Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Belajar Bersama ArRa
Suka
Favorit
Bagikan
26. 26. INT. PERPUSTAKAAN - SIANG (AGUSTUS 2007)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

26. INT. PERPUSTAKAAN - SIANG (AGUSTUS 2007)

Sepulang sekolah Aryo pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku cetak Fisika kelas sebelas dan mengerjakan PR teman Arif. Randi ikut menemaninya. Suasana perpustakaan hening karena tidak banyak murid yang berkunjung. Randi dan Aryo duduk di meja yang disediakan.Di hadapan mereka terhampar buku Fisika kelas sebelas cetakan lama. Aryo membolak-balik halamannya, mencari materi yang muncul di PR itu. Dibacanya materi yang relevan, ketika ia merasa paham dikerjakannya PR di buku tulis seniornya itu.

RANDI

Kalau dipikir-pikir, untung Arif nggak tau masalah kita sama bokapnya. Bisa lain ceritanya tadi.

ARYO

Iya juga ya, gue baru sadar. Bisa beneran langsung tamat bimbel ArRa yang baru seumur jagung.

RANDI

Ngomong-ngomong tentang Pak Said, gue jadi keinget pas insiden kaca mobil itu, Pak Said ngenalin lu sebagai anak yang asalnya dari luar kota. Lu pernah ada ketemu dia sebelumnya?

ARYO

Oh, itu. Iya, lu masih inget kan tentang masalah administrasi gue di awal masuk sekolah? Gue berurusan sama Pak Said waktu itu.

RANDI

Oke, gue penasaran. Lu belum pernah cerita ini ke gue.

ARYO

Jadi gini. Penerimaan murid baru SMA ini kan pakai nilai ujian nasional SMP, dan diseleksi dengan sistem rayonisasi. Calon murid yang domisilinya dalam kota diprioritasin buat diterima dibandingin sama calon murid dari luar kota.

Aryo kembali membalik halaman buku cetak Fisika di depannya. Dia lalu melanjutkan menulis.

ARYO (CONT'D)

Masalahnya, karena SMA ini termasuk sekolah favorit, peminatnya banyak. Dari dalam kota sendiri peminatnya udah berlebih, jadinya kuota luar rayonlah yang dikorbanin. Gue yang awalnya masih masuk di daftar aman, mendekati hari penutupan penerimaan tiba-tiba ilang, karena banyak disundul calon murid dari dalam kota. Yang ngeselin tuh, karena kejadiannya mendadak banget di saat terakhir. Datanglah gue ke kantor kepala sekolah untuk minta penjelasan.

RANDI

Wah, baru tau gue ada masalah gituan. Terus gimana respon Pak Said pas lu datengin?

ARYO

Ya gue tanya dong, ini gimana sistemnya, kok bisa begitu dan semacemnya. Pokoknya gue coba perjuangin biar gue bisa tetep bisa diterima. Nggak rela gue, hahaha.

RANDI

Emang kalo boleh tau, berapa total nilai UN lu?

ARYO

Tiga puluh.

Mata Randi terbelalak lebar. Mulutnya menganga, lalu ia tutup dengan tangannya.

RANDI

Serius lu? Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris? Bener semua?

ARYO

Kebetulan begitu.

RANDI

Pantesan lu nggak terima nama lu kegusur. Terus gimana tuh kelanjutannya?

ARYO

Pak Said ngasih penawaran ke gue. Dia bilang dia tertarik sama nilai UN gue yang sempurna. Dia mau usahain biar gue bisa diterima, tapi gue harus buktiin kalo nilai gue itu asli, bukan karena gue nyontek. Jadilah nama gue dikembaliin dan akhirnya gue diterima, tapi minggu pertama gue masuk sekolah gue habisin di kantor Pak Said buat ngerjain soal yang dia kasih. Kalau satu soal aja salah, gue bakal dikeluarin.

RANDI

Segitu ekstrimnya ya ternyata. Gue nggak nyangka lu harus ngelewatin itu semua cuma buat masuk SMA.

ARYO

Memang nggak bisa dibilang mulus sih, tapi gue ada di sini kan sekarang.

RANDI

Iya, cuma sekarang ngerjain soal dari anaknya. Nggak bapak nggak anak, sama aja.

Mereka berdua tertawa sambil menutup mulut. Penjaga perpustakaan melotot ke arah mereka.

RANDI

Satu pertanyaan lagi. Lu kan sampe bela-belain segitunya, emang harus ya lu masuk SMA ini? Kan ada SMA pilihan kedua?

ARYO

Iya. Harus SMA ini.

Mata Aryo menerawang jauh ketika dia menjawab pertanyaan Randi, tidak cocok dengan intonasi jawabannya yang di luar dugaan terdengar tegas. Randi memperhatikan ekspresi wajah kawannya itu.

RANDI (V.O)

Jawaban Aryo yang terakhir menimbulkan pertanyaan baru di benak gue. Anak ini punya rahasia, itu impresi awal gue buat Aryo. Sekarang, gue ngerasa kalo ini jauh lebih serius dari yang gue kira.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar