Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE OUT
Scene 33 : EXT, Rumah Nama - Pagi
Cast. Nama, Langit, Tukang Bakso
Nama (POV) : Terdengar suara dari laki-laki memanggil-manggil namanya terus. Kedua kelopak mata sangat berat saat ingin dibukakan. Hingga, perlahan cahaya terang mulai terlihat dan menyambutlah wajah seorang laki-laki yang tampak rambutnya basah kuyup tengah tersenyum padanya
Nama terbaring di antara kedua paha Langit. Hampir satu jamnya, Nama jatuh pingsan karena kepalanya terbentur saat terpeleset. Langit panik seraya terus memanggil-manggil namanya.
Nama sontak membangunkan tubuhnya. Memeluk erat tubuh laki-laki dihadapannya. Tangisnya kemudian menjadi-jadi.
Langit mengelus rambut panjang wanita yang menangis di antara pundaknya.
Suara Nama terdengar samar karena berbarengan dengan isak tangis.
Langit menggoda wanita yang kini tengah nyaman menenggelamkan kepala dibahunya.
(Nama kesal, menggigit bahu langit)
Langit kemudian mengangkat kedua bahu Nama. Menatapnya sembari tersenyum.
(Memukul-mukul mangkok kaca)
Nama dan Langit kemudian tertawa bersamaan. Langit mengusap air mata yang tersisa di antara kantung mata wanita cantik dihadapannya.
(Langit kembali mengumpat wanita di dekatnya)
Nama kembali menggigit bahunya Langit. Tukang bakso kemudian terlihat berjalan meninggalkan mereka berdua.
(Kembali menoleh)
Langit menunjuk ke arah Nama. Menertawakan kembali.
Nama bertambah kesal, tengah bersiap menggigit bahu Langit kembali.
(Langit menggerakkan jarinya)
Nama kemudian mendekap kedua kakinya. Melamun kosong menatap ke arah pepohonan di rumahnya.
(Nama memukul mukul kepalanya)
Langit terlihat bersikap serius dari semula yang iseng pada Nama. Tangannya mengelus lembut kepala Nama.
Nama cemberut, posisinya duduk membelakangi laki-laki yang sedari tadi menertawakannya.
Langit menarik pelan bahu Nama untuk membalikkan badannya. Mengangkat kelingkingnya yang diikuti juga oleh kelingking Nama untuk beradu.
Langit tersenyum saat menatap kedua kelingkingnya yang menyatu dengan wanita cantik dihadapannya.
Langit mengeja ucapannya itu. Namun, Nama yang seolah telah mengingat kalimat di luar kepalanya, menyanggah ucapan Langit.
(Nama berbicara dengan sangat lugas)
Nama menarik-narik kelingking Langit hingga kesakitan
Langit kesakitan karena kelingkingnya dimainkan oleh Nama.
Kemudian, Langit menciumi kelingkingnya yang telah dilepaskan Nama. Langit berdiri dari duduknya.
(Nada bicara Nama meninggi. Membangunkan tubuhnya)
Nama mengangkat kepalanya menatap sosok laki-laki yang lebih tinggi darinya.
Langit kembali menempelkan kepalanya dengan kepala Nama. Tersenyum lebar.
Nama salah tingkah. Menjauhkan kepalanya untuk menatap laki-laki yang kini tampak terkejut sesaat Nama berbicara seperti itu.
Langit pun duduk di kursi menunggu Nama bersiap-siap. Nama bergegas dengan menggunakan pakaian bernuansa serba berwarna hitam. Langit dan Nama pun, siang itu pergi ke suatu tempat di daerah bukit yang berjarak beberapa jam dari kota.
Scene 34 : EXT, Sebuah Bukit – Sore
Cast. Langit, Nama
Terlihat hari mulai menjelang sore, namun perjalanan Langit dan Nama belum juga sampai. Setelah melewati beberapa pemukiman dan masuk ke arah hutan belantara, mereka akhirnya tiba di sana saat bulan purnama begitu jelas terlihat di atas langit.
Langit menolehkan wajah ke sebelah kiri kaca mobilnya dan di sana terlihat sebuah villa kecil dengan pencahayaan yang cukup terang di antara pepohonan yang mengitarinya.
Nama tampaknya cemas. Jemari Langit kemudian terlihat menggenggamnya.
Langit kemudian turun dari mobil serta membukakan pintu untuk Nama.
Langit iseng, kedua tangannya bergerak seolah sedang ingin mencakar, mengerjai wanita yang tampak ketakutan itu.
Nama mencubit Langit saat turun dari mobil.
Nama dan Langit berjalan beriringan. Melewati beberapa ranting yang menghalangi jalan setapaknya. Dan Nama seketika terpana sesaat melihat dari depan halamannya, villa itu berhiaskan banyak lukisan.
Langit terlihat duluan menaiki beberapa anak tangga menuju villa itu. Membukakan pintu, mempersilahkan wanita yang bersamanya untuk masuk.
Nama melirik-lirik seluruh lukisan yang memenuhi tiap penjuru dari villa tersebut.
Langit menyilangkan kedua tangannya. Tersenyum-senyum melihat reaksi wanita yang sedang terpukau dihadapannya. Langit kemudian membuatkan Nama minuman hangat.
Langit menaruh dua cangkir berisikan teh hangat di atas meja.
Langit kemudian duduk di kursi sofa panjang. Membuka sebuah kotak yang tampak usang.
Nama buru-buru duduk di samping laki-laki yang tampak mengeluarkan secarik kertas koran edisi lama dari dalam kotaknya.
Langit memberikan secarik kertas koran itu pada Nama.
Nama menarik kertas dengan penuh semangat.
Langit pun beranjak menuju sebuah bangku yang di depannya terdapat dudukan kayu untuk memopang kanvas besar. Langit kemudian melanjutkan lukisan yang belum selesai di kanvas itu.
Nama tengah serius membaca potongan berita dari koran itu. Kedua bola mata Nama terlihat berlinangkan air mata. Kemudian, Nama menjerit dengan begitu kerasnya.
INSERT.
NAMA MEMBACA KORBAN PEMBUNUHAN DI TAMAN KOTA ADALAH SEORANG LAKI-LAKI BERNAMA LANGIT PURNAMA.
Scene 35 : INT, Sebuah Kota Lain - Pagi
Cast. Bintang, Nama, Langit ‘Kecil’, Bibi
3 tahun kemudian. Terlihat sebuah kota yang berbeda dari sebelumnya, suasananya sangat damai dan asri. Di salah satu rumah dalam komplek perumahan nan mewah, terlihat salah seorang laki-laki bernama Bintang tengah lahapnya menyantap sarapan pagi bersama seorang anak laki-laki berusia 9 tahunan. Pagi itu, istrinya yang masih tertidur tiba-tiba berteriak dari dalam kamar. Kemudian Bintang dan seorang anak kecil itu berlari menuju kamar.
Nama kemudian memeluk seorang anak laki-laki yang mendekatinya ke arah kasur. Nama menciumi kepala anak laki-laki itu.
Nama mengusap air mata yang mengucur dari matanya.
Bintang berteriak memanggil asisten rumah tangganya untuk membawa anaknya meninggalkan kamar itu.
Langit ‘kecil’ kemudian dijemput seorang wanita paruh baya yang datang ke kamar tersebut. Namun, setibanya Langit ‘kecil’ berada di dekat pintu kamar itu, ia menolehkan wajahnya ke arah Nama seraya tersenyum dan telunjuk mungilnya di arahkan pada langi-langit kamar itu.
Nama tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya pada anak kecil yang tengah menutup pintu kamar itu.
Langit ‘kecil’ terlihat mendengus nafas panjang. Menggelengkan kepala sesaat suara bentakan dari kedua orang tuanya mulai terdengar. Lanigt ‘kecil’ berjalan menjauhi kamar tersebut.
Nama terkejut mendengar ucapan suaminya itu. Wajahnya memerah marah.
(Senyum menyeringai)
Seketika Bintang ketakutan dengan ancaman dari istrinya itu. Bintang pun terlihat frustasi dan ia membuka laci lemari yang kuncinya berada di dalam saku celananya.
Bintang meraih secarik kertas dari dalam laci lemarinya.
Nama beranjak dari kasurnya. Menghampiri Bintang untuk mengambil secarik kertas yang disembunyikan di belakang tubuhnya.
Bintang berusaha kertas itu tak bisa diambil oleh Nama.
Nama mendorong tubuh Bintang dengan keras. Dan mengambil kertas tersebut saat suaminya lengah.
Bintang kemudian menjatuhkan tubuhnya sesaat kertas itu diambil oleh Nama. Kedua tangannya terlihat meremas rambut dan wajahnya berulang kali.
Nama yang telah membaca surat itu, terlihat menaik turunkan kepalanya saat mendengar laki-laki dihadapannya terpergoki.
Nama kemudian bersiap-siap. Meninggalkan kamar itu dan berjalan menuju ke arah pelataran parkir rumahnya. Nama membuka pintu mobil, menggendong anaknya.
Bintang yang merasa bersalah berusaha menahan Nama dan anaknya pergi. Namun, usahanya gagal. Nama dan Langit ‘kecil’ pun masuk ke dalam mobil yang kemudian ia kunci dari dalam.
Bintang mengetuk-ngetuk kaca mobil.
Nama mengecup anak laki-lakinya itu. Kemudian, Nama menginjak gas mobilnya dan pergi tanpa memerdulikan suaminya yang berlari mengejar sesaat terlihat olehnya dari arah spion.
(Kedua alisnya mengangkat dan tersenyum bahagia)
Anak kecil itu kemudian menekukkan wajahnya.
Pandangan Nama sesekali menatap jalanan dan anak semata wayangnya itu.
Langit kecil mengacungkan kelingkingnya.
MATCH CUT TO.
(Di sebuah pom bensin kota)
CUT BACK TO.
Nama terlihat menangis sesaat menyetir mobil. Seorang anak laki-laki yang duduk di sampingnya kemudian mengusap air matanya.
Nama kemudian mengangkat kelingkingnya itu. Nama dan anaknya beradu kelingking yang kemudian diangkat mengarah ke atap mobilnya.
MATCH CUT TO.
Di sebuah pom bensin kota. Nama dan Langit beradu kelingking yang diangkat mengarah ke atas langit.
CUT BACK TO.
Nama tengah beradu kelingking dengan anaknya, dijejalanan kota yang terlihat macet. Nama memeluk anaknya dan sembunyi-sembunyi menangis.
Nama menciumi rambut anaknya yang memeluknya.