Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FLASH BACK - SATU TAHUN YANG LALU
SCENE 2 : INT/EXT, KAFE, PELATARAN KAFE — MALAM
CAST. NAMA, LANGIT, DAN PRAMUSAJI
(Suara musik bergema. Tamu-tamu turut bernyanyi bersama)
Nama terlihat sibuk memeriksa setiap celah kecil di dalam tasnya, mencari sesuatu. Nama tidak melihat seseorang yang menghampirinya itu
Langit menyodorkan sebuah bolpoin pada wanita yang mengenakan kemeja berwarna biru muda.
Nama
Nama heran, kemudian dengan kepolosannya, ia pun memberikan secarik kertas yang ia robek di salah satu buku catatannya.
Langit mencoretkan sesuatu di kertas tersebut, Nama penasaran. Namun, sebelah tangan laki-laki itu turut menutupinya agar tidak diintip oleh wanita cantik dihadapannya.
Laki-laki itu kemudian hanya tersenyum pada tingkah Nama yang sedang me, fokusnya tetap hanya pada kertas yang berada di atas meja.
Langit terlihat sedikit menggaruk kepalanya. Melanjutkan kembali kegiatan bersama secarik kertas dihadapannya.
Kemudian Pramusaji itu berlalu pergi berbarengan dengan seorang laki-laki yang Nama sendiri belum ketahui namanya.
Nama kembali mengobrak-abrik beberapa kertas dihadapannya. Dan tak lama setelahnya, telepon berdering *Kepala Cabang Irawan menelpon*.
Wajah Nama tampak memucat saat bertelponan. Sebelah tangannya repot merapikan kertas-kertas.
(Tuttt...tuttt... Suara dari telpon berakhir)
Setelahnya, Nama kembali menyusun berkas-berkas yang berserakkan di atas meja. Mulai memasukan satu persatu ke dalam tasnya.
Nama terus menerus menggerutu. Suaranya memang terdengar terbatasi oleh bisingnya alunan musik di Kafe itu. Namun seorang laki-laki yang entah kapan berada kembali di dekat Nama, ternyata ia mendengarkannya, pun ia juga sedikit melebarkan bibirnya, tersenyum melihat wanita di hadapannya sedang kesal.
Nama meraih secarik kertas bergambarkan sebuah langit yang cerah. Di antara gambar tersebut, terlihat beberapa awan, pula terlihat tulisan “Ternama Nama”.
Nama melihat gambar-gambar indah yang bermuat di dalam kertas yang dipeganginya.
Langit yang sedari awal hanya berdiri. Kini mulai memberanikan diri untuk duduk di salah satu kursi meja Nama.
Nama bergegas dari mejanya. Meraih tas yang berisikan lembaran kertas-kertas. Menuju kasir Kafe. Wajahnya tampak kesal menanggapi perlakuan dari laki-laki dihadapannya.
Langit kemudian berjalan menuju ke arah pelataran Kafe tersebut. Menaiki salah satu sepeda motor yang terparkir di sana.
Wajah Nama kembali memucat. Matanya menyembul keluar menatap laki-laki tampan dengan gaya khas ala-ala klasiknya.
Nama tanpa sadar telah menghabiskan beberapa menit untuk menatap langit malamnya.
Langit menarik lengan Nama. Membuka kembali secarik kertas yang tadi telah ia gambar. Menyuruh Nama untuk memeriksa kembali.
Langit kemudian beranjak dari jok sepeda motor tersebut. Tersenyum lebar kepada Nama, seraya pergi meninggalkannya.