Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
104. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN - DAY
Terlihat Mata Claudine mengerjap saat disorot senter oleh Dokter. Dokter memeriksa bawah mata Claudine, lalu pergelangan tangannya, lalu tersenyum tipis.
DOKTER
Semuanya udah membaik, kok.
Mama berdiri dengan cemas di samping dokter.
MAMA
Tapi dia masih sering ngeluh
pusing, terus lemes katanya.
DOKTER
Karena masih dalam masa pemulihan.
Wajar itu. Nanti saya resepkan
vitamin lagi untuk Claudine. Banyak
minum air putih juga. Asupan
makanan juga harus cukup.
(beat)
Jangan malas makan, ya, Claudine.
Claudine menyunggikan senyum lemah.
DOKTER (CONT'D)
Coba banyak-banyak ngobrol sama
Mama, sama adik kamu juga. Kalau
ngerasa ada sesuatu yang enggak
nyaman, langsung cerita ke mereka.
Ya, Claudine?
CLAUDINE
(lirih)
Iya, Dok.
Dokter menoleh ke arah Mama dan Shanine, tersenyum ramah.
DOKTER
Saya pamit dulu, ya. Kalau ada
apa-apa bisa langsung panggil
perawat kayak biasanya.
MAMA
Makasih banyak, Dok.
Dokter melangkah keluar, sementara Shanine justru mendekati Mama.
SHANINE
Ma, pesenan kita udah nyampe, nih.
Aku ke bawah dulu, ya, ambil
makanan.
Mama mengangguk, membiarkan Shanine keluar sambil membawa dompetnya. Mama kembali menoleh ke arah Claudine, Claudine membalas tatapannya dengan lemah. Mama menarik nafas dalam-dalam.
MAMA
Makan buah, ya. Ini Mama kupasin.
Mama kembali duduk. Claudine terus memperhatikan Mama yang sedang mengupas apel.
MATCH CUT TO:
105. INT. RUMAH CLAUDINE - DAY (FLASHBACK)
Mama sedang mengupas apel di ruang TV. Mama memotongnya kecil-kecil kemudian menyuapkannya pada Claudine. Claudine yang masih SD, membuka mulutnya dan memakan apel dari Mama. Mereka saling tersenyum dan tertawa pelan. Mama lanjut memotong apel.
END OF FLASHBACK
MATCH CUT TO:
BACK TO SCENE
Mama yang memotong-motong apel dan meletakkannya di piring kecil. Dia mengambil garpu dan menusuk satu apel, menyuapkannya ke Claudine. Dengan canggung dan terkejut, Claudine membuka mulutnya. Claudine kemudian mengunyah apelnya dan perlahan tersenyum.
MAMA
Manis?
CLAUDINE
(menggeleng)
Asem.
Mama tertawa mendengar jawaban Claudine. Mereka pun tertawa bersama. Saat itu, pintu kamar terbuka dan Shanine masuk sambil membawa makanan pesanannya.
SHANINE
Kak, ada yang mau ketemu Kakak,
nih.
Claudine mengangkat alisnya, perlahan senyum gembira muncul di wajahnya, mengira itu Mahesa. Shanine membuka lebar pintu kamarnya dan Rere, Papang, serta Nadia melongok masuk sambil tersenyum lebar ke arahnya. Senyuman Claudine meluntur sejenak.
NADIA & PAPANG
(berseru semangat)
Mbak Claudine!
Nadia dan Papang terlihat amat bersemangat, sementara Rere masih terlihat cuek. Melihat itu, Claudine pun kembali tersenyum senang.
106. INT. KAMAR PASIEN - MOMENTS LATER
Nadia meletakkan sekotak kue di meja samping Claudine, kemudian menyusul bergabung dengan Rere dan Papang yang berdiri di sekitar ranjang Claudine. Mama dan Shanine menggeser kursi untuk mereka bertiga.
MAMA
Makasih, ya, udah mau jenguk
Claudine.
NADIA
Enggak mungkin kita enggak jenguk,
Tante. Kita semua kangen banget
sama Mbak Claudine.
(ke Claudine)
Pokoknya Mbak Claudine harus cepet
sembuh, sih. Enggak mau tahu.
Mama tertawa, lalu berjalan ke sofa bersama Shanine, mengambil jarak dari mereka berempat.
NADIA (CONT'D)
(ke Claudine)
Mamanya Mbak Claudine baik banget,
deh.
Claudine menanggapinya dengan tertawa kecil. Rere mengeluarkan buku gambar dan pensil warna dari tasnya, kemudian menyodorkannya ke Claudine.
RERE
Buat kamu, nih. Biar enggak bosen.
Claudine tersenyum lebar dan meraih alat gambar itu dari Rere.
CLAUDINE
Makasih, ya, Renata
RERE
(gusar)
Renata terus. Panggil Rere aja
kenapa, sih?
CLAUDINE
Iya, deh. Aku coba.
Nadia dan Papang terkikik pelan.
PAPANG
Cepet sembuh, dong, Mbak Claudine.
Biar cafe kita rame lagi.
NADIA
Emang kamu pikir Mbak Claudine
pesugihan apa? Bikin cafe rame.
PAPANG
Enggak rame yang kayak gitu, Mbak
Naaad.
Papang dan Nadia terus berdebat. Rere memandang mereka dengan gusar. Sementara Claudine tak bisa fokus. Dia berkali-kali memandang ke arah pintu, terlihat gelisah seperti menanti seseorang. Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu. Claudine langsung menatap ke arah pintu, begitu pula Rere, Nadia, dan Papang. Claudine menatap penuh harap. Pintu pun terbuka pelan dan perlahan terlihat Ben di sana, membawa sebuket bunga besar untuk Claudine. Ben tersenyum lembut ke arah Claudine.
BEN
Hai, Claudine.
Claudine menarik nafasnya dalam-dalam dan perlahan tersenyum untuk Ben.