Cuplikan Chapter ini
Mata yang MenyaksikanLampu temaram menyinari sudut kamar utama rumah mereka di Pondok Indah Jam dinding menunjukkan pukul 2237 Hujan gerimis masih mengguyur pelan di luar Di dalam Radit duduk kaku di kursi rodanya menghadap televisi yang menyala tanpa suara Wajahnya seperti patungdiam kosong tapi matanya tak bisa bohong Mereka menyimpan sisa-sisa hidup yang masih menolak padamDari pintu kamar Alya masuk perlahan Langkahnya lambat Sepatunya ia lepas di koridor Tas tangan disamp