Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Scene 28 : EXT, Rumah Nama - Pagi
Cast. Nama, Langit
Keesokkan harinya, Nama tampak bersiap untuk olah raga. Saat mengunci pintu rumahnya dan membalikkan badan, sontak Nama terkejut sesaat melihat sosok laki-laki yang mengenakkan kemeja flanel berwarna merah. Cuaca hari itu tampak mendung.
(Kunci rumahnya spontan terjatuh dan tergesa diambilnya)
Langit memberikan sebuah kanvas berlukiskan langit malam pada sebelah kiri, dan langit malam dibagian kanannya, serta ditengah-tengahnya tampak menyembul tulisan “TERNAMA NAMA”.
Langit tersenyum, merapikan rambutnya yang berjatuhan dan berniat pergi tanpa menjawab pertanyaan wanita dihadapannya.
(Nama menarik lengan Langit. Kesal)
Nama kemudian melihat lukisan kembali dengan seksama. Dalam lukisan antara langit siang dan langit malamnya, ternyata tampak pula gambar sebuah hati yang robek serta di dalamnya bermuat tulisan ‘MAAF NAMA’.
Langit diam, tak menjawab sama sekali. Pandangannya tak lepas dari wanita dihadapannya. Raut wajahnya seperti sedang merasa pasrah.
Langit kemudian mengangkat sebelah kakinya. Setelahnya, kedua tangan ia mulai menarik masing-masing kupingnya seperti seorang siswa yang disanksi oleh gurunya
Nama menahan bibirnya untuk tidak tersenyum.
Langit berusaha menyeimbangkan satu kakinya untuk tetap berdiri.
(Nama mengerutkan dahinya)
Langit kemudian menurunkan sebelah kaki yang diangkatnya. Menempelkan kepalanya dengan kepala Nama.
Langit menunjuk bagian kanan kepalanya dengan telunjuk. Tersenyum lebar
Nama merasa direndahkan, matanya berkaca-kaca.
Nama diam seribu bahasa. Perasaan marah dan kesalnya terhadap Langit seketika menghilang begitu saja. Sikapnya mulai kembali tenang.
Setelahnya, Gemercik hujan mulai terlihat di pekarangan rumah itu. Sementara, Langit dan Nama pun terbawa suasana hingga berciuman. Pagi itu, beberapa tumbuhan hijau terlihat begitu segar saat terguyur air hujan.
PLAKKK... (Nama menampar Langit dengan kencang)
Langit mengelus bibir dan kemudian memegang pipinya yang ditampar. Cengengesan.
Nama sedikit tersenyum. Raut wajahnya malu.
Nama kesal-kesal manja. Duduk di kursi.
Nama kembali berdiri.
Langit membujuk dan ikut duduk di kursi yang bersebelahan dengan kursi yang diduduki Nama.
Langit kembali terdiam. Ia hanya tersenyum memerhatikan wanita yang mulai mencurahkan isi hatinya.
(Nama kembali menampar Langit)
Langit
Langit meledek, kemudian pandangannya mulai teralihkan oleh air hujan yang turun.
Nama semula fokus melihat wajah Langit. Kemudian, ia tergoda melirik air hujan yang sedari tadi membuat Langit terpana.
(Berteriak cukup lantang)
Langit sontak berlari menuju ke arah seorang pedagang yang tengah mendorong dagangannya melewati rumah tersebut.
(Langit berteriak menawarkan pada wanita yang masih duduk dikursi)
Nama menepuk dahinya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sikap laki-laki yang tadi sempat mencium bibirnya itu memanglah berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Namun, dengan demikian Nama pun seolah merasa dunianya kembali baik-baik saja. Ia pun menghampiri Langit dan ikut memesan bakso, tetapi saat sedang berjalan ia tersandung.
JUMP CUT TO.
Nama tiba-tiba terbangun sesaat mendengar suara petir yang terdengar cukup keras. Ia pun menoleh ke arah jam wecker yang berada di samping kasurnya. Nama mengucek matanya berulang-kali dan berlanjut menampar wajahnya berulang kali. Kemudian, Nama pun bergegas mandi dan bersiap untuk pergi bekerja.
Hujan deras mengguyur sebuah rumah minimalis dengan hiasan tumbuhan di pekarangan rumahnya. Terlihat seorang wanita cantik yang mengenakan rok pendek beserta blazzer hitamnya, duduk termenung di kursi depan rumahnya.
Nama menatap air hujan yang turun membasahi mobilnya.
Setelahnya, ia membuka ponsel miliknya. Menelpon kontak bernama Mbak Uci.
Nama menutup telponnya, menghela nafas panjang. Kemudian, ia membuka payungnya yang berada di dekatnya dan berjalan menuju mobil. Nama pun terlihat pergi meninggalkan komplek perumahannya.