Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Selangkah Maju (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
6. 6. Sesal

35. EXT. JALAN SAWAH — PAGI

Beni tak tahan lebih lama lagi dirumah ibunya. Ia ingin menenangkan diri di pinggir jalan dekat sawah berharap keresahan di hatinya hilang meski sesaat.

BENI

Apa Tyas bahagia sama lelaki pilihannya?

Beni mengusap wajahnya kasar lalu duduk begitu saja.

BENI

(menggumam) Kok gue jadi mikirin dia? gue kesini buat nenangin diri.

Beni beranjak ternyata diam dipinggir sawah sama saja membuat kepalanya pusing. Ia melanjutkan jalan lagi entah kemana tujuannya yang penting pikirannya membaik.

Beni juga memikirkan Alder karena anak itu kadang membuatnya kesal tapi sekarang Beni merasa kehilangan. Sosok Alder yang cerewet, suka menangis dan Beni suka kesal sendiri oleh tingkah Alder.

BENI

Semoga dia baik-baik aja dirawat Alan. (menghela napas berat lanjut berjalan)

36 INT. KAMAR MANDI - RUMAH ALAN — PAGI

Alan menunggu diluar kamar mandi awalnya tapi melihat Alder yang malah bermain dengan si air hingga Alan kebasahan. Alan tidak bisa marah untuk saat ini karena tujuannya untuk membuat Alder mandi.

ALAN

Puas kan sekarang? kamu mandi ya.

Alder menggeleng lanjut bermain air bahkan gayung yang dipegangnya kini berubah menjadi kapal dadakan membuat Alan jongkok memperhatikan. Alan baru sadar jika mengurus anak itu sangat merepotkan apalagi dirinya sendirian tanpa ilmu mengasuh anak sama sekali. Alan bingung sekaligus frustrasi meratapi nasibnya.

37 INT. KAMAR TIDUR - RUMAH ALAN — SIANG

Alder memainkan robot kesayangannya lalu mendekat pada Alan yang sibuk melipat baju dengan asal lipat.

ALDER

Jus angker!

Alan cuma berdeham tanpa berpaling dari pakaian yang dilipatnya.

ALDER

Jus angker main yuk jus angker jadi monster ya.

ALAN

Gak bisa der, kamu gak lihat om lagi apa.

ALDER

Jus angker lucu.

Alan tidak sadar apa yang diucapkan karena kesibukannya kali ini bertambah dan makin banyak terasa sejak Alder hadir namun Alan tidak boleh menyalahkan keadaan karena Alder adalah titipan sahabatnya yang entah kenapa masalahnya. Sempat tahu namun Alan bingung menyimpulkan bagaimana dengan keluarga Beni.

ALAN

Kamu ngantuk gak?

ALDER

(menggeleng) main sama kak Fajri boleh kan Jus?

ALAN

Jangan!

Alder kebingungan.

ALAN

Dia kan sekolah...

ALDER

Sekolah itu apa?

Alan makin pusing karena sesi pertanyaan Alder terus berlanjut bersamaan dengan acara melipat pakaian selesai dikerjakan.

ALDER

Aku juga mau sekolah nanti ketemu kak Fajri.

ALAN

Iya.

ALDER

Sekarang jus!

ALAN

Nanti ya der... om mau simpan ini dan kamu jangan kemana-mana inget kalau lapar tinggal panggil om aja.

ALDER

Oke jus.

ALAN

Om!

ALDER

Jus!

Alan pergi membawa bajunya yang telah dilipat.

38 INT. KAMAR ALAN — PAGI

Alan memasukkan pakaiannya ke dalam lemari. Wajahnya murung dan bingung akan nasib restoran yang diujung kebangkrutan. Alan mengandalkan restoran itu untuk menyambung hidup ditambah kehadiran Alder.

ALAN

Gue pusing! (menjambak rambutnya)

ALDER

(tiba-tiba muncul) Beli obat yuk jus.

Alan memperhatikan wajah polos Alder. Alder yang ditatap Alan mendekat lalu menarik-narik ujung baju Alan.

ALDER

Om makin pusing ya aku beli obat tapi uangnya dari jus.

Alan berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Alder.

ALAN

Maafin om ya.

ALDER

Kenapa jus? kan jus gak ada salah sama aku.

Alan hanya tersenyum lalu bermain robot-robotan milik Alder dengan senang. Keduanya tampak asyik sampai Fajri yang datang langsung menghampiri tidak dianggap.

FAJRI

Aku gak diajak?

ALAN

Kapan kamu kesini?

FAJRI

(cengengesan) Tadi pintunya kebuka jadi aku masuk sekalian main sama Alder, yuk kita main bola!

ALAN

(melotot) gak sekolah?

Fajri menggaruk kepalanya sambil nyengir.

ALAN

(geleng-geleng kepala) mau jadi apa kamu kalau sekolah aja malas.

FAJRI

Jadi pilot lah biar terbang terus bisa lihat awan.

ALAN

Der, kamu main dulu sendiri ya om mau ngobrol dulu sama dia.

FAJRI

Dadah Alder.

Alan membawa Fajri ke luar rumah kemudian menutup pintu dan memastikan tidak ada siapapun yang melihat ataupun mendengar.

39 EXT. TERAS RUMAH ALAN — PAGI

Alan menghadap Fajri dengan pandangan menyelidik.

FAJRI

Kenapa jus? (bingung)

ALAN

Jangan ikut-ikutan bocil kesayangan gue ntar mata bintitan, mau? (nada mengancam)

Fajri menggeleng kecil.

ALAN

Sekolah sana baru jam tujuh kan?

FAJRI

Bagi duit tapi.. (menengadahkan tangan sambil tersenyum)

ALAN

(menggeplak tangan Fajri) Minta aja sana sama bapak kamu.

FAJRI

Pelit ah gak asik. Mana Alder mending aku main bola deh sama dia. (menerobos masuk ke dalam rumah Alan)

ALAN

Heh bocah! sekolah sana. (menahan kepergian Fajri)

FAJRI

Gak mau.

ALAN

(menghela napas) Jri, kalau sekolah itu bikin pinter, tau gak?

FAJRI

Tau. (langsung diam)

ALAN

Nah kalau tau...

FAJRI

Gak mau om, awas aku mau main bola sama Alder!

Alan terjungkal ketika Fajri menerobos masuk dengan mudah.

ALAN

Anak jaman sekarang (menarik napas sambil bangkit) tahan jangan sampai kesabaran gue menipis.

40 EXT. HALAMAN RUMAH FAJRI — PAGI

Alan mengetuk pintu rumah milik Fajri berharap ibu atau bapaknya keluar karena anaknya malah bermain di rumahnya daripada menjalankan tugas sebagai pelajar.

ALAN

Permisi!

ALAN (CONT'D)

Assalamualaikum!

ALAN

Hola, Halo, Hello where you been... lah bahasa apalagi ya? buk, pak ada orang di dalam! (teriak)

IBU

(kebetulan lewat) Ada apa mas?

ALAN

Bu, ini rumahnya Fajri kenapa gak ada orangnya ya?

IBU

Mau tagih hutang ya? wah jangan deh soalnya dia gak akan muncul lebih baik pas orangnya kelihatan ada, baru deh bisa ditemui.

ALAN (V.O)

Memangnya gue mirip penagih utang ya? (mematung)

IBU

Saya permisi ya mas ada keperluan lain.

Memukul pagar rumah Fajri sesekali menoleh ke lingkungan rumah padahal masih pagi namun kedua orang tua Fajri bak hilang ditelan bumi.

41 INT. RUMAH FAJRI — SIANG

Sepasang pasutri tengah memantau keadaan luar.

IBU FAJRI

Bapak gimana? (bisik-bisik)

BAPAK FAJRI

Aman Bu penagihnya udah pulang. (mengintip dari celah jendela)

IBU

Beneran loh pak ibu takut nih.

BAPAK

Beneran ayo pergi, eh kemana si Fajri? (celingak-celinguk)

Ibu menepuk jidatnya lagi-lagi lupa kalau anaknya suka keluyuran meskipun pintu dikunci.

IBU

Biarin aja lah pak gak bakal jauh kayaknya.

42 INT. RUANG TAMU — SIANG

Gelak tawa Fajri dan Alder mengisi ruangan membuat Alan tak tega memisahkan kebersamaan keduanya tapi sekolah Fajri penting.

Alan berdeham mengalihkan atensi Fajri meskipun asyik bermain bola lebih tepatnya lempar tangkap.

FAJRI

Batuk om?

ALDER

Minum obat.

Lagi Alan hanya tersenyum saja kemudian membantu Fajri bangun dari duduknya dan merangkulnya. Yang dirangkul kebingungan berharap cuma candaan Alan.

FAJRI

Om kenapa nangkap aku tenang aku ini anak baik kok.

ALAN

Sekolah sana!

Fajri menoleh pada Alan lalu Alder.

FAJRI

Kan kesiangan.

ALAN

Kata siapa? ayo ganti baju om antar!

ALDER

Asyik aku juga ikut!

Ketiganya pergi karena Fajri sudah memakai pakaian seragam jadi tinggal berangkat.

43 EXT. JALAN RAYA — SIANG

Diatas motor ada tiga orang menumpanginya. Di depan Alder dibelakang Fajri dan sang pengemudi adalah Alan. Ia sesekali mengingatkan agar Fajri berpegangan padanya karena Fajri diam saja.

FAJRI

Om Alan bawa motornya kayak bawa kapas.

ALAN

Fajri gak tidur kan?

FAJRI

Nggak.

Laju motor terus mengarah ke tujuan dan akhirnya sampai tetapi Fajri masih memeluk Alan. Ia enggan turun takutnya dihukum oleh guru yang melihatnya.

ALAN

Pak, ini Fajri kesiangan masih bisa masuk kan?

PAK SATPAM

Masih ayo Fajri.

Fajri menggeleng kukuh memegang tangan Alan sedangkan Alder diam saja.

ALAN

Fajri masuk sana nanti pulang sekolah kita jajan sama Alder.

FAJRI

Serius om?

ALAN

Iya.

FAJRI

Oke.

Sesuai harapan Fajri masuk ke gerbang didampingi pak guru namun Fajri balik lagi pada Alan yang kebingungan dan tangan Alan disalaminya lalu Fajri benar-benar masuk ke kelasnya dengan perasaan deg-degan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar