Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Selangkah Maju (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
13. 13. Berbaikan

82. INT. KAMAR ALDER — MALAM

Alan sudah tidur di bawah kasur dengan tangan menumpu lalu Alder terbangun memanggil Alan.

ALDER

Jus! (lirih)

Alan yang mengantuk terpaksa membuka matanya dan melihat keadaan Alder.

ALAN

Iya der. (muka ngantuk)

ALDER

Mama mana? (menangis)

Jam menunjukkan pukul satu.

ALAN

Tidur lagi ya. (mengusap kepala Alder dengan pelan)

ALDER

Mama mana? bapak juga, aku mau ketemu. (merengek)

Alan kebingungan menghadapi Alder karena terus mengatakan dimana kedua orang tuanya sekarang.

ALAN

Sabar ya... besok pasti ketemu.

ALDER

Beneran? (menatap Alan)

ALAN

Iya. (ketiduran)

ALDER

Jus aku mau ketemu mama?

ALAN

(kaget lalu bangun lagi) Iya besok.

ALDER

Besok? beneran ya, janji?

ALAN

Iya, asal kamu tidur lagi.

ALAN

Tapi Jus jangan kemana-mana!

ALDER

Ini gak kemana-mana. (berusaha tetap tersenyum dan matanya terbuka)

ALDER

Disini. (menunjuk sebelah kasur yang kosong)

Dengan perlahan Alan membaringkan tubuhnya disebelah Alder lalu menghadap Alder.

ALDER

Jus panas. (nada merengek)

ALAN

Ya kamu kan lagi demam jadi panas besok pasti sembuh tapi kamu harus tidur dulu, oke.

ALDER

Nggak enak maunya sama mama aja sama bapak juga, mereka kemana jus aku mau ketemu. (tambah sedih)

Alan memeluk Alder dan menepuk punggungnya pelan hingga Alder tertidur lelap. Alan mengecek dulu Alder tenyata sudah tidur saat akan bangkit pelukan dari Alder mengerat sehingga Alan mengembuskan napas berat dan tidur saja meskipun tidak nyaman.


83. EXT. TERAS RUMAH ALAN — PAGI

Bolak balik di depan rumah Alan tapi tidak juga Alan keluar akhirnya memutuskan untuk berteriak setelah memastikan sekitarnya aman.

FAREL

Paket pak! paket! woy pak! (teriak)

FAREL (CONT'D)

Alan ini gue lan keluar napa, Alan! (lanjut teriak)

Farel menjinjing sarapan buatan Veli pun menyimpannya di meja teras. Ia kelelahan memanggil Alan di pagi buta seperti ini namun harus salah satu mengalah karena Farel suka kedamaian.

FAREL

Apa masih tidur ya padahal ini udah jam tujuh. (kebingungan)

FAREL

Woy Alan! (teriak lagi)

Fajri datang dengan membawa tas sekolah tapi Farel tidak sadar kedatangan Fajri.

FAJRI

Kenapa Om?

FAREL

Eh siapa ya? (kaget)

FAJRI

Aku Fajri tetangganya om jus Alan salam kenal.

FAREL

Om jus Alan? (merasa aneh)

FAJRI

Iya, kata Alder gitu panggilannya jadi aku sedikit meniru. (cengengesan)

FAREL

Bisa panggil om jus nya gak?

FAJRI

Bisa dong bentar ya.

Fajri ke sebelah jendela lalu berteriak.

FAJRI

Om Alan! om bangun!

Farel menutup wajahnya malu karena beberapa orang yang lewat menengok kearahnya. Fajri masih memanggil Alan dengan lantang dan memukuli jendela membuat Farel tidak bisa berkata-kata.

FAJRI

(mendekat ke Farel dan lelah memanggil) Kayaknya om Alan gak dirumah deh.

Farel

Kemana kira-kira?

FAJRI

(mengangkat bahu) Nggak tau, karena kalau aku panggil suka nyahut terus ngambil sepatu buat lempar, ini gak ada sama sekali.

FAREL

(menahan tawa) Kena gak?

FAJRI

Untungnya...

FAREL

Apa? (penasaran)

FAJRI

Nggak lah, sakit om kalau kena lempar sepatu.

FAREL

(mendesah kecewa) Beneran Alan gak ada nih?

FAJRI

Iya mungkin aku mau pulang dulu ya om dadah! (melambaikan tangan dan berlari)

Setelah memastikan kepergian Fajri yang dilakukan Farel menunggu sebentar lagi. Ia yakin Alan dirumah mana mungkin keluar dan tak kembali orang rumahnya cuma ini.

Di dalam rumah Alder menangis kencang membuat Farel bangkit lalu memeriksa jendela agar bisa melihat dengan jelas. Tapi yang dilakukan Farel sia-sia karena sumber tangisannya berasal dari kamar.

FAREL

Alder kenapa tuh apa dia disiksa? (panik)

Farel panik berusaha mencari jalan ke rumah Alan tapi lagi-lagi kondisi tidak mendukung serta tangisannya makin kencang membuat Farel makin tidak enak hati mendengarnya.

FAREL

Awas aja Alan kalau sampai lo apa-apain bocil kesayangan gue.

Akhirnya Alan keluar dari rumah membuat Farel kebingungan.

FAREL

Al... lah Alder kenapa?

ALAN

Demam jadi agak rewel mau apa lo kesini? (nada sewot sambil menggendong Alder yang menangis)

FAREL

Mon maaf nih ya ada baiknya tamu itu dipersilahkan masuk diberi minum atau dipersilahkan duduk, kan jadi enak ngobrolnya.

Sedangkan Alder masih menangis digendong Alan.

FAREL

Der tau bumi gak? (mengusap air mata Alder)

Alder menoleh pada Farel tangisannya sedikit mereda.

ALDER

Bumi kenapa?

FAREL

(tersenyum) Kita tinggal di bumi der masa kamu gak tau.

ALDER

Iya ya jus? (menoleh ke Alan)

Alan berdeham dan mengangguk akhirnya Alder berhenti menangis. Tau begini ia panggil Farel saja dari tadi.

Alder mengucek matanya lalu merentangkan tangannya pada Farel.

ALAN

Mau gendong sama om Farel?

Alder mengangguk.

Farel sebenarnya mau pergi lagi tapi bocah kedatanganya sakit jadi tidak tega untuk menolaknya. Setelah digendong Farel Alder tersenyum membuat Alan kesal.

ALAN

Rel.

Farel malah melenggang ke dalam rumah sambil membawa bingkisan di meja membuat Alan melotot tajam dan segera mengikuti.


84. INT. RUANG TAMU – RUMAH ALAN — SIANG

Mendudukkan Alder lalu Farel membuka bungkusan makanan yang dibawa berisi sayur sop serta nasi putih yang lumayan banyak. Kemudian Alan mengambil wadahnya dan kembali lagi setelahnya.

ALAN

Mau makan gak?

ALDER

Mau mama.

Farel berdeham menoleh pada Alan.

FAREL

Dikode tuh! (menyindir)

Alan mengepalkan tangannya di depan wajah Farel lalu Farel hanya cengengesan menanggapinya.

FAREL

Makan ya nanti kamu dapat mama.

ALDER

Nggak mau maunya mama mau ketemu mama sama bapak.

Farel mengambil sayur sop dan nasinya kemudian menyuap pada diri sendiri membiarkan Alder menangis. Sementara Alan juga sama sudah pusing bingung menghadapi Alder yang sedang demam. Dia kewalahan dan ingin menghilang.

FAREL

Lan, ngomong kek.

ALAN

Lo aja gue capek eh... ini makanan beli dimana? (menatap makanan yang dibawa farel dengan senang)

FAREL

Nggak beli... (beat) ini gratis.

ALAN

Lo banyak duit sekarang? (menatap Farel curiga) atau... Lo jual restoran gue ya? (menuduh)

Farel berdecak sambil menggelengkan kepalanya kaget dengan tuduhan Alan meski ada terlintas ingin menjual restoran tapi ditepisnya.

FAREL

Sembarangan kalau ngomong ini tuh dari restoran.

ALAN

(kaget) Masakan siapa? lo gak mungkin Lo kan jago nulis resep mana bisa praktek.

FAREL

Iya-iya gak usah diperjelas gue dalam mode sadar diri ini.

ALAN

Jadi...

FAREL

Restoran kita ramai lagi.

ALAN

Serius? (antusias)

ALDER

Om ayey lapar!

ALAN

Nah gitu dong nih makan yang banyak ya sayurannya harus dihabiskan supaya cepat sembuh oke. (memberikan makanan ke Alder)

Alder mengangguk lalu makan dengan lahap.

ALAN

Terus?

FAREL

Apanya yang terus? (tadinya mau menyuap tidak jadi)

ALAN

(berdecak) tentang restoran.

FAREL

Oh iya, ya.. jadi ada yang mau kerja terus gue terima eh dia malah bikin restoran kita maju lagi dan beberapa hari ini restoran kita pemasukannya juga lumayan.

ALAN

Kok lo gak kabarin gue? (kecewa)

FAREL

Banyak halangan jadi gak sempet tapi sekarang gue udah bilang kan jangan lah marah lagipula gue udah bawain tuh makanan enak kan.

ALAN

Biasa aja.

FAREL

Ya ya ya... (bernada malas)


Alder masih makan dan Alan juga Farel ikutan karena kebetulan perutnya belum diisi dari tadi. Makan bersama dilakukan ketiganya sungguh terlihat manis.


85. INT. DAPUR — SIANG

Alan mengeluarkan isi kulkas sedangkan Farel mencuci piring sekaligus bercerita tentang restoran yang ditanggapi oleh Alan hanya dehaman atau jempolnya diangkat.

Farel menyimpan piring ditempatnya kemudian duduk memperhatikan Alan yang masih membersihkan kulkas.

FAREL

Kayaknya makanan di kulkas lo busuk semua deh.

Alan melemparkan kulit pisang pada Farel tapi tidak kena lalu Alan berdecak kesal.

FAREL

Anda belum beruntung. (ketawa)

Alan diam-diam membawa kain lap kemudian disumpal ke mulut farel dan sontak Farel memuntahkannya. Ia segera mencuci mulutnya dengan air mengalir dan menyumpahi kelakuan Alan.

FAREL

Lo ada dendam apa sama gue, hah? (bernada emosi menatap Alan)

Alan malah mengangkat bahunya dan lanjut membersihkan kulkas.

ALAN

Lo tau dia asli mana.

FAREL

Buat apa tau lagipula gak penting.

ALAN

Jangan sembarangan mempekerjakan orang, lo mau nanti kena masalah.

FAREL

Gue udah pastiin kok dia layak buat kerja sama mana ada kena masalah.

ALAN

Kalau ada gimana?

FAREL

Doain yang baik-baik kek apa sulitnya, ini tuh peluang bukan pelanggaran. Otak lo kadang-kadang Lan, bikin gue kesel.

Keduanya lanjut bicara segala hal sementara Alder tengah tidur di sofa dengan nyenyak. Demamnya pun turun jadi tidak merancau lagi dan membuat Alan tenang setelah memastikan keadaan Alder yang diam saja tak bersuara.

FAREL

Lihat apa lo?

ALAN

Anak gue.

Farel terdiam sesaat mendengarnya.

ALAN

Maksud gue anak si Beni udahlah gak usah lebay ekspresi lo gak ada bagus-bagusnya dilihat.

Farel merutuk dalam hati dan membantu Alan daripada menonton Alan yang tidak selesai-selesai membersihkan kulkasnya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar