Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
TERNAMA NAMA
Suka
Favorit
Bagikan
29. Sebuah Bukit

Scene 36 : EXT, Sebuah Bukit - Sore

Cast. Nama, Langit ‘Kecil’, Mbak Uci, Sosok misterius

Sore itu sebuah mobil tiba di ujung jalan Villa yang berada di bukit sana. Hujan deras disertai kabut mulai turun memenuhi daerah tersebut.

Nama
Sayang, kamu tunggu dulu di mobil yah. Bunda ada urusan bentar, jangan keluar pokoknya sebelum bunda balik lagi yah!
Langit ‘kecil’
Okey bunda

Langit ‘kecil’ mengacungkan jempolnya.

Nama kemudian turun dari mobilnya. Berlari kecil menuju sebuah villa yang terdapat beberapa orang tengah membawa barang-barang yang berada di dalam villa tersebut untuk dimasukkan ke dalam truck besar.

Mbak Uci
Bawa aja semuanya!

Mbak Uci terlihat mengomando orang-orang yang ada di sana.


INSERT.

Seorang wanita cantik yang mengenakan sweater berwarna biru, berjalan menuju ke arah villa saat hujan deras, badannya pun basah kuyup. Raut wajahnya tampak kebingungan.

Mbak Uci
Nama...?

Terkejut sesaat melihat seorang wanita yang menaiki anak tangga villa itu.

Nama
Mbak Uci astaga...

Nama sontak berlari menuju wanita paruh baya yang sedang duduk di atas kursi roda sambil mengomandoi orang-orang yang lalu lalang memindahkan barang dari dalam villa menuju ke luar. Nama bersimpuh di kedua kaki wanita tersebut.

Nama
Mbak maafin aku mbak...
Mbak Uci
Apa kabar kamu?

Mbak Uci membelai rambut panjang wanita yang kini menenggelamkan kepalanya di antara kedua pahanya.

Nama

Baik mbak! Mbak kenapa...
Mbak Uci
Jadi pake kursi roda maksud lu? Hahaha...

Mbak uci tertawa sambil mengusap air matanya yang mulai menetes.

Nama
Maafin aku mbak! Aku ngerasa dosa banget, enggak ada di saat-saat mbak pasti butuh temen buat ngadepin kehilangan adik mbak!
Mbak Uci
It’s okay Nama... Lagian itu udah 3 tahun yang lalu kan! Gua sekarang udah mulai terbiasa kok

Mbak Uci menatap setiap penjuru villa tersebut.

Mbak Uci pun berusaha membangunkan wanita yang berada di antara bahunya itu. Kemudian ia menyuruh seseorang membawakan minuman hangat dan mempersilahkan wanita cantik yang sedari tadi menangis untuk duduk di kursi yang berada di sampingnya.

Nama
Aku nyesel mbak... Aku nyesellllll... Coba aja dulu aku nolongin orang yang terkena tusukkan waktu di taman! Mungkin, hidup aku gaakan semenderita ini!
Mbak Uci
Maksud lu?

(Mbak Uci mengerutkan wajahnya)

Nama
Aku sekarang udah tahu semuanya mbak, penyebab Langit meninggal karena korban penusukkan orang enggak dikenal kan mbak?

Nama memegang tangan Mbak Uci. Wajahnya tampak yakin

Mbak Uci
Hahaha...

Mbak uci seketika menertawai tingkah wanita yang terlihat polos itu.

Nama
Kok mbak ketawa sih mbak?

Nama heran melihat wanita paruh baya tengah tertawa diselangi batuk kecil.

Kemudian tidak lama dari itu, seorang anak kecil berlari menghampiri Nama.

Mbak Uci
Hallooooo... Siapa sih jagoan kecil ini?

Mbak Uci mencubit pipi seorang anak laki-laki yang tampak manja pada Nama.

Langit ‘kecil’

(Salam tangan ke Mbak Uci)

Nama aku Langit tante...!
Mbak Uci
Langit...?

Tersenyum pada anak kecil di dekatnya. Mata Mbak Uci melotot, seolah memberi kode kepada Nama. Nama tertunduk malu.

Nama
Kan kata Bunda tunggu di mobil, kok hujan-hujanan ke sini sih?

Nama mengusap rambut anaknya yang basah itu.

Langit ‘kecil’
Aku di suruh om itu turun bunda.. katanya kalau lama-lama di dalam mobil entar kehabisan oksigen
Nama
Om siapa sayang?

Nama melirik setiap penjuru dari tempat itu.

Langit ‘kecil’
Itu bunda, tadi orangnya masih di sana... Namanya juga sama kayak aku kok! Barusan aku kenalan! Itu kah orang yang kata bunda pelukis hebat itu?

Langit ‘kecil’ menunjuk ke arah lampu taman villa yang tertutup oleh kabut.

Mbak Uci
Hallo Langit, kamu mau lihat karya pelukis hebat yang kata Bunda kamu enggak?

(Mbak Uci mengalihkan pembicaraan)

Langit ‘kecil’
Mau dong tante, tapi tunggu dulu... Emang tante tahu juga tentang pelukis itu?

(Langit ‘kecil’ bersikap penasaran)

Mbak Uci
Ah kamu banyak tanya, kayak bunda kamu hahaha...

Mbak Uci pun memajukan kursi rodanya. Membuka dus besar yang ada di sampingnya.

Nama sore itu hanya termenung menatap lampu taman yang ditunjuk oleh anaknya tadi. Nama menangis kecil.


DISSOLVE TO.

Nama sedang membaca potongan koran usang. Kemudian, korannya itu ia gulungkan dan dilemparkan ke Langit yang tengah menggambarkan lukisan sederhana untuk sebuah langit malam dan langit siang di bagian atas kanvasnya yang kemudian dicoret oleh tanda silang berwarna merah. Dan di bagian bawah kanvasnya, terdapat lukisan yang gambarnya lebih kecil dengan gambar yang sama. Namun, tidak ada coretan seperti yang berada di bagian atas kanvas tersebut.

BACK CUT TO.

Nama (V.O)
Lang, aku belum paham maksud lukisan kamu yang itu. Kamu kenapa harus nyoret lukisan sebagus itu? Dan kamu kenapa lukis gambar yang serupa tapi ukurannya lebih kecil?

Mbak Uci dan Langit ‘kecil’ tampaknya sibuk melihat masing-masing koleksi lukisan yang tersimpan di dalam dus besar. Nama masih melamun di antara hujan deras yang melanda villa tersebut dan Nama dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba datang dari arah belakang villa serta memberikan sesuatu padanya dan kemudian pergi.

Nama
Heyyy... Heyyy... TUNGGU! Apa ini?

Nama memegang amplop putih. Berusaha mengejar seseorang yang berlari cepat menuju tempat yang lebih gelap di depan villa tersebut.

Mbak Uci
Nama kamu mau kemana?
Langit ‘kecil’
Bundaaaa...

Nama yang semula telah berlari hingga tengah halaman pun mengurungkan niatnya untuk mengejar seseorang sesaat mendengar dua orang memanggil- manggilnya dengan keras. Nama duduk kembali di kursinya.

Mbak Uci
Hari udah makin gelap, mana hujan gak berhenti-berhenti dari tadi. Kamu malah mau lari ke arah hutan. Kamu mau kemana sih?
Nama
Ini mbak, tadi ada orang tiba-tiba ngasih ini dan lari ke arah sana

(Nama menunjuk ke arah hutan gelap)

Langit ‘kecil’
Aku gak lihat siapa-siapa bunda
Mbak Uci
Coba buku isinya apaan

Nama, Mbak Uci pun kemudian duduk berdampingan. Posisi Langit duduk dipangkuan Nama. Mereka membaca surat itu bersamaan.


INSERT.

ISI SURAT:
“Nama kenapa baru hari ini? Kenapa harus nunggu beberapa tahun? Selama ini aku nunggu kamu di tempat ini. Kamu kenapa harus bimbang dengan perasaan kamu? Tapi yaudahlah lupain, luka aku sedikit terobati karena nama si kecil yang mungkin sedang baca surat ini memiliki nama seperti aku juga. Terima kasih, sudah datang ke pemakaman orang yang memiliki nama yang percis dengan aku. Ketahuilah, bahwa orang itu bukan aku. Yang berarti bukan pula adiknya mbak Uci, yang mungkin kakak aku sekalipun gak pernah tahu kebenarannya, karena ya memang dia tidak pernah mau kenal siapa aku dari dulu hingga mungkin membaca surat ini.
SALAM, LANGIT PURNAMA YANG MASIH AKAN MENEMANI HARI-HARI KALIAN”



Nama
GAK MUNGKINNNN... LANGITTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT...

Menangis kencang. Burung-burung di atas pepohonan beterbangan, daun-daun berjatuhan.

TAMAT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar