Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
TERNAMA NAMA
Suka
Favorit
Bagikan
28. Rumah Nama

FADE OUT

Scene 33 : EXT, Rumah Nama - Pagi

Cast. Nama, Langit, Tukang Bakso

Nama (POV) : Terdengar suara dari laki-laki memanggil-manggil namanya terus. Kedua kelopak mata sangat berat saat ingin dibukakan. Hingga, perlahan cahaya terang mulai terlihat dan menyambutlah wajah seorang laki-laki yang tampak rambutnya basah kuyup tengah tersenyum padanya

Nama terbaring di antara kedua paha Langit. Hampir satu jamnya, Nama jatuh pingsan karena kepalanya terbentur saat terpeleset. Langit panik seraya terus memanggil-manggil namanya.

Langit
Namm... Udah sadar?
Nama
Langitttttt...

Nama sontak membangunkan tubuhnya. Memeluk erat tubuh laki-laki dihadapannya. Tangisnya kemudian menjadi-jadi.

Langit
Heyyyy heyyyy... Kamu kenapa?

Langit mengelus rambut panjang wanita yang menangis di antara pundaknya.

Sakit kepala kamu?
Nama
Jangan tinggalin aku! Aku enggak mau nikah sama Bintang

Suara Nama terdengar samar karena berbarengan dengan isak tangis.

Langit
Pingsannya lama ternyata eh ternyata lagi asyik kencan sama Bintang, cie hahaha...

Langit menggoda wanita yang kini tengah nyaman menenggelamkan kepala dibahunya.

Nama
Bukan gituuuu ihhh...

(Nama kesal, menggigit bahu langit)

Langit
Awww... Awwww... Ampuuunnn hahaha...

Langit kemudian mengangkat kedua bahu Nama. Menatapnya sembari tersenyum.

Tukang Bakso
Anak muda hey anak mudaa... Janganlah kalian membiarkan orang tua menjadi nyamuk, hukumnya dosa!

(Memukul-mukul mangkok kaca)

Nama dan Langit kemudian tertawa bersamaan. Langit mengusap air mata yang tersisa di antara kantung mata wanita cantik dihadapannya.

Langit
Kamu kenapa? Aku di sini dari tadi juga, aku gak kemana-mana kok!
Tukang Bakso
Udahlah males! Saya di sini juga gak dianggep
Langit
Hahaha... Makasih Mang yah udah bantuin. Nihh buat beli bakso
(Langit memberikan uang kepada tukang bakso)
Tukang Bakso
Lahhh... Saya kan jualan bakso Mas!
Langit
Ohiyah mang tuh jualan bakso? Saya lupa, abisnya tadi pingsan dan mimpi diajak nikah Mas hahaha

(Langit kembali mengumpat wanita di dekatnya)

Nama kembali menggigit bahunya Langit. Tukang bakso kemudian terlihat berjalan meninggalkan mereka berdua.

Tukang Bakso
Udah ah, saya mau jualan dulu. Makasih mas uang tipnya. Baksonya gak jadi beli nih?

(Kembali menoleh)

Langit
Lain kali aja yah, atau nanti dagangnya di pernikahan dia

Langit menunjuk ke arah Nama. Menertawakan kembali.

Nama bertambah kesal, tengah bersiap menggigit bahu Langit kembali.

Langit
Hahaha peace.... peace...

(Langit menggerakkan jarinya)

Nama kemudian mendekap kedua kakinya. Melamun kosong menatap ke arah pepohonan di rumahnya.

Nama (V.O)
Aku ngerasa tadi semua kayak beneran terjadi. Astagaaa... kok bisa-bisanya sih Nam, nerima cowok yang udah niat jelek ke aku buat dijadiin suami! Gimana kalau tadi tuh dunia nyata? Bodoh Nama bodoh banget jadi orang

(Nama memukul mukul kepalanya)

                 Langit
Sakit kepalanya? Mau periksa ke rumah sakit?

Langit terlihat bersikap serius dari semula yang iseng pada Nama. Tangannya mengelus lembut kepala Nama.

Nama
Enggak, gak sakit kok. Aku cuman ngerasa diri aku bodoh aja
Langit
Karena jatoh tadi? Emang bodoh sih
Nama
Ihhhhh Langittt... Ngeselin deh, gak tahu ah, aku marah pokoknya

Nama cemberut, posisinya duduk membelakangi laki-laki yang sedari tadi menertawakannya.

Langit
Yaudah udahhhh... Minta maaf deh

Langit menarik pelan bahu Nama untuk membalikkan badannya. Mengangkat kelingkingnya yang diikuti juga oleh kelingking Nama untuk beradu.

Langit
Ikutin omongan aku yah!
Nama
Kayak waktu dulu?

Langit tersenyum saat menatap kedua kelingkingnya yang menyatu dengan wanita cantik dihadapannya.

Langit
Aku janji...

Langit mengeja ucapannya itu. Namun, Nama yang seolah telah mengingat kalimat di luar kepalanya, menyanggah ucapan Langit.

Nama
Aku janji bakal menjadi yang ternama di atas langit yang tinggi

(Nama berbicara dengan sangat lugas)

Langit
Hahaha...
Nama
Bener kan gitu... Bener?

Nama menarik-narik kelingking Langit hingga kesakitan

Langit
Iyah iyah bener gituuu

Langit kesakitan karena kelingkingnya dimainkan oleh Nama.

Kemudian, Langit menciumi kelingkingnya yang telah dilepaskan Nama. Langit berdiri dari duduknya.

Langit
Aku pamit pergi dulu yah, Nam
Nama
KEMANA?

(Nada bicara Nama meninggi. Membangunkan tubuhnya)

Langit
Ada yang harus aku beresin
Nama
Iyah kemana? Berapa lama?

Nama mengangkat kepalanya menatap sosok laki-laki yang lebih tinggi darinya.

Langit
Kamu kenapa sih... Aku ada urusan bentaran doang kok beneran
Nama
Dulu juga kamu pernah pumat pamit gini, tiba-tiba setahun aja kamu ngilang dari hidup aku!

Langit kembali menempelkan kepalanya dengan kepala Nama. Tersenyum lebar.

Nama
Nama panjang kamu Langit Purnama bukan sih?

Nama salah tingkah. Menjauhkan kepalanya untuk menatap laki-laki yang kini tampak terkejut sesaat Nama berbicara seperti itu.

Langit
Iyah bener...
Nama
Oh my God... Kok bisa?
Langit
Ya bisa lah, mungkin kedua orang tua aku, dulu ngasih namanya ingin berkorelasi dengan sebuah Langit
Nama
Bukan bukan, maksud aku kok bisa sih nama aku, kebetulan sama dengan nama kamu?
Langit
Okelah gini aja, aku gak mau bikin kamu terus bertanya-tanya, ayok kamu ikut aku sekarang!
Nama
Kemana?
Langit
Ayok ikut aja!
Nama
Okey, tapi aku ganti baju dulu yah! TUNGGU! Awas aja kalau tiba-tiba ngilang lagi!

Langit pun duduk di kursi menunggu Nama bersiap-siap. Nama bergegas dengan menggunakan pakaian bernuansa serba berwarna hitam. Langit dan Nama pun, siang itu pergi ke suatu tempat di daerah bukit yang berjarak beberapa jam dari kota.

 

Scene 34 : EXT, Sebuah Bukit – Sore

Cast. Langit, Nama

Terlihat hari mulai menjelang sore, namun perjalanan Langit dan Nama belum juga sampai. Setelah melewati beberapa pemukiman dan masuk ke arah hutan belantara, mereka akhirnya tiba di sana saat bulan purnama begitu jelas terlihat di atas langit.

Langit
Kamu siap?

Langit menolehkan wajah ke sebelah kiri kaca mobilnya dan di sana terlihat sebuah villa kecil dengan pencahayaan yang cukup terang di antara pepohonan yang mengitarinya.

Nama
Tempat apa itu? Ngeri banget Lang jam segini ke tempat beginian

Nama tampaknya cemas. Jemari Langit kemudian terlihat menggenggamnya.

Langit
Katanya mau tahu! Ayok gak usah takut, waktunya keburu abis

Langit kemudian turun dari mobil serta membukakan pintu untuk Nama.

Nama
Gak akan ada hewan buas gitu Lang?
Langit
Hoawwrggghhh...

Langit iseng, kedua tangannya bergerak seolah sedang ingin mencakar, mengerjai wanita yang tampak ketakutan itu.

Nama
Ihhh apaan sih, gak lucu!

Nama mencubit Langit saat turun dari mobil.

Nama dan Langit berjalan beriringan. Melewati beberapa ranting yang menghalangi jalan setapaknya. Dan Nama seketika terpana sesaat melihat dari depan halamannya, villa itu berhiaskan banyak lukisan.

Langit
Kok diem? Ayok masuklah! Enggak semenyeramkan yang kamu pikir, kan?

Langit terlihat duluan menaiki beberapa anak tangga menuju villa itu. Membukakan pintu, mempersilahkan wanita yang bersamanya untuk masuk.

Nama
Aku gak tau mau bilang apa bagusnya, tapi semua ini bener-bener gila bagusnya!

Nama melirik-lirik seluruh lukisan yang memenuhi tiap penjuru dari villa tersebut.

Langit menyilangkan kedua tangannya. Tersenyum-senyum melihat reaksi wanita yang sedang terpukau dihadapannya. Langit kemudian membuatkan Nama minuman hangat.

Langit
Udah gak usah berlebihan. Nih minum dulu keburu dingin loh.

Langit menaruh dua cangkir berisikan teh hangat di atas meja.

Langit kemudian duduk di kursi sofa panjang. Membuka sebuah kotak yang tampak usang.

Nama
Apa itu?

Nama buru-buru duduk di samping laki-laki yang tampak mengeluarkan secarik kertas koran edisi lama dari dalam kotaknya.

Langit
Baca aja sendiri! Bisa kali yah hahaha...

Langit memberikan secarik kertas koran itu pada Nama.

Nama
Bisa lah, naik jabatan di kerjaan aja bisa, masa baca beginian gak bisa!

Nama menarik kertas dengan penuh semangat.

Langit pun beranjak menuju sebuah bangku yang di depannya terdapat dudukan kayu untuk memopang kanvas besar. Langit kemudian melanjutkan lukisan yang belum selesai di kanvas itu.

Nama tengah serius membaca potongan berita dari koran itu. Kedua bola mata Nama terlihat berlinangkan air mata. Kemudian, Nama menjerit dengan begitu kerasnya.


INSERT.

NAMA MEMBACA KORBAN PEMBUNUHAN DI TAMAN KOTA ADALAH SEORANG LAKI-LAKI BERNAMA LANGIT PURNAMA.

 

Scene 35 : INT, Sebuah Kota Lain - Pagi

Cast. Bintang, Nama, Langit ‘Kecil’, Bibi

3 tahun kemudian. Terlihat sebuah kota yang berbeda dari sebelumnya, suasananya sangat damai dan asri. Di salah satu rumah dalam komplek perumahan nan mewah, terlihat salah seorang laki-laki bernama Bintang tengah lahapnya menyantap sarapan pagi bersama seorang anak laki-laki berusia 9 tahunan. Pagi itu, istrinya yang masih tertidur tiba-tiba berteriak dari dalam kamar. Kemudian Bintang dan seorang anak kecil itu berlari menuju kamar.

Langit ‘Kecil’
Bunda... Bunda pasti mimpi buruk lagi yah?

Nama kemudian memeluk seorang anak laki-laki yang mendekatinya ke arah kasur. Nama menciumi kepala anak laki-laki itu.

Nama
Enggak kok...

Nama mengusap air mata yang mengucur dari matanya.

Bintang
Ma, cukup yah dengan semua drama kamu itu! Kita udah jalanin pernikahan ini 3 tahun loh! Kamu bisa-bisanya tiap hari mimpiin cowok sialan itu!
Nama
BINTANG! Jaga mulut kamu yah, ada anak kita di sini!
Bintang
Bi... Bibiiii... Tolong bawa Langit ke mobil duluan

Bintang berteriak memanggil asisten rumah tangganya untuk membawa anaknya meninggalkan kamar itu.

Langit ‘kecil’ kemudian dijemput seorang wanita paruh baya yang datang ke kamar tersebut. Namun, setibanya Langit ‘kecil’ berada di dekat pintu kamar itu, ia menolehkan wajahnya ke arah Nama seraya tersenyum dan telunjuk mungilnya di arahkan pada langi-langit kamar itu.

Nama
Bunda tahu maksud kamu! I love you Langit...

Nama tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya pada anak kecil yang tengah menutup pintu kamar itu.

Langit ‘kecil’ terlihat mendengus nafas panjang. Menggelengkan kepala sesaat suara bentakan dari kedua orang tuanya mulai terdengar. Lanigt ‘kecil’ berjalan menjauhi kamar tersebut.

Nama (CONT’D)
Bintang kamu ini kenapa sih gak bisa jaga ucapan depan Langit?
Bintang
Langit kata kamu? Kalau bukan karena dulu gua gak tolol, ngajak nikah sama lu, gua gak mungkin mau nama anak gua dikasih nama itu!

Nama terkejut mendengar ucapan suaminya itu. Wajahnya memerah marah.

Nama
HEH! Gua juga dulu kalau tahu orang yang waktu itu tertusuk di taman adalah Langit, gua pasti nolongin dia, dan gua gaakan kemakan suasana bodoh yang lu ciptain dan nerima lamaran lo yah!
Bintang
Hahaha... Gini ternyata yah alasan kamu tiap hari teriak-teriak gak jelas pas bangun tidur! Ternyata kamu percaya dengan mimpi sialan kamu itu, yang nyebutin korban penusukan itu ternyata Langit, hah? Buktinya mana?
Nama
Buktinya ada kok, tapi di koran yang ada di villa, di sebuah bukit pokoknya! Gua bakal cari tahu pokoknya tentang villa itu!
Bintang

(Senyum menyeringai)

VILLA kata lo? Kata mimpi lo pastinya hahaha... Bisa-bisanya mimpi itu bikin orang jadi tolol kayak lo!
Nama
Anjing lo yah! Gua minta kita cerai yah! Gua gak sanggup nerima omongan kasar lo tiap hari!

Seketika Bintang ketakutan dengan ancaman dari istrinya itu. Bintang pun terlihat frustasi dan ia membuka laci lemari yang kuncinya berada di dalam saku celananya.

Bintang
Nam... Maafin aku, aku gak mau kita cerai pokoknya!

Bintang meraih secarik kertas dari dalam laci lemarinya.

Nama
Apaan itu?

Nama beranjak dari kasurnya. Menghampiri Bintang untuk mengambil secarik kertas yang disembunyikan di belakang tubuhnya.

Bintang
Bukan apa-apa kok Nam...!

Bintang berusaha kertas itu tak bisa diambil oleh Nama.

Nama
Sini gua lihat bangsat!

Nama mendorong tubuh Bintang dengan keras. Dan mengambil kertas tersebut saat suaminya lengah.

Bintang kemudian menjatuhkan tubuhnya sesaat kertas itu diambil oleh Nama. Kedua tangannya terlihat meremas rambut dan wajahnya berulang kali.

Bintang
Aku bisa jelasin semua ini!

Nama yang telah membaca surat itu, terlihat menaik turunkan kepalanya saat mendengar laki-laki dihadapannya terpergoki.

Nama
Darimana dan dari kapan lu dapet ini?
Bintang
3 tahun lalu, di tempat pemakaman Langit Purnama. Bumi ada di sana, dan ngasih surat itu untuk ngajak kamu ke sana!
Nama
WHAT? Terus kenapa kamu gak ngasih tau aku dari dulu, hah?
Bintang
Aku takut kamu berubah pikiran untuk nikah sama aku! Tapi, aku dulu juga emang penasaran karena Bumi masih hidup, tapi aku takut kehilangan kamu Ma...
Nama
Persetan dengan Bumi atau siapa kek! Astagaaaaa... Hati lu gak jalan emang yah ternyata! Lu bisa-bisanya nyembunyiin semua ini dan lu bisa-bisanya nyaman dengan kesedihan gua!
Bintang
Ya tapi kan belum terbukti kalau si Langit korban penusukan pas malem itu!
Nama
Diem lu! Gua mau cari tahu! Kali ini lu gak bisa ngelarang gua lagi! Gua udah kapok sama lu yang misahin gua dari mbak Uci. Gara-gara lu semua kesedihan ini gak pernah hilang dari kehidupan gua!

Nama kemudian bersiap-siap. Meninggalkan kamar itu dan berjalan menuju ke arah pelataran parkir rumahnya. Nama membuka pintu mobil, menggendong anaknya.

Nama
Hari ini kamu libur sekolah! Kamu ikut bunda yah!

Bintang yang merasa bersalah berusaha menahan Nama dan anaknya pergi. Namun, usahanya gagal. Nama dan Langit ‘kecil’ pun masuk ke dalam mobil yang kemudian ia kunci dari dalam.

Bintang
Ma... Maafin aku, Ma...

Bintang mengetuk-ngetuk kaca mobil.

Nama mengecup anak laki-lakinya itu. Kemudian, Nama menginjak gas mobilnya dan pergi tanpa memerdulikan suaminya yang berlari mengejar sesaat terlihat olehnya dari arah spion.

Langit ‘kecil’
Kita mau kemana bunda?

(Kedua alisnya mengangkat dan tersenyum bahagia)

Nama
Bunda mau ajakkin kamu ketemu sama om Langit!
Langit ‘kecil’
Om Langit yang kata Bunda pelukis hebat itu?
Nama
Iyah sayang, kita ketemu dia yah
Langit ‘kecil’
Okey Bunda, meluncurrrrr... Tapi...

Anak kecil itu kemudian menekukkan wajahnya.

Nama
Tapi apa sayang?

Pandangan Nama sesekali menatap jalanan dan anak semata wayangnya itu.

Langit ‘kecil’
Tapi Bunda janji jangan sedih lagi yah

Langit kecil mengacungkan kelingkingnya.


MATCH CUT TO.

(Di sebuah pom bensin kota)

Langit
Kamu angkat kelingking kamu ke arah langit!
Nama
Idihhh ngapain sih?
Langit
Jadi gak mau?
....

 


CUT BACK TO.

Nama terlihat menangis sesaat menyetir mobil. Seorang anak laki-laki yang duduk di sampingnya kemudian mengusap air matanya.

Langit ‘kecil’
Bunda kok jadi nangis? Bunda gak mau janji sama aku buat sedih lagi? Bunda mau sedih terus?
Nama
Bukan gitu sayang, Bunda mau kok janji sama kamu

Nama kemudian mengangkat kelingkingnya itu. Nama dan anaknya beradu kelingking yang kemudian diangkat mengarah ke atap mobilnya.

 


MATCH CUT TO.

Di sebuah pom bensin kota. Nama dan Langit beradu kelingking yang diangkat mengarah ke atas langit.

Langit
Ikutin kata-kata aku yah
Nama
Iyeeeeee buruan sih, banyak basa-basi banget jadi orang
Langit
Langit...
Nama
Langittt...
Langit
Aku janji bakal menjadi yang ternama di atas langit yang tinggi
Nama
Aku janji bakal menjadi yang ternama di atas langit yang tinggi
Langit
Okey aku pegang janjimu
...

 


CUT BACK TO.

Nama tengah beradu kelingking dengan anaknya, dijejalanan kota yang terlihat macet. Nama memeluk anaknya dan sembunyi-sembunyi menangis.

Nama
Bunda janji Langitttttttt...

Nama menciumi rambut anaknya yang memeluknya.

Nama (V.O)
Aku janji Langitttttt...
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar