Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Selangkah Maju (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
12. 12. Demam

75. INT. RUMAH TYAS — SIANG

Tyas merasa sepi di rumah tapi tidak boleh menyesali keputusannya karena ia tidak mau disalahkan sendiri lagipula kesalahannya tidak seperti Beni ucapkan justru Beni yang paling salah disini.

TYAS

Dasar lelaki sukanya menyalahkan! coba dia itu dengerin aku bukannya sok tahu kan dia yang paling salah. (bergumam kesal)

Tyas juga mengambil bingkai foto sang anak lalu mengusapnya.

TYAS

Kamu kenapa gak nemuin mama Alder, mama kangen. (sedih)

Tyas memandangi foto dengan air mata menetes. Dia kehilangan Alder dan sangat merindukan putranya untuk hadir padahal dia sendiri yang mengusirnya.

TYAS

Kamu baik-baik aja kan nak?

Tyas kesepian hanya bisa mengelus foto Alder lalu menciumnya.


76. INT. RUMAH ALAN — SIANG

Alder sedang duduk dan Alan sesekali mengecek ponselnya siapa tahu ada pesan dari Farel tapi tidak ada juga membuatnya kesal.

ALDER

Jus kak Fajri kok gak pernah main lagi ya?

ALAN

Dia sekolah der.

ALDER

Kok setiap hari kan Minggu libur.

ALAN

Kata siapa?

ALDER

Kata kak Fajri.

Alan menggeleng saja kemudian melenggang ke dapur mengambil air minum sekalian air minum untuk Alder.

ALAN

Nih minum air supaya lebih pinter.

ALDER

Aku kan pinter jus gak usah minum air lagi.

ALAN

Perlu kalau gak minum kamu mau jadi layu kayak tanaman.

Alder meminum air lalu gelasnya diberikan pada Alan.

ALDER

Udah.

ALAN

(mengelus kepala Alder) Pinter, mau ikut jus nggak?

ALDER

Kemana?

ALAN

Lihat kakaktua.

ALDER

Nggak mau. Alder sukanya main aja sama kak Fajri atau om ayey. (menggeleng)

Alan mematung mendengar nama Farel disebut.

ALDER

Jus mau ke rumah om ayey lagi gak?

ALAN

Nggak.

ALDER

Kenapa? (sedih)

ALAN

Nggak tau, mending kamu main lagi ya... om mau ke depan sebentar.

ALDER

Oke.

Alan duduk diteras matanya menyorot ke depan.

ALAN (V.O)

Apa dia marah sama gue?

Alan beranjak baru ingat nasib restorannya tapi balik duduk lagi.

ALAN

Ngapain gue pikirin lagipula restorannya kayaknya gak bisa beroperasi, apa sebaiknya gue jual aja ya?

Alan mengusap kasar wajahnya bingung harus melakukan apa. Terselip ingin selangkah maju karena banyak masalah menghadang tapi bingung membuatnya tidak bergerak.

ALAN

Tau ah pusing gue.

FAJRI

Ngapain om?

Alan kaget ketika Alder dan Fajri sedang memperhatikannya sambil duduk lesehan. Dia sama sekali tidak menyadari jika Alder dan Fajri ada disana. Alan malu tapi ditahan.

ALAN

Gak sekolah?

FAJRI

Nggak dong, ini kan hari Ahad jadi waktunya libur.

ALAN

Ahad? (kaget)

FAJRI

Minggu om gak ngerti bahasa lainnya ya...

ALAN

Iya tau, sana main tapi jangan jauh-jauh dan jangan nyebrang jalan.

FAJRI

Oke om!

ALDER

Oke Jus! (barengan jawabnya dengan Fajri)

Fajri dan Alder main bola dihalaman dengan Alan yang memperhatikan gerak-geriknya. Alan tersenyum melihat kebersamaan Fajri dan Alder dan mantap akan meminta maaf pada Farel.


77. INT. RESTORAN — SORE

Farel menghitung pendapatan dengan senyum lebar. Ia tidak henti-hentinya tersenyum untung saja Veli sudah pulang.

FAREL

Gak sia-sia gue rekrut pegawai bawa hoki.

FAREL

Gue yakin deh si Alan pasti bakal pingsan pas tau kabar ini.

Farel lanjut menghitung uangnya sampai ia merasa bosan.


78. EXT. HALAMAN –RESTORAN — MALAM

Veli berlari menuju restoran tak peduli kakinya tanpa alas lalu terus berlari hingga sampai di depan restoran. Ia ragu untuk masuk tapi keadaan memaksanya untuk masuk.

Saat menyentuh gagang pintu Veli mematung kemudian memilih duduk.

VELI

Kenapa aku lari kesini?

Farel keluar dari restoran dan heran melihat Veli.

FAREL

Lah kenapa belum pulang?

Veli hanya tersenyum canggung.

Farel celingak-celinguk tapi tidak menemukan apa-apa.

FAREL

Kenapa masih disini vel?

VELI

Itu tagihan kontrakan belum dibayar.

Farel langsung memberikan uang pada Veli.

FAREL

Cukup segitu?

VELI

Ini kebanyakan pak bos. (memberikan pada Farel)

FAREL

Iya kah? (melihat uangnya lalu diberikan lagi ke Veli)

FAREL

Nggak kayaknya lagipula kamu kan pegawai rajin jadi anggap saja bonus.

VELI

Bukannya gajian itu sebulan dulu.

FAREL

Nggak ini sistemnya kalau laku saya kasih kamu uang dan kebetulan juga kamu butuh kan jadi ngapain nunggu sebulan.

Veli mengangguk menerima uangnya.

FAREL

Lagipula semua orang butuh duit meski tak seberapa ya minimal punya, iya kan?

VELI

Iya pak bos.

FAREL

Mau bareng gak?

VELI

Terimakasih pak bos aku jalan kaki aja.

Farel mengernyit melihat kaki Veli tanpa sandal.

FAREL

Kesini gak pake sepatu? (heran dengan Veli)

VELI

(melihat kakinya) Lupa. (tersenyum canggung)

Farel kebelakang restoran lalu balik lagi membawa sepatu putih diserahkan pada Veli.

FAREL

Pakai! (menyuruh)

Veli

Ini sepatu siapa pak bos? (mematung karena sepatunya masih baru)

Farel

Ya adalah, tapi gak papa soalnya dia kayaknya lupa punya sepatu soalnya lama banget ada di belakang.

Veli memakainya meskipun sedikit kebesaran.

VELI

Makasih pak.

FAREL

Yakin gak mau diantar ini udah malam.

VELI

Aman pak soalnya rumah kontrakan saya gak jauh sekali lagi terimakasih atas bantuannya.

Farel memerhatikan kepergian Veli lalu ia pergi ke parkiran untuk mengambil motornya dan pulang ke rumah.


79. INT. KAMAR ALDER –RUMAH ALAN — MALAM

Alan sedang mengompres jidat Alder karena anak itu mendadak pendiam setelah dicek ternyata suhu tubuhnya panas.

Alder tidak banyak bicara seperti biasanya bahkan tak bicara apa-apa pada Alan yang makin membuat Alan khawatir.

ALAN

Ke rumah sakit yuk!

Alder menggeleng lalu menangis membuat Alan panik.

Alan

Ada yang sakit?

Alder

Mama... (merancau)


CUT TO

80. EXT. PINGGIR JALAN — MALAM

Alan membeli sate tapi kehabisan melihat perempuan yang tidak asing yaitu Tyas. Dia kelihatan sedih namun Alan tidak berani menegur karena takut dianggap mencampuri urusan orang sehingga ia hanya memperhatikan saja.

Tyas juga beberapa kali bertanya pada orang tentang foto di ponselnya. Foto itu foto Alder.

TYAS

Pernah lihat anak ini? (bertanya dengan mengeluarkan foto)

Jawaban orang yang ditanya hanya menggeleng tidak tahu membuat Tyas menghela napas.


Alan ingin tahu tapi ditahan saja kemudian pergi dengan rasa penasaran apa yang ditanyakan Tyas pada semua orang kecuali pada Alan.


CUT TO BACK

81. INT. KAMAR ALDER – RUMAH ALAN — MALAM

Alan merasa kasihan dengan Alder karena usia seperti ini butuh orang tua.

ALDER

Mama! (lirih)

Alan

Iya der.

ALDER

Mama mana?

Alan

Dia kerja kan kamu tau.

Alder

Kalau bapak?

Alan malah ingin nangis melihat keadaan Alder. Dia jadi ingat masa kecilnya yang selalu diperhatikan dan menuju dewasa malah menjauh.

ALAN

Cepat sembuh ya nanti bisa ketemu sama bapak kamu.

ALDER

Mama juga?

Alan

Iya mama kamu juga tapi kamu harus sehat dulu ya nanti Fajri sama jus sedih.

ALDER

Jangan sedih jus, Alder kan robot jadi kuat hehehe.

Alan mengelus kepala Alder dan tersenyum tipis. Ia ingin menggantikan Alder sakit karena tidak tega dan satu tetes air mata jatuh buru-buru dihapus oleh Alan.

ALAN

Cepat sembuh der, yok cerewet lagi.

Alan sesekali mengecek suhu tubuh Alder dan Alder sesekali memanggil mama dan bapaknya membuat Alan sedih lalu mengusap pelan pipi Alder agar tidak mengigau.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar