Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
25. INT. KAMPUS – GEDUNG UKM – RUANG BEM – PAGI
Cast: Rangga – Devan – Natasha –para panitia TKM
Rangga masuk ruang BEM dan menaruh asal tas ransel besarnya. Kemudian ia menghempaskan tubuhnya di salah satu sudut.
Beberapa panitia tampak sedang berbicara satu sama lain. Mereka tengah bersiap-siap untuk acara TKM yang akan berangkat sore, setelah penutupan acara PSSA. Beberapa tas besar tampak juga di ruang BEM.
DEVAN
Dan, tolong dibuat check list-nya, apa aja yang harus kita bawa.
DANI
Oke.
PANITIA 1
Ini nanti alat-alatnya masuk ke tas siapa? Ada yang masih kosong nggak?
PANITIA 2
Tas gue masih lowong.
NATASHA
Di-pack aja di kardus. Biar nggak mencar-mencar.
Camera menyorot kesibukan ruangan. Kemudian pan to Rangga yang memilih duduk mojok sambil mengutak-atik pager-nya.
DEVAN
(mendekati Rangga) Heh! Ngapa lu? Suntuk banget?
Rangga mengalihkan pandangannya dari pager, lalu menatap Devan dan tersenyum.
DEVAN
Kenapa? (lalu ikut duduk di samping Rangga)
RANGGA
Mau tahu aja.
DEVAN
Ribut sama pacar?
RANGGA
(spontan tertawa) Pacar apaan? Gue nggak ada pacar.
Devan ikut tertawa.
RANGGA
Gue cuma kepikiran. Yang kita lakuin ini bener nggak, sih?
DEVAN
(menoleh) Maksud lo?
RANGGA
Acara kita ini. (PAUSE) (menatap teman-temannya yang sibuk packing) TKM … whatever … intinya orientasi mahasiswa baru.
DEVAN
Kenapa lo mikir nggak bener?
RANGGA
Gue pikir kita nggak bisa menutup mata. Meski udah banyak perubahan, tapi masih ada penggojlokan, masih ada bentak-bentakan. Yang akhirnya bikin orang mikir, ini sih sama aja kayak OSPEK.
DEVAN
Ooohh…. (kemudian menatap rekan-rekannya yang sibuk packing juga) (PAUSE) Susah, Ngga.
RANGGA
Iya. Biar udah dikasih batasan, tetap ada aja senior yang masih ngerjain anak baru.
DEVAN
Itu juga yang bikin gue sama Natasha kena sembur Pak Setyo.
Rangga tertawa. Ruangan masih riuh.
RANGGA
Gue ada temen yang anti banget sama OSPEK.
DEVAN
Anak 99?
RANGGA
Iyalah.
DEVAN
(tertawa kecil) Wajar, kok. Angkatan lo baru tahun lalu kena OSPEK. Nggak salah kalo masih pada kesal. Dulu gue juga gitu, kok.
RANGGA
Terus sekarang udah enggak?
DEVAN
Bukannya gue setuju sama kegiatan kayak gini. Tapi kadang ada hal yang harus dilihat lebih dalam lagi. Gue sih pengennya OSPEK yang sehat. Tapi mengubah itu nggak gampang. Butuh waktu.
RANGGA
Temen gue itu ngotot nggak setuju. Sampai akhirnya ribut karena gue ikutan jadi panitia.
DEVAN
Lo deket banget sama temen lo itu, ya? Sampe kayak gini aja ribut?
RANGGA
(tertawa kecil) Bukan deket lagi. Emang cuma gue satu-satunya temen dia.
DEVAN
Oh, iya?
RANGGA
Habisnya orangnya tukang marah-marah gitu. Siapa juga nggak bakalan tahan.
Kring … kring….
Pembicaraan terhenti. Devan segera berdiri dan mengambil telepon genggam dari saku celananya, lalu membuka flip pada telepon berukuran kecil berwarna hijau toska dengan antena di salah satu ujungnya itu, dan menjawab panggilan.
DEVAN
Halo? (PAUSE) Ha? Gimana? (PAUSE) Oke … oke … gue ke sana, deh.
Devan bangkit, kemudian mengajak Rangga.
DEVAN
Ngga, lu ikut gue ya?
RANGGA
(ikut bangkit) Ke mana?
DEVAN
Ke tempat PSSA. Ada … sesuatu.
CUT TO