Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
13. EXT./INT. KAMPUS – KORIDOR – KAFE – SORE JELANG MALAM
Cast: Abrar – Agni – para mahasiswa senior
Cahaya langit mulai meredup. Lampu-lampu mulai dinyalakan.
LS gedung serbaguna tempat berlangsungnya PSSA. Kemudian para mahasiswa baru mulai berjalan keluar.
Zoom in ke rombongan mahasiswa baru dan berhenti di Agni. Agni tampak berjalan menunduk sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. Dan karena menunduk, tak sengaja ia menabrak seorang mahasiswa baru dengan name tag bertuliskan ABRAR.
AGNI
Eh, sori.
ABRAR
(tersenyum) Nggak apa-apa.
AGNI
(menatap Abrar) Eh, lo kalo nggak salah yang kemarin dihukum bareng gue, ya?
ABRAR
(wajahnya tersipu) (nada suara malu) Iya…. (lalu menunduk)
Agni dan Abrar kemudian berjalan berdua.
AGNI
Pulang ke mana?
ABRAR
Kosan. Lo?
AGNI
Rumah tante gue. Deket sini. Tapi kalo rumah gue sih jauh.
ABRAR
Emangnya rumah lo di mana?
AGNI
Bogor.
ABRAR
Oh. Pantes. Jauh itu, sih.
AGNI
Bisa naik KRL.
ABRAR
Tetep aja jauh.
Camera follow Abrar dan Agni yang berjalan berdua. Tampak beberapa mahasiswa baru lewat di samping mereka. Keduanya terus berjalan hingga tiba di depan sebuah kafe, masih di dalam kampus.
LS bangunan kafe yang terlibat besar, elit, mewah dengan arsitektur bergaya modern minimalis. Beberapa kendaraan terparkir di depannya.
ABRAR
Eh, lu haus?
AGNI
Agak.
ABRAR
Beli minuman, yuk.
AGNI
Di mana?
Abrar menunjuk kafe. Camera pan to kafe, zoom in ke dalam kafe yang berisi banyak anak muda berpenampilan mahasiswa.
AGNI
Nggak, ah. Banyak senior.
ABRAR
Kenapa?
AGNI
Nggak enak aja.
ABRAR
Udah. Cuek aja. Kita jajan di kantin pas istirahat aja biasa, kok.
AGNI
Iya, sih. Cuma … (melihat kafe tersebut)
ABRAR
(menarik tangan Agni) Udah, nggak apa-apa.
Akhirnya keduanya masuk ke dalam kafe. Penampilan kedua mahasiswa baru yang berbeda dari pengunjung lain itu pun menarik perhatian.
Camera pan to beberapa pengunjung kafe yang memperhatikan Abrar dan Agni. Dan ketika mereka di depan kasir untuk memesan, tiba-tiba salah seorang pengunjung berdiri dan menghampiri mereka.
MAHASISWA SENIOR 1
Eh, lu anak baru ngapain di sini?
Abrar menoleh dan terkejut. Dua orang mahasiswa senior juga berdiri dan menghampiri Abrar.
MAHASISWA SENIOR 2
Pergi lu! Ini bukan tempat lu!
ABRAR
Memangnya ada aturan kalo anak baru nggak boleh ke sini?
MAHASISWA SENIOR 3
(bersuara lebih keras) Eh, lu nantang, ya?
Seisi kafe menoleh ke arah sumber keributan. Agni yang merasa tidak enak kemudian menarik Abrar keluar.
AGNI
Maaf, Kak. Kami nggak tahu. Kami pergi dulu, ya. Permisi.
Agni dan Abrar kemudian keluar sambil diiringi tatapan tidak suka pengunjung kafe.
DISSOLVE TO
14. INT. KAMPUS – GEDUNG UKM – RUANG RAPAT BESAR – PAGI
Cast: Natasha – Devan – Jeffrey – Rangga – para panitia penyambutan mahasiswa baru
Hari masih pagi. Jam dinding menunjukkan waktu pukul 8 pagi. Namun ruang besar di gedung UKM yang biasa digunakan rapat kegiatan mahasiswa sudah ramai. Para panitia TKM berkumpul. Suasana riuh-rendah dengan obrolan para mahasiswa di sana.
Natasha masuk ruangan diikuti Devan. Seisi ruangan menoleh ke mereka. Natasha dan Devan mengambil duduk di kursi paling depan, menghadap audiens. Devan menyalakan mikrofon yang ada di meja dan mulai berbicara.
DEVAN
Mohon perhatiannya, teman-teman semua….
Seisi ruangan berangsur hening.
DEVAN
(melihat seisi ruangan) Selamat pagi, teman-teman. Terima kasih atas kesediaannya untuk hadir pada rapat pagi ini. (PAUSE) (melihat resporn audiens) Ada hal penting yang ingin kami sampaikan. Untuk lebih jelasnya, akan disampaikan Natasha. (menyerahkan mikrofon ke Natasha) Silakan, Sha.
Natasha menerima mikrofon, mengetuknya, dan kemudian mulai bicara.
NATASHA
Selamat pagi, teman-teman.
AUDIENS
Pagi….
NATASHA
Gue langsung aja, ya. Biar nggak kelamaan. Apalagi kita juga masih harus ngurusin acara.
Seisi ruangan kembali hening.
NATASHA
Kemarin kita berdua menghadap Pak Setyo, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan. Dan beliau menyatakan beberapa komplein terhadap acara yang kita pegang ini.
Seisi ruangan menjadi riuh.
DEVAN
Tenang … tenang. Tolong dengarkan dulu.
Dan seisi ruangan kembali berangsur hening.
DEVAN
Lanjutin, Sha.
NATASHA
Ada beberapa yang jadi keberatan Pak Setyo. Pertama, soal kekerasan.
Dan lagi-lagi seisi ruangan kembali riuh.
PESERTA RAPAT 1
Kekerasana maksudnya apa, Sha?
PESERTA RAPAT 2
Perasaan mahasiswa baru nggak diapa-apain.
NATASHA
Itu kan menurut lo. Beda lagi kalo menurut Pak Setyo.
PESERTA RAPAT 3
Misalnya gimana?
DEVAN
Pak Setyo keberatan kalo anak baru dibentak-bentak.
JEFFREY
Itu karena kita tegas. Kalo nggak digituin mereka bisa seenaknya. Kemarin aja digituin masih lamban.
PARA PESERTA RAPAT (BERBARENGAN)
Iya … betul!
DEVAN
Tapi Pak Setyo keberatan. Terus juga anak kesehatan, nih. Anak baru katanya diteriakin MAMPUS. Bener, nggak?
RANGGA
Itu bukan anak kesehatan, Van. Anak kesehatan biasa aja. Yang teriak MAMPUS itu anak tibum. (menoleh ke Jeffrey)
JEFFREY
(balas menatap Rangga) Lo nyalahin gue?
RANGGA
Kenyataannya itu anak buah lo, kan?
ANGGOTA TIM TIBUM
Huuuu….
DEVAN
SUDAH! SUDAH! (PAUSE) (menunggu ruangan agak hening) Rangga, gue minta elu sebagai koordinator tim kesehatan tolong jangan ada lagi yang teriak MAMPUS.
RANGGA
(menghela napas) Gue juga minta ke tim tibum untuk nggak intervensi kerjaannya tim kesehatan. Nyari peserta yang sakit itu kerjaannya tim kesehatan. Kalian nggak usah ikut-ikutan.
TIM TIBUM
Huuuu…!
JEFFREY
Masalahnya anak kesehatan itu terlalu lembut. Kalo nggak diteriakin, mana ketemu peserta yang sakit?
RANGGA
Kalo diteriakin ADA YANG MAU MAMPUS NGGAK, yang ada pada nggak berani ngaku sakit!
JEFFREY
Biarin aja. Lagunya anak baru kan pura-pura sakit.
DEVAN
Sudah! Sudah! (PAUSE) Jeff, lu daripada ngurusin seksi lain mending urusin seksi lu sendiri. Soalnya, seksi tibum ini yang paling banyak dapat sorotan dari Pak Setyo.
Jeffrey pun diam. Wajahnya salah tingkah.
NATASHA
Dari laporan yang masuk, anak baru dibentak-bentak, terus disuruh lari.
JEFFREY
Nggak ada yang nyuruh mereka lari. Mereka cuma disuruh cepat.
NATASHA
Tapi ada yang ngeliat mereka lari.
Jeffrey terdiam.
NATASHA
Apapun itu, ada yang ngeliat mereka dibentak, ada yang lapor mereka disuruh lari. Dan ini nggak bagus buat kita.
Seisi ruangan pun hening.
NATASHA
Belum lagi aduan yang katanya anak-anak baru dipelonco.
TIBUM 1
Itu mereka cuma dikerjain, buat lucu-lucuan aja. Biar fun.
PARA PESERTA RAPAT (BARENG)
Iya. Betul.
DEVAN
Tapi Pak Setyo nggak suka.
JEFFREY
Kalo gitu sense of humor-nya Pak Setyo aja yang payah. Kita cuma seneng-seneng, kok. Lagian, dikerjainnya juga cuma gitu-gitu doang. Coba bandingin sama angkatan sebelumnya deh!
PESERTA RAPAT 4
Cemen banget kalo digituin aja anak baru ngadu.
PARA PESERTA RAPAT (BERBARENGAN)
Iya. Betul…!
DEVAN
(menghela napas) Guys, kayaknya kalian semua udah tahu, kan, kalau sejak tahun lalu OSPEK dilarang sama pemerintah.
Seisi ruangan kembali berangsur hening.
DEVAN
Kampus nggak mau ada omongan miring dari luar. Kalo terjadi apa-apa, kan kita juga yang kena. Iya nggak?
Seisi ruangan terdiam.
DEVAN
Dan ingat, kita masih punya satu acara yang khusus acara kita. TKM. Ini sampai detik ini belum ada lampu ijo dari Pak Setyo. Katanya dia mau evaluasi dulu selama PSSA. Jadi … tolong banget, dimohon kerjasamanya. Kecuali kalo lo semua emang pengen TKM gagal.
Seisi ruangan masih terdiam meski beberapa kasak-kusuk mulai terdengar.
NATASHA
Dan satu lagi, nih, ya. Pak Setyo komplein sama panitia yang nunjuk-nunjuk Pak Rektor.
Ruangan kembali berubah riuh.
JEFFREY
Siapa yang nunjuk-nunjuk Pak Rektor?
NATASHA
Itu OM-OM SUDAH TUA yang kalian tunjuk pas anak baru disuruh push up, itu PAK REKTOR tahu!
Jeffrey terbelalak.
FREEZE
CUT TO