapa kau lakukan itu? Kau kebanggaan Sisil, bagaimana Sisil bisa hidup dengan rasa bersalah padamu?

(Franca menangis).

AGNES

Fran, dengarkan aku...

(Franca menepiskan tangan Agnes dengan keras).

FRANCA

Aku tidak mau mendengar apapun darimu lagi!

(Franca berlalu pergi meninggalkan plastik obat Sisil di atas lantai. Agnes meraih plastik itu dan melangkah ke kamar. Di depan pintu, Agnes menemukan Sisil. Meraba-raba menuju ke arahnya).

SISIL

Apa itu kau, Kak Franca?

AGNES

(Menghampiri Sisil dengan cepat).

Sisil, kenapa bangun? Ayo, kembali ke tempat tidurmu.

(Sisil menepiskan sentuhan itu).

SISIL

Aku tidak mau di sini. Aku mau pulang.

AGNES

(Membujuk Sisil)

Kau akan pulang jika sudah sembuh dan itu sebentar lagi. Kita akan mengoperasi matamu. Kakak janji kau akan melihat kembali.

SISIL

(Bersuara pelan dan sedih).

Kau akan dapat uang darimana Kak?

AGNES

(Berlutut dan memeluk tubuh Sisil dan bicara seceria mungkin).

Jangan khwatir...

SISIL

(Memotong ucapan Agnes).

Aku tidak mau kau melakukan itu untukku, Kak.

AGNES

Apa maksudmu, Si? Tak ada hal buruk yang Kakak lakukan.

SISIL

Darimana kau mendapatkan uang untuk perobatan ku, Kak?

AGNES

Kakak mencairkan asuransi mama.

SISIL

Jangan membohongiku, Kak.

(Sisil menepiskan pelukan Agnes. Dia mundur beberapa langkah memberi jarak antara dirinya dan Agnes).

Aku bukan Sisil kecil yang bisa Kakak bohongi tentang kisah Ayah yang sedang berlayar ke Amerika dan akan kembali dengan sekantong besar hadiah buat kita, jika kita jadi anak yang baik. Aku sudah besar, Kak. Aku tahu Ayah tidak akan pernah kembali.

AGNES

Si...

SISIL

(Dengan suara bergetar).

Aku juga tahu kau tidak punya uang sepeser pun untukku membeli tiket konser, apalagi untuk biaya perobatanku dan operasi. Kau tidak perlu membohongiku. Tak pernah ada uang asuransi....

AGNES

Si...

SISIL

Aku tidak mau melihat dengan mengorbankan mu, Kak.

AGNES

Apa maksudmu, Si? Kau paati salah paham. Aku punya uang...

SISIL

Aku sudah dengar semuanya, Kak. Semua tentang orang bernama Hans itu dan kau...

(Agnes membekap mulutnya. Membayangkan bagaimana Sisil mencuri dengar saat dia menelpon tadi).

Aku tidak mau, Kak, lebih mudah bagiku menjalani kebutaan ini daripada melihatmu mengorbankan diri untukku.

(Agnes menangis).

Berjanjilah padaku, Kak kalau kau tidak akan mengorbankan dirimu untukku. Karena kakakku bukan seorang pelacur.

(Suara Sisil bergetar. Tangis Agnes makin deras. Didekati Agnes tubuh Sisil. Dia bersimpuh di depan adiknya itu. Jemari mereka tertautan).

AGNES

Apa kau masih percaya padaku, Dik?

(Sisil mengangguk).

Aku tidak melakukan apa-apa hingga tadi malam selain bernyanyi di club dan meletakkan obat penenang yang seharusnya kubeli untukmu di minuman pria bernama Hans itu.

SISIL

(Panik).

Bagaimana jika orang itu tahu? Bagaimana jika dia marah padamu, Kak? Kau harus keluar dari sana, Kak. Kau harus keluar dari sana sekarang juga!

(Sisil mengguncang-guncang tangan Agnes).

AGNES

Kau bisa pegang kata-kataku yang satu ini, Dik. aku janji akan keluar dari sana. Kita akan cari jalan lain untuk mengobatimu.

(Senyum Sisil merekah. Dia mendekatkan diri pada Agnes dan memeluk tubuh kakaknya itu. Sambil berpelukan Agnes bicara lagi).

Si, soal itu... Aku tidak pernah bermaksud membohongimu atau pun Franca. Ayah pergi saat kau berumur tiga tahun, usai pertengkaran hebat dengan ibu. Dia pernah mengirimi kita surat, aku menyimpannya sebelum mama merampas dan membakar semuanya dan kita pindah ke rumah besar milik Om Surya.

VO OVER SISIL

Ayah, Ayah dimana? Mama. Sisil rindu Mama. Sisil takut, Yah-Ma.

(Diam-diam tangan Sisil meraba pipinya. Tak ada tetes air mata pun di sana).

Aku tidak bisa menangis. Air mataku...

(Sisil makin mengeratkan dekapannya pada Agnes).

AGNES

Kakak sayang padamu, Si.

SISIL

Aku juga sayang, Kakak.

VO SISIL

Aku ingin melihat wajahmu lagi, Kak, tapibrasanya itu tidak mungkin lagi. Aku benar-benar buta.

CUT TO

SCENE 55. INT/EXT. DEPAN RUANG RAWAT INAP/ RUMAH SAKIT. SIANG

Pemain: Agnes, Sandy, Sisilia.

Sandy menguak pintu kamar rawat inap Sisilia. Tangannya terangkat dengan tiga bungkus nasi bungkus.

SANDY

Makan siang! Agnes?

(Sandy menemukan Agnes yang tengah menyuapi Sisil, dia celingak-celinguk mencari Franca).

Dimana Franca.

AGNES

Sudah pergi.

SANDY

Ckckck. Yakin seribu persen kalian pasti bertengkar lagi. Ya kan, Si.

(Sisil mengangguk. Sandy meletakkan bungkus plastik di atas meja. Tepat ketika Sisilia selesai makan makanan rumah sakit. Sandy segera mmebantu memberikan air minum pada Sisil).

SISIL

Tapi Kak Agnes sudah janji akan minta maaf pada Kak Franca.

(Sandy manggut-manggut).

SANDY

Tapi Kak Franca tidak janji akan memaafkan Kak Agnes kan? Jadi perangnya bakal masih panjang, Si.

AGNES

(Melotot memandang Sandy)

Sandy!

(Sandy tertawa).

SANDY

Tuh kakakmu marah, Si. Galak amat. Matanya melotot memancarkan cahaya merah yang membuat siapa pun yang memandangnya berubah jadi batu.

SISIL

Kayak Medusa gitu, Kak Sand?

SANDY

Pinter kamu, Si.

AGNES

Sandy! Jahat kamu! Awas kamu, ya.

(Agnes melangkah ke arah Sandy yang segera melarikan diri. Mereka berkejar-kejaran di dalam ruang rawat Sisil hingga Agnes sukses menangkap Sandy dari belakang. Tangannya melingkar di pinggang Sandy).

SANDY

Lepasin gue. Nanti kalau ada perawat atau dokter yang datang bisa-bisa kita dikira lesbong, Cin.

(Agnes terkekeh. Tapi tetap memeluk Sandy dari belakang).

AGNES

Thanks ya, Sand buat obat Sisil yang lo tebus.

(Sandy mengangguk).

Emang lo punya uang. Kemarin lalu gue udah pinjam uang lo dan lo kasih sekalian kartu ATM. Itu berarti uang lo habiskan?

SANDY

Lo nggak usah mikirin gue. Orang seperti kita biasa hidup tanpa sepeser uang pun.

AGNES

Terus kemarin kenapa nggak kerja?

SANDY

(Melepaskan pelukan Agnes dan tersenyum kecil).

Gue pindahan.

AGNES

Tapi kan...

SANDY

Iya, aku mmeang baru sebentar di sana. Tapi yang punya ngusir aku, ya, aku harus pindahkan?

AGNES

Emang kamu ngelakuin kesalahan apa, Sand?

SANDY

Bukan aku sih yang salah. Bapak kost an aku sih yang sejak melihat aku pakai seragam club langsung sok perhatian. Jadi ibu kos marah. Dia bilang aku bukan perempuan baik-baik karena perempuan baik-baik nggak kerja di club. Aku jawab saja kalau ria mau ngasih aku kerjaan dengan gaji sesuai atau rela menikahkanku dengan bapak kos atau anak mereka yang Raden Mas Cokro Samiloto aku rela keluar dari club. Ehhh, si ibu ngamuk.

AGNES

(Ngakak)

Kamu sinting sih. Ngomong seenak jidatmu.

SANDY

(Ngakak)

Aku cuma bercanda kalee.... Ibu kos udah baper aja.

(Jeda sejenak)

Oya, ada kabar apa di club? Ibu-ibu mana yang ngelabrak kamu malam kemarin?

(Sandy tertawa ngakak, Agnes hanya tersenyum tipis lalu mendesah).

AGNES

Aku mencampurkan obat penenang yang diperuntukkan buat Sisil ke gin Pak Hans.

SANDY

(kaget)

Serius?!

(Agnes mengagguk)

Lo parah! Lo lebih gila dari gue. Lo mau mati apa?!

(Sandy terlihat panik. Dia melangkah bolak-balik untuk beberapa saat).

Terus bagaimana dengan Pak Hans? Menurutmu dia sudah tahu?

AGNES

(Mendesah)

Dia menelponku beberapa waktu yang lalu, sepertinya dia mencurigaiku.

SANDY

Kau tidak bisa kembali ke club. Jangan masuk bahkan untuk makan ini. Pindah rumahlah. Jangan tinggalkan jejak apa pun hingga Hans bisa menemukanmu. Kau tahu bagaimana gilanya makhluk itu!

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar