Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
62. INT. KANTOR MAJALAH 'FAME' - DAY
Mahesa dan Luki mengikuti seorang KARYAWAN FAME naik ke lantai 2. Kantor majalah FAME cabang Jogja itu belum sepenuhnya jadi, masih dalam proses pengerjaan di beberapa bagian, tetapi sudah terlihat cukup rapi dan elegan. Mahesa menoleh ke arah logo 'FAME' dari lampu yang terlihat besar di dinding tengah kantor. Dahinya mengerut.
63. INT. KANTOR MAJALAH 'FAME' - RUANG RAPAT - CONTINUOUS
Mahesa dan Luki masuk ke dalam ruangan rapat. Karyawan FAME itu mempersilakan mereka berdua untuk duduk di salah satu kursi. Mahesa dan Luki segera duduk bersebelahan.
KARYAWAN FAME
Tunggu sebentar, ya, Mas. Masih ada rapat
tim redaksi, tapi sebentar lagi
selesai, kok. Nanti langsung ketemu
sama Sales Manager dan Kepala
Redaksi Cabang Jogja sekalian.
Tunggu, ya, Mas.
Mahesa dan Luki mengangguk sopan. Saat Karyawan FAME itu keluar, Luki langsung menatap ke sekeliling, mengagumi interior kantor itu.
LUKI
Gila, sih. Siapa yang nyangka?
Mantan gue dulu ada yang langganan
FAME dan ngebet banget pengin kerja
di sini. Kira-kira gimana, ya,
reaksi dia kalau tahu gue kerjasama
bareng FAME?
(beat)
Apa jangan-jangan mantan gue lagi
Sales Managernya?
Mahesa yang masih terlihat tak bersemangat ikut melihat ke sekeliling dengan tatapan skeptis.
MAHESA
Beneran mereka yang ngehubungin
kita duluan?
Wajah semangat Luki langsung berubah sewot.
LUKI
Iya! Kenapa, sih, lo daritadi kayak
enggak percaya banget FAME ngajak
kerja sama Avenir?
Mahesa melengos.
MAHESA
Gue, kan, cuma nanya.
(beat)
Agak aneh aja kayaknya. Tiba-tiba
banget.
Luki sesaat terlihat panik.
LUKI
Bisa aja mereka dapat rekomendasi
dari klien lama kita, kan?
Mahesa mengangguk menurut. Mahesa menundukkan kepalanya, seperti menahan pusing. Luki memperhatikannya dengan heran.
LUKI (CONT'D)
Lo kenapa, sih, daritadi lemes
amat? Sakit?
Mahesa menggeleng. Bersamaan dengan itu, pintu ruang rapat terbuka, membuat Luki mengalihkan pandangan ke pintu. Seorang wanita berumur 30 tahun dengan pakaian formal memasuki ruangan. Dia adalah BELLA, Sales Manager majalah FAME. Luki berdiri sambil menyenggol Mahesa, memberi isyarat agar Mahesa ikut berdiri. Mahesa menarik nafasnya dalam-dalam dan bangkit berdiri, tersenyum seramah yang dia bisa. Bella balas tersenyum ke mereka.
BELLA
Maaf menunggu.
Bella menjabat tangan mereka satu persatu.
BELLA (CONT'D)
Saya Bella. Sales Manager di sini.
Silakan duduk. Santai saja. Maaf,
kantornya masih setengah dibangun.
Mereka bertiga duduk sambil saling bertukar senyum sopan. Tak lama kemudian, seorang wanita tinggi dan langsing, menyusul masuk ke ruangan ke ruangan dengan langkah terburu-buru tetapi tetap terlihat anggun. Dia adalah Laras, teman SMA Mahesa dan Claudine dulu. Terlihat lebih dewasa dan cantik dibanding saat SMA. Laras tersenyum ke arah mereka.
LARAS
Maaf, sudah nunggu lama, ya?
Laras mengulurkan tangannya, menjabat Luki sekaligus memperkenalkan diri. Mahesa yang melihat Laras terlebih dulu, membeku kaget. Saat Laras melihat ke arah Mahesa, dia juga tak kalah terkejutnya. Mahesa dan Laras saling bertatapan sesaat, terlalu terkejut untuk berbicara. Luki melihat mereka berdua sambil mengerutkan dahi. Laras berhasil menguasai diri lebih dulu. Dia menyunggingkan senyum dan mengulurkan tangan ke Mahesa. Luki menyikut pinggang Mahesa sampai Mahesa mengerjap sadar.
MAHESA
Oh, maaf.
Mahesa membalas uluran tangan Laras, berusaha tersenyum.
MAHESA
Perkenalkan. Saya Ma-
LARAS
(menyela)
Mahesa?
Mahesa menatap Laras, sedikit terkejut Laras memanggilnya lebih dulu. Sementara senyuman Laras melebar.
LARAS (CONT'D)
Enggak nyangka, ya? Kita ketemu
lagi di sini.
Mahesa terdiam. Luki dan Bella memandangi mereka berdua dengan terkejut.
64. INT. KANTOR MAJALAH 'FAME' - RUANG RAPAT - MOMENTS LATER
Mereka baru selesai berdiskusi. Bella menutup map di depannya sambil tersenyum puas.
BELLA
Oke, semuanya sudah kita sepakati,
ya?
Luki mengangguk setuju.
LUKI
Kita akan kirim contoh desain
aplikasinya segera. Jadi kalau
masih ada yang kurang puas, kita
bisa diskusikan lagi.
Bella kemudian melihat ke arah Mahesa.
BELLA
Mahesa, kan, yang nanti ngurus
pengerjaannya?
Mahesa yang sejak tadi tak fokus, mengerjap dan tersenyum seadanya. Luki yang langsung mengangguk, menyetujui.
BELLA (CONT'D)
Oke, kalau begitu. Kebetulan saya
sudah ada janji. Saya tinggal
duluan enggak papa, ya?
LUKI
Oh, iya. Silakan. Enggak masalah
Bella bangkit sambil melihat ke arah Mahesa dan Laras.
BELLA
(meledek)
Yang reunian boleh dilanjutin
nostalgianya.
Laras dan Luki tertawa menanggapinya. Sementara Mahesa tetap diam dan terlihat canggung. Begitu Bella keluar dari ruangan, mereka mendadak hening. Luki tertawa, berusaha mencairkan suasana.
LUKI
Dunia emang aneh-aneh, ya? Saya
kira tadi saya yang bakal ketemu
mantan di sini. Eh, malah Mahesa
yang ketemu temen lama.
Laras tertawa kecil.
LARAS
Disebut mantan juga mungkin bisa,
sih.
Luki langsung mengangkat alisnya, menoleh penuh tanya ke arah Mahesa. Mahesa masih membisu sambil menghindari tatapan Laras.
LARAS (CONT'D)
Coba, deh, tanya langsung ke
Mahesa.
(beat)
Mahesa enggak pernah cerita tentang
aku, ya?
Luki tertawa canggung.
LUKI
Mahesa, sih, mana pernah cerita
tentang masa SMA. Temen SMA-nya
aja, aku enggak tahu. Sampai dulu
kita sekampus ngira Mahesa korban
bullying yang enggak punya temen.
(ke Mahesa)
Ya, enggak, He?
Mahesa malah menunduk. Luki semakin bingung.
LUKI (CONT'D)
Oh, palingan itu, sih, yang aku
tahu....eh, siapa, He? Eeee... Ah,
Claudine!
Senyum di wajah Laras luruh perlahan. Mahesa melempar tatapan protes ke Luki. Sementara Luki masih tersenyum, tak tahu apa-apa. Beberapa detik kemudian, Laras kembali tersenyum tenang.
LARAS
(getir)
Emang kalau Claudine, sih, selalu
spesial, ya, Sa?
Luki mengerutkan dahi, bingung. Mahesa menarik nafas dalam-dalam, sadar ada ketidaksukaan di nada bicara Laras. Mehesa dan Laras pun saling bertatapan dengan dingin.
65. I/E. MOBIL LUKI - JALAN RAYA JOGJA - DAY
Mahesa menerawang ke luar jendela mobil. Luki mengemudi di sampingnya sambil sesekali melirik Mahesa dengan khawatir.
LUKI
Jadi gimana, sih?
(beat)
Laras itu mantan lo, tapi lo
sendiri ada something gitu, ya,
sama Claudine?
MAHESA
(nada dingin)
Jangan banyak nanya.
LUKI
Lho, ini masalah buat proyek kita
juga kali, He!
(beat)
Lo pokoknya harus bisa ngontrol
diri, ya. Jangan baper. Jangan
galau ketemu mantan.
MAHESA
Gue enggak galau.
LUKI
Lo enggak ngaca.
Mahesa mendengus, masih tak mengalihkan pandangan dari jendela.
LUKI (CONT'D)
Gue berharapnya, sih. Lo putusnya
sama Laras baik-baik.
MAHESA
Gue enggak pernah pacaran sama dia.
LUKI
Ya, terus apa, dong? HTS-an, gitu?
Mahesa terdiam, berpikir sejenak.
MAHESA
(lirih)
Gue juga enggak tahu.
Luki tertawa pahit.
LUKI
Jangan jahatin cewek, He. Lo enggak
tahu orang patah hati bisa
ngelakuin apa, kan?
Mahesa memandang jauh ke luar, memperhatikan motor-motor, bangunan-bangunan. Hingga ucapan Laras terngiang di kepalanya.
LARAS (V.O.)
Jadi kamu selama ini deket sama
Claudine? Di belakangku?
Ingatan tentang pertengkaran mereka pun muncul kembali.
BEGIN FLASHBACK
66. INT. CAFE DI SOLO - DAY (FLASHBACK)
Mahesa dan Laras duduk berhadapan. Laras mendorong handphonenya di meja ke arah Mahesa. Kita bisa melihat foto Mahesa yang membonceng Claudine pulang di layar handphone itu. Mahesa melihatnya dengan bingung, kemudian menatap penuh tanya ke arah Laras. Laras membalasnya dengan tatapan dingin.
LARAS
Kamu enggak mau jelasin ke aku apa?
MAHESA
(mendesah malas)
Enggak ada yang perlu dijelasin.
Enggak ada apa-apa.
LARAS
(nada meninggi)
Mahesa!
(beat)
Ini kamu ada foto sama cewek lain
dan aku enggak tahu apa-apa!
Bisa-bisanya kamu bilang enggak ada
apa-apa.
MAHESA
(ikut emosi)
Ya, karena emang enggak ada
apa-apa. Kamu ngarepnya gimana
emang?
Laras terdiam sejenak, tak percaya Mahesa terlihat marah padanya. Laras menarik nafas, berusaha mengatur emosinya.
LARAS
Sebenernya hubungan kita gimana,
sih, buat kamu? Mau sampai kapan
status kita enggak jelas kayak
gini?
Mahesa memilih diam. Dia menghindari tatapan Laras dan malah sibuk dengan handphonenya. Laras tak bisa menahan kemarahannya.
LARAS (CONT'D)
Jangan-jangan ini semua emang
karena Claudine, ya? Karena
Claudine kamu jadi berubah cuek
kayak gini? Karena Claudine kamu
bosen sama aku? Iya?
MAHESA
(gusar)
Kenapa, sih, kamu selalu bawa-bawa
hal yang enggak ada hubungannya?
LARAS
YA, TERUS APA?!
(beat)
Apa alasannya kamu jadi kayak gini?
Telepon aku enggak kamu angkat,
chat aku kamu cuekin. Bahkan kamu
mau pindah pun juga enggak ngomong
ke aku, kan?
Mahesa terhenyak, kaget karena Laras sudah tahu dia akan pindah sekolah. Dia ingin menjawab, tetapi tak ada energi untuk itu. Akhirnya Mahesa hanya menunduk pasrah.
LARAS (CONT'D)
Kamu jujur, deh, sama aku. Kamu
emang udah enggak ada niat
ngelanjutin hubungan kita, kan?
(beat)
Karena Claudine?
MAHESA
Ras, kamu selalu gini, deh. Setiap
ada masalah kamu selalu cari orang
buat disalahin.
LARAS
Ya, terus apa lagi?! Aku yang
salah? Ini buktinya udah jelas di
depan mata. Kamu mau ngelak?
Mahesa diam sejenak, mencoba menahan emosi, tetapi gagal.
MAHESA
(membentak)
Oke! Iya! Emang kenapa kalau aku
suka Claudine? Salah kalau aku milih dia?
LARAS
(menatap kecewa)
Jadi bener selama ini kalian deket
di belakang aku?
MAHESA
Terserah kalau kamu mau mikir kayak
gitu, Ras! Aku udah enggak peduli!
Mahesa bangkit dari posisi duduknya dengan marah. Laras mendongak, menatap Mahesa dengan mata yang mulai basah. Mahesa terlalu dikuasai emosi untuk melihat kesedihan Laras.
MAHESA (CONT'D)
Udah, ya. Karena aku udah milih
Claudine...kita selesai.
(beat)
Aku udah enggak sanggup sama kamu.
Mahesa melangkah pergi, meninggalkan Laras yang terdiam di kursinya. Mahesa terus melangkah tanpa menengok ke belakang. Ekspresinya terlihat dingin, marah, dan kalut.
END OF FLASHBACK
BACK TO SCENE
Mahesa menarik nafas dalam-dalam, tiba-tiba menyadari dengan jelas letak kesalahannya. Mahesa tak mengalihkan tatapannya dari jendela.
MAHESA
(bergumam)
Ternyata gue jahat banget, ya, Ki?
Luki mengerutkan dahinya, kemudian menggeleng heran. Dia membiarkan Mahesa larut dalam pikirannya sendiri. Mahesa masih terus memperhatikan lalu lalang kendaraan di luar jendela.