Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CINTA DI BAWAH ATAP GUBUK
Suka
Favorit
Bagikan
7. Rindu Di Tengah Kebun Karet
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

JUDUL ADEGAN : Rindu di Tengah Kebun Karet  

PENULIS   : Rana Kurniawan  


WAKTU    : Pagi hingga siang hari  

TEMPAT    : Kebun karet & pondok pesantren  


---


[EXT – KEBUN KARET – PAGI HARI]


Kabut pagi masih menyelimuti kebun.  

Suara burung bersahutan dari kejauhan.  


RANA berjalan menyusuri jalan tanah, membawa ember dan pisau sadap di tangannya.


RANA (narasi)  

Aku mondok di kampungku sendiri.  

Untuk biaya, aku cari sendiri... nyadap karet.  

Orang tuaku cuma ngasih satu kebun kecil buat aku urus.  

Setiap dua minggu sekali aku panen,  

kadang dapat tiga, kadang empat ratus.


---


[CUT TO – RANA MENYADAP KARET]


RANA membuka kulit pohon pelan.  

Getah putih mengalir menetes ke ember.  


Angin sejuk meniup wajahnya — tapi pikirannya tak tenang.


RANA (narasi)  

Entah kenapa... setiap kali aku di kebun, pikiranku selalu ke dia.  

Leli...


RANA berhenti bekerja, menatap kosong ke arah pepohonan.  

Pisau sadap di tangannya bergetar.  


Ia meletakkannya pelan di tanah.


RANA (lirih, bicara sendiri)  

Ah, gak tahan... pengen liat dia aja rasanya.


Tanpa pikir panjang, RANA berlari kecil meninggalkan kebun.  

Ember dan alat sadap tertinggal di bawah pohon.


---


[EXT – PONDOK PESANTREN – SIANG MENJELANG DUHUR]


RANA berjalan cepat menuju pondok.  

Wajahnya berkeringat, tapi matanya berbinar.


Dari jauh, terlihat LELI sedang menjemur pakaian di halaman rumah USTADZ KOSIM.


RANA berhenti.  

Ia memperhatikan diam-diam.


Senyum LELI lembut dan sederhana,  

tapi cukup untuk meruntuhkan seluruh lelah di dada RANA.


RANA (narasi)  

Begitu liat dia... semua capek hilang.  

Rasanya kayak dunia cuma punya aku dan dia.


LELI melihat ke arah RANA —  

mata mereka bertemu sesaat.  


LELI tersenyum, lalu memberi isyarat pamit masuk ke rumah.  

RANA hanya mengangguk pelan, senyumnya tak hilang sejak tadi.


Ia duduk di teras bambu, senyum-senyum sendiri.  

Angin siang meniup lembut wajahnya.


---


[EXT – DEPAN KAMAR SANTRI – SEDIKIT KEMUDIAN]


ATIM datang dari belakang dan menepuk bahu RANA.


ATIM (tertawa)  

Hei... senyum-senyum sendiri kayak orang gila aja, hahahaha!


RANA (tersenyum kecil, melamun)  

Hehehe... biarin aja.


ATIM (menggoda)  

Jangan-jangan gara-gara si Leli, ya?


RANA tidak menjawab.  

Ia hanya tersenyum samar, tenggelam dalam bayangan senyum LELI.


Angin sore kembali berhembus,  

membawa aroma getah karet dan rasa rindu yang belum reda.


FADE OUT.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)