Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
28. EXT. KAMPUS – RUANG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR – KORIDOR – PAGI
Cast: Inara – Rangga
Inara berdiri di depan loket admnistrasi jurusan teknik arsitektur. Seorang petugas administrasi tampak menyerahkan selembar kertas kepada Inara.
PETUGAS JURUSAN
Ini, Mbak.
INARA
Iya.
PETUGAS JURUSAN
Si Rangga gimana, sih? Kok sampai kamu yang repot-repot ngurus? Padahal beda jurusan.
INARA
Namanya juga aktivis, Bu. Sibuk melulu.
PETUGAS JURUSAN
Tapi kuliah juga jangan sampai lupa.
Inara tersenyum.
PETUGAS JURUSAN
Jangan lupa kasih ke Rangga.
INARA
Iya, Bu. Paling Senin saya kasihnya.
PETUGAS JURUSAN
Senin? Senin itu udah masuk kuliah, Mbak. Harus hari ini kalo mau FRS-nya masuk.
INARA
(terkejut) Wah, iya ya? Waduh, orangnya hari ini lagi ada acara.
PETUGAS JURUSAN
Walah, Mbak. Kamu kok sabar banget ngadepin pacar kamu?
INARA
Temen, Bu. Bukan pacar.
PETUGAS JURUSAN
Terserah, lah. Yang penting ini surat harus dikasih ke bagian administrasi perkuliahan. Biar mata kuliah yang I bisa segera diubah nilainya. Kalo enggak, mata kuliah lanjutannya nggak bisa di-input.
INARA
Iya, Bu. (PAUSE) (memasukkan kertas ke dalam map, lalu memasukkannya lagi ke dalam tas ransel) Saya permisi dulu, ya. Terima kasih, Bu.
Inara beranjak keluar ruang jurusan. Ia lalu mengeluarkan ponsel kecil berwarna biru dan membuka flip yang menutupi tombol-tombolnya. Tangannya bergerak lincah menekan beberapa tombol, kemudian menempelkannya ke telinga.
INARA
Halo? Dengan operator? Mbak, saya mau kirim pesan ke nomor 66015. (PAUSE) Pesannya: Rangga, berkas lo ada di gue. Mau diambil nggak? (PAUSE) Dari Inara. (PAUSE) Ok, Mbak. Terima kasih….
Bruk…!
Inara yang berjalan sambil menelepon sampai tidak melihat ada orang yang berjalan juga tepat di depannya. Mereka pun bertabrakan.
INARA
Aduh.
RANGGA
Sori.
Inara segera menengadahkan kepalanya.
INARA
(nada suara terkejut) Rangga?
Camera pan to wajah Rangga yang juga menunjukkan raut terkejut.
INARA
(segera berbicara lagi di telepon) Eh, Mbak. Nggak jadi, deh, kirim pesannya. (PAUSE) Iya, Mbak. Terima kasih, ya. (telepon ditutup)
RANGGA
Kebetulan banget gue ketemu lo. Gue harus ngomong sama lo!
INARA
Gue juga mau ngomong sama lo. Surat pernyataan yang ditandatangani dosen wali lo ada di gue. (mengeluarkan map dari dalam tas) Nih!
RANGGA
(mengambil map tersebut dengan cepat, tetapi tidak menggubrisnya) Nggak ada waktu ngurusin kuliah.
INARA
Apaan, sih?
RANGGA
(menggandeng tangan Inara) Lu ikut gue. Nggak enak kalo ngomongnya di sini.
Camera follow Rangga dan Inara yang berjalan menyusuri koridor.
CUT TO
29. INT. KAMPUS – GEDUNG REKTORAT – RUANG RAPAT – PAGI JELANG SIANG
Cast: Pak Setyo – Natasha – Devan – Jeffrey – beberapa panitia TKM
Establish ruang rapat di gedung rektorat. Tampak Pak Setyo duduk di ujung meja rapat berbentuk U. Di sisi kanan duduk para mahasiswa panitia TKM, sementara di sisi kiri duduk para pengajar muda yang menjadi mentor selama PSSA.
Camera menyorot wajah Pak Setyo yang seperti menahan marah, sorot matanya tajam. Kemudian beralih ke para mahasiswa yang wajahnya tegang, salah tingkah, dan kebingungan.
PAK SETYO
(menatap ke para mahasiswa) Tolong jelaskan ke saya, ini ada apa?
NATASHA
(memandang ke arah Devan dan teman-teman lainnya, kemudian menoleh ke Pak Setyo) Kami … tidak tahu, Pak.
PAK SETYO
Kalian sebagai panitia masak tidak tahu?
Para mahasiswa menunduk.
PAK SETYO
Kami sudah berikan kepercayaan kepada kalian untuk ambil bagian dalam proses penerimaan mahasiswa baru. Bahkan, rektorat akhirnya mengijinkan acara kalian yang di luar kota.
DEVAN
Mohon maaf sebelumnya, Pak. Tapi ini benar-benar di luar dugaan kami.
PENGAJAR 1
(mengacungkan tangan) Pak, boleh ijin bicara?
PAK SETYO
(menoleh) Silakan.
PENGAJAR 1
Anu, Pak. (ia menoleh ke mentor lain yang ada di sebelahnya, kemudian berdiri dan beranjak menuju tempat duduk Pak Setyo sambil membawa selembar kertas) Apa Bapak sudah melihat ini? (ia menunjukkan kertas tersebut)
Pak Setyo mengambil dan melihat kertas tersebut. Wajahnya semakin tegang.
PAK SETYO
Kalian bisa jelaskan apa ini? (Pak Setyo kemudian menunjukkan kertas tersebut kepada para mahasiswa)
Camera pan to Devan yang langsung terbelalak. Camera zoom in ke isi tulisan di kertas tersebut.
NATASHA
Kami sudah tahu ada selebaran itu. Namun, kami juga tidak tahu siapa yang membuatnya.
PAK SETYO
(memotong) Mahasiswa yang ngotot meminta untuk ambil bagian, tetapi mahasiswa juga yang malah mau memboikot.
DEVAN
Itu….
PAK SETYO
(kembali memotong) Yang jelas, tidak akan ada asap tanpa api. Selebaran ini muncul juga pasti ada sebabnya, kan?
Natasha dan Devan berpandang-pandangan. Keduanya bingung.
PAK SETYO
Saya harap kalian tidak lupa ketika saya mewanti-wanti tentang KEKERASAN.
DEVAN
Kami tidak….
PAK SETYO
(lagi-lagi memotong) Tapi kertas ini adalah BUKTINYA! (kemudian melempar kertas itu ke atas meja) (camera zoom in ke kertas tersebut)
FREEZE
CUT TO