Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. LORONG SEKOLAH - PAGI (JULI 2007)
Pukul enam lewat empat puluh lima menit. Randi memasuki gerbang sekolah. Murid-murid berjalan masuk halaman sekolah menuju ke kelas masing-masing. Randi menaiki tangga menuju ke lantai dua di mana kelasnya berada. Ketika dia berbelok di koridor, dilihatnya ARIF sedang mengangkat kerah baju seorang murid kelas sepuluh dan badannya dipojokkan ke dinding. Beberapa anggota gengnya, sesama anak kelas sebelas, berdiri pongah di belakangnya. Murid-murid kelas sepuluh mengintip dari kelas masing-masing di kejauhan dengan perasaan takut.
RANDI (V.O)
Kalau gue pernah bilang Dimas adalah salah satu pentolan sekolah, yang satu ini adalah bosnya. Arif Jayadi, murid kelas sebelas dan perundung paruh waktu. Dia bebas mau ngapain aja di sekolah ini, nggak ada murid yang berani melawan karena pasti bakal dikeroyok sama gengnya. Bahkan kebanyakan guru pun nggak mau berurusan sama dia. Kenapa? Karena dia anak semata wayang kepala sekolah Said Jayadi.
ARIF
Heh, item! Lu kemarin belum setor ama gue, terus hari ini mau kabur lagi? Enak aja lu!
MURID
Ampun bang! Saya belum ada duit hari ini... Besok saya setor bang!
Arif menampar pipi anak itu lalu menggeledah saku celananya. Sejurus kemudian dikeluarkannya tangannya, dalam genggamannya ada selembar uang lima ribu rupiah.
ARIF
Terus ini apa? Boong lu!
MURID
Bang yang ini jangan diambil bang... Uang ini mau buat bayar LKS bang...
ARIF
Emang gue pikirin? Utang ya utang, nggak ada urusannya sama uang bayar buku ato apa kek. Nggak ada duit? Ya cari lagi, gampang kan? Sekarang balik kelas sana!
Arif mendorong murid itu pergi. Perhatiannya kemudian beralih pada Randi.
ARIF
Lu yang baru dateng, sini!
Randi berjalan mendekati Arif dan gengnya. Dia mencengkeram erat tali tas selempangnya.
ARIF
Hari ini hari keberuntungan lu.
(menengadahkan telapak tangannya dan menggerakkan jemarinya maju mundur)
Siniin.
RANDI
(merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar uang lima ribu)
Ini bang.
ARIF
Wah, wah. Patuh ya nih anak.
(merangkul Randi lalu mengencangkan suaranya)
Hei, semuanya! Ini murid teladan nih! Nggak pake nanya macem-macem, nggak pake merengek, langsung setor! Contoh nih yang begini!
Murid-murid yang mendengarnya menundukkan kepala. Anggota geng Arif terkekeh.
ARIF
(kembali menurunkan suaranya)
Lu kayaknya nggak ada masalah keluar duit heh? Lu anak orang kaya? Kalo gitu boleh dong, gue jadiin setoran lu dua kali lipat anak-anak lainnya?
RANDI
Jangan bang. Nggak ada gue kalo sepuluh ribu.
Arif menampar pipi Randi.
ARIF
Jangan ngelawan lu. Kalo gue bilang dua kali lipat, ya dua kali lipat. Ngerti?
RANDI
(mengangguk)
Iya bang.
Arif kemudian mendorong Randi menjauh. Randi berjalan ke arah kelasnya sambil mengelus pipinya yang merah.
RANDI (V.O)
Belum selesai masalah sama Dimas, sekarang Arif ikut mengacau di hidup gue. Sempurna.