Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
11. INT. KAMPUS – GEDUNG SERBAGUNA – RUANG KESEHATAN – PAGI JELANG SIANG
Cast: Rangga – Agni – Inara
LS gedung serbaguna. Kemudian zoom in hingga terlihat gedung dengan lebih jelas, kemudian camera menyorot selasar dan lorong di dalamnya yang berisi beberapa ruangan. Samar-samar terdengar lagu “Gaudeamus Igitur”.
OS
Gaudeamus igitur
Juvenes dum sumus
Gaudeamus igitur
Juvenes dum sumus
Intercut to sebuah ruangan berisi tim kesehatan. Tampak beberapa mahasiswa baru duduk di sana, beberapa tampak berbaring.
Camera pan to seorang mahasiswa berpita putih di lengannya. Ia tidak terlalu tinggi, berkacamata, berkulit kuning pucat terang, dan rambutnya dipotong pendek cepak ala crew cut. CU ke name tag yang tergantung di dada, bertuliskan RANGGA, KOORDINATOR TIM KESEHATAN. Rangga tampak hilir mudik memeriksa para mahasiswa baru yang terkapar kelelahan. Kemudian jongkok di depan salah seorang mahasiswi baru yang wajahnya pucat.
RANGGA (19 TAHUN, LAKI-LAKI, MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR TINGKAT II)
Lo udah sarapan?
MAHASISWA BARU 1
Nggak sempat, Kak.
RANGGA
(menoleh ke arah anggotanya) Rian, tolong ambilin roti sama teh manis.
Anggota tim kesehatan yang dipanggil RIAN segera bergegas menuju dapur logistik dan mengambil teh dalam kemasan kotak dan roti. Lalu memberikannya ke Rangga.
RANGGA
Ini, lo makan dulu, ya.
MAHASISWA BARU 1
Terima kasih, Kak.
Rangga kemudian berdiri. Dan kembali berkeliling. Matanya tertumbuk pada mahasiswi dengan name tag bertuliskan AGNI.
CU name tag bertuliskan AGNI.
Rangga menghampirinya, lalu jongkok di depannya sambil memperhatikan wajahnya.
RANGGA
Eh … lo yang kemarin yang sempat dihukum itu, ya?
Agni menengadah menatap Rangga, kemudian menunduk. Wajahnya terlihat malu.
RANGGA
Nggak apa-apa. Dikerjain mah biasa. Jaman gue dulu lebih parah malah.
AGNI
(tersenyum) Iya. Saya nggak apa-apa, Kak.
RANGGA
Emangnya kemarin kenapa kok lo sampe dikerjain gitu?
AGNI
Nggak tahu, Kak. Saya cuma ditanya sama Kak Jeffrey apa saya sakit. Trus dipaksa istirahat. Pas saya nggak mau dengan alasan solider sama yang lain, tahu-tahu dia marah.
INARA
Kayak nggak tahu aja kalo kerja senior itu cari-cari kesalahan anak baru!
Rangga menoleh ke arah suara. Camera pan to Inara yang tersenyum sinis di depan pintu ruang kesehatan. Sayup-sayup terdengar lagi lagu Gaudeamus Igitur yang tengah dipelajari oleh para mahasiswa baru.
OS
Vivat academia
Vivant professores
Vivat academia
Vivant professores
RANGGA
(berdiri) Ngapain lo ke sini?
Lagu Gaudeamus Igitur masih terdengar.
OS
Vivat membrum quod libet
Vivant membra quae libet
Semper sint in flore
Semper sint in floooooreee
INARA
(menghampiri Rangga) (tidak menjawab pertanyaan Rangga) (memperhatikan sekeliling) Jadi ini yang katanya acara pengganti OSPEK.
RANGGA
PSSA. Pengenalan Studi dan Sistem Akademik. Ini acara resmi dari kampus. Kalo yang acaranya mahasiswa, itu TKM, Temu Keakraban Mahasiswa, nginep di Puncak dari Jumat malam sampai Minggu.
INARA
Ya … ya. Kayak tahun lalu, kan? (lalu menoleh ke Agni) Jadi kalo lo mau tahu, ya. Yang namanya OSPEK ya kayak gini. Tahun lalu juga kayak gini. Tahun ini cuma ganti nama. Karena OSPEK dilarang. (nada suara menekan) Tapi intinya sama aja!
Seisi ruangan menoleh ke arah Inara. Rangga terlihat salah tingkah, raut wajahnya menyiratkan rasa tidak enak ke yang lain. Ia lalu meraih tangan Inara dan menariknya keluar.
RANGGA
Udah ah. Lo kalo di sini yang ada malah bikin kacau.
INARA
Jadi sekarang lo setuju perpeloncoan?
RANGGA
Ra, udahlah. Nggak usah bahas itu lagi.
INARA
Tahun lalu pas kita di-OSPEK bareng, lu sempet bilang kalo lu nggak suka sama acara kayak gini. Pas kita mulai kuliah, sikap elu juga masih sama, makanya kita nggak deket sama anak-anak seangkatan yang pada pengen jadi panitia. Eh, sekarang kok lu malah ikutan jadi panitia.
RANGGA
(menghela napas) Gue jadi panitia justru karena pengen ngubah dari dalam. Lu tahu sendiri lah, yang namanya OSPEK itu udah kayak budayanya mahasiswa. Mahasiswa baru harus digojlok, anak lama pengen ngegojlok. Susah!
INARA
Makanya nggak usah ikut-ikutan.
RANGGA
Kalo orang-orang kayak gue nggak terlibat, yang berkuasa anak-anak yang setuju OSPEK.
INARA
Terus apa yang udah lu ubah? Neriakin anak baru aja masih pake kata MAMPUS. (PAUSE) Dikira gue nggak liat?
RANGGA
Ini lo jadi petugas inspeksi atau apa, sih?
INARA
Emang yang ngeliat cuma gue? Semua juga ngeliat, kali. Termasuk dosen juga, pegawai kampus juga. Dari kasat mata aja orang udah punya kesan kalo di sini masih ada OSPEK.
RANGGA
(menghela napas) Itu yang teriak MAMPUS bukan tim gue, Ra. Itu anak tibum, timnya Jeffrey.
INARA
Berarti keberadaan lo percuma, dong? Buktinya lo nggak bisa ngelawan Jeffrey, padahal itu angkatan kita juga.
RANGGA
Anak Fasilkomtel kan keras-keras. Nggak kayak anak Desain.
Inara tidak menjawab. Ia menyedekapkan tangannya di dada. Rangga kembali menghela napas.
RANGGA
Terus, ada angin apa lu tiba-tiba ke sini?
Inara membuka tas ranselnya, lalu mengeluarkan sebuah map berisi berkas.
INARA
Nih! Formulir Rencana Studi lo ditolak. Ada yang nilainya I.
Rangga terbelalak, lalu menerima map dari Inara dan membuka isinya.
CU ke tulisan di daftar indeks prestasi sementara dengan nama Rangga Prasetya, jurusan teknik arsitektur, kemudian camera bergulir ke bawah dan berhenti di mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain I dengan nilai I.
RANGGA
Incomplete?
INARA
Lu nggak ngerjain tugas?
RANGGA
Perasaan udah semua. (PAUSE) (wajah kebingungan) Lu tolongin gue dong tanyain ke jurusan gue….
INARA
Ogah! Ngapain gue ke jurusan lo? Sama anak DKV jurusan gue sendiri aja gue nggak akrab, apalagi jurusan lo.
RANGGA
(wajahnya panik) Duh … gimana, ya?
ANGGOTA TIM KESEHATAN
Rangga! Lo ngapain di situ? Ini sesi berikutnya udah mau mulai lagi. Anak-anak baru udah mau pindah kelas lagi.
Rangga menoleh, lalu melangkah. Tapi balik lagi karena sadar ia sedang berbicara dengan Inara.
RANGGA
Eh, gue pergi dulu, ya. Udah mau mulai lagi soalnya. (kemudian melesat menyusul timnya)
INARA
Eh … Rangga! Trus kuliah lo gimana?
Camera pan to Rangga yang terus melangkah tanpa mempedulikan Inara.
CU wajah Inara yang kesal.
CUT TO