Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
TERNAMA NAMA
Suka
Favorit
Bagikan
2. Kafe

FLASH BACK - SATU TAHUN YANG LALU

SCENE 2 : INT/EXT, KAFE, PELATARAN KAFE — MALAM

CAST. NAMA, LANGIT, DAN PRAMUSAJI

(Suara musik bergema. Tamu-tamu turut bernyanyi bersama)

Nama
Oke mas, aku kayaknya pesen es kopi susu aja dulu

Nama terlihat sibuk memeriksa setiap celah kecil di dalam tasnya, mencari sesuatu. Nama tidak melihat seseorang yang menghampirinya itu

Langit
Gimana kalau es kopi susunya diganti jadi ini aja? Kamu lebih butuh ini kayaknya dibanding kopi

Langit menyodorkan sebuah bolpoin pada wanita yang mengenakan kemeja berwarna biru muda.

Nama

(Bingung)
Maaf mas, pramusaji nya?
Langit
(Memutar-mutarkan bolpoin dengan jemarinya)
Oh bukan mbak, saya ke meja ini cuman mau bikin sesuatu dengan bolpoin ini
Nama
Hah, maksudnya gimana yah mas?
Langit
Coba mbak saya boleh minta kertas selembar?

Nama heran, kemudian dengan kepolosannya, ia pun memberikan secarik kertas yang ia robek di salah satu buku catatannya.

Langit (CONT’D)
Makasih mbak

Langit mencoretkan sesuatu di kertas tersebut, Nama penasaran. Namun, sebelah tangan laki-laki itu turut menutupinya agar tidak diintip oleh wanita cantik dihadapannya.

Nama
Ngapain sih mas?
Nama (V.O)
Bego-bego-bego Nama... Ngapain lu nanyain sih. Keliatan banget keponya. Bego-bego pokoknya

Laki-laki itu kemudian hanya tersenyum pada tingkah Nama yang sedang me, fokusnya tetap hanya pada kertas yang berada di atas meja.

Langit
Nama kamu siapa?
Nama
Nama...
Langit
(Bingung)
Iyah nama kamu?
Nama
(Meyakinkan)
Iyah Nama mas.
Langit
Okay kalau gitu.

Langit terlihat sedikit menggaruk kepalanya. Melanjutkan kembali kegiatan bersama secarik kertas dihadapannya.

Pramusaji
Mbak mau pesan sekarang?
Nama
Oh iyah mbak, aku pesen es kopi susu yah. Dari tadi aku tungguin
 
Pramusaji
Iyah mbak mohon maaf, malam ini tamunya lagi penuh. Baik itu aja yah mbak pesanannya ditunggu.

Kemudian Pramusaji itu berlalu pergi berbarengan dengan seorang laki-laki yang Nama sendiri belum ketahui namanya.

Nama
Aduhhh... Gara-gara orang aneh tadi, aku jadi lupa kan...

Nama kembali mengobrak-abrik beberapa kertas dihadapannya. Dan tak lama setelahnya, telepon berdering *Kepala Cabang Irawan menelpon*.

Kepala cabang Irawan (O.S)
Ma, gimana nih target bulan ini? Kamu udah hampir 3 bulan kerja di sini masih juga belum dapet nasabah
Nama
Iyah Pak maaf, aku usahain besok bisa masuk nasabah baru

Wajah Nama tampak memucat saat bertelponan. Sebelah tangannya repot merapikan kertas-kertas.

Kepala cabang Irawan (O.S)
Besok lagi besok lagi terus, emangnya perusahaan gaji kamu dibesok-besokkin mau?
Nama
Ya jangan gitu lah pak, aku kan udah berusaha maksimal ini juga
Kepala cabang Irawan (O.S)
Hmmm... Gini aja yah, sebelum kamu dapet target, kamu gak usah dateng ke kantor dulu
Nama
Lah pak, kok gitu? Entar absensi aku gimana dong?

(Tuttt...tuttt... Suara dari telpon berakhir)

Setelahnya, Nama kembali menyusun berkas-berkas yang berserakkan di atas meja. Mulai memasukan satu persatu ke dalam tasnya.

Nama
Irawan sialan. Lu enggak ngerasain sih rasanya ngemis nawarin kartu kredit kesana kesini. Tau lu emang cuman harus tercapai aja

Nama terus menerus menggerutu. Suaranya memang terdengar terbatasi oleh bisingnya alunan musik di Kafe itu. Namun seorang laki-laki yang entah kapan berada kembali di dekat Nama, ternyata ia mendengarkannya, pun ia juga sedikit melebarkan bibirnya, tersenyum melihat wanita di hadapannya sedang kesal.

Langit (CONT’D)
Nih udah beres...
Nama
Hah? Apaan nih?

Nama meraih secarik kertas bergambarkan sebuah langit yang cerah. Di antara gambar tersebut, terlihat beberapa awan, pula terlihat tulisan “Ternama Nama”.

Nama
Kamu gambar barusan? Pake bolpoin? Emang bisa?

Nama melihat gambar-gambar indah yang bermuat di dalam kertas yang dipeganginya.

Langit
Kamu tuh orangnya banyak tanya yah. Tapi semua pertanyaan kamu kosong. Kamu gak sampe ke intinya, makanya kamu selalu gagal dapet nasabah, karena itu.
Nama
What? Kamu nguping pembicaraan aku tadi?

Langit yang sedari awal hanya berdiri. Kini mulai memberanikan diri untuk duduk di salah satu kursi meja Nama.

Langit
Aku mau jadi nasabah pertama kamu. Kebetulan aku lagi butuh kartu kredit juga
Nama
Hah? Kamu kata siapa aku marketing kartu kredit? Aku gak jualan kartu kredit, Sorry yah, bye...

Nama bergegas dari mejanya. Meraih tas yang berisikan lembaran kertas-kertas. Menuju kasir Kafe. Wajahnya tampak kesal menanggapi perlakuan dari laki-laki dihadapannya.

Langit kemudian berjalan menuju ke arah pelataran Kafe tersebut. Menaiki salah satu sepeda motor yang terparkir di sana.

Nama
Astagaaaa... Bener-bener ni orang yah
Langit
Heeee... Aku nebeng pulang yah, kita searah kok 
Nama
Udah gila lu yah? Dibaikin malah ngelunjak. Lu pikir gua cewek bodoh yang mau-maunya bonceng cowok asing, hah?
Langit
Bos kamu namanya Irawan kan?
Nama (V.O)
Sumpah demi apa, kok dia tau nama bos aku yah? Halu-halu sumpah ni orang

Wajah Nama kembali memucat. Matanya menyembul keluar menatap laki-laki tampan dengan gaya khas ala-ala klasiknya.

Langit
Liat! Langit di atas sana emang keliatan gelap. Tapi anehnya kenapa garis batas awan-awannya masih aja keliatan?
Nama
Kenapa emang?
Langit
Ya tandanya, jalur untuk menuju apapun emang selalu ada. Walaupun kamu udah tahu lagi berdiam di tempat yang gelap
Nama
Gak ngerti sumpah
Langit
Sama...

Nama tanpa sadar telah menghabiskan beberapa menit untuk menatap langit malamnya.

Langit
Nyaman yah?
Nama
Iyah...
Langit
Iyah itulah langit, penjelmaannya gak lain adalah aku
Nama
Maksudnya?

Langit menarik lengan Nama. Membuka kembali secarik kertas yang tadi telah ia gambar. Menyuruh Nama untuk memeriksa kembali.

 

Nama
Ternama Nama? Di tengah-tengah Langit?
Langit
Akhirnya...

Langit kemudian beranjak dari jok sepeda motor tersebut. Tersenyum lebar kepada Nama, seraya pergi meninggalkannya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar