Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Living Inside A Cloud
Suka
Favorit
Bagikan
4. Sesuatu di Masa Lalu

23. INT. CAFE AWAN BERCERITA - DAY

Mahesa duduk di depan Papang yang sedang menyiapkan kopi pesanannya. Mahesa bertanya tentang Claudine kepada Papang.

                      PAPANG

                (bingung)

          Claudine?

                     MAHESA

          Yang tinggal di kontrakan atas.

          Sebelah saya.

                      PAPANG

                (tertawa)

          Oh, maaf, Mas. Lupa. Kita semua

          manggilnya Mbak Kunti soalnya.

                      MAHESA

          Ha? Kok bisa Kunti?

                      PAPANG

          Habisnya kayak antara ada dan tiada

          gitu, Mas. Kadang saya kayak lihat

          Mbaknya lewat, tapi terus

          berhari-hari enggak kelihatan lagi.

          Mana dieeem terus. Saya sempat

          yakin itu hantu. Tapi Mbak Rere

          bilang, tenang aja itu manusia.

                (beat)

          Walaupun sampai sekarang saya

          enggak yakin, sih. Jadi beneran

          manusia, Mas?

                      MAHESA

                (terkekeh pelan)

          Manusia, kok.

                (beat)

          Eh, Mbak Rere itu siapa?

                      PAPANG

          Bos kita, Mas. Katanya, sih, temen

          sekampus dulu di UNS.

Papang menunduk, lalu berbicara pada seseorang di sana.

                      PAPANG (CONT'D)

          Ya, kan, Mbak Re?

Mahesa mengernyit bingung. Tiba-tiba di balik meja counter,muncul seorang gadis tinggi dengan rambut dicepol yang baru saja berdiri. Mahesa nyaris berteriak kaget. Dia adalah Rere, pemilik Cafe Awan Bercerita. Rere memandang Mahesa dengan acuh tak acuh.

                      RERE 

          Bukan temen. Cuma kebetulan

          sekampus

                      MAHESA

                 (tertawa)

          Ya, sama aja, kan, itu?

                      RERE 

                (nada tak terima)

          Beda, lah!

Rere menatap Mahesa dengan curiga.

                      RERE 

          Emang kamu siapanya Claudine?

                      MAHESA

          Temen SMA-nya.

                      RERE 

                (tersenyum masam)

          Yakin kamu temennya?

Mahesa membuka mulutnya untuk protes, tetapi dia tak tahu harus mengatakan apa hingga dia kembali menutup mulut dengan canggung.

24. INT. KONTRAKAN CLAUDINE - AT THE SAME TIME

Claudine menyelipkan buku-buku ke sela yang kosong di rak, memastikan semuanya tertutup rapat. Ekspresinya terlihat dingin.

                      RERE (V.O.)

          Coba kamu suruh dia sebutin nama

          kamu siapa. Jangan-jangan dia

          enggak tahu.

                (beat)

          Soalnya aku yakin dia enggak tahu

          namaku, sih. Walaupun kita sering

          sekelas.

                      MAHESA (V.O.)

          Perasaan Claudine yang aku kenal

          enggak kayak gitu, deh.

                      RERE (V.O.)

          Masalahnya, kamu yakin bener-bener

          kenal sama dia? Jangan-jangan

          selama ini cuma kamu yang ngerasa

          kenal, padahal kamu enggak tahu

          apa-apa tentang Claudine.

Claudine menyentuh pinggir kayu itu sejenak, bertanya-tanya apakah Mahesa ada di baliknya. Dia menggelengkan kepala, kemudian bangkit berdiri, kembali ke depan komputer. Sebuah pesan dari Ben masuk : "Skyline rencananya mau nerbitin buku ilustrasi, kamu tertarik, enggak?"

Pesan selanjutnya dari Ben muncul lagi: "Ini kesempatan bagus, Claudine. Aku ajuin nama kamu pas rapat nanti, ya?" Claudine terdiam saat membaca pesan itu. Kedua matanya perlahan berkaca-kaca. Pesan dari Ben terus masuk, tetapi Claudine justru menunduk dan menangis.

"Biar ilustrasimu bisa dilihat banyak orang."

"Dan kamu bisa bebas bikin ilustrasi sesuai isi hati kamu."

"Gimana?"

Claudine mengumpulkan kekuatannya, kemudian berusaha mengetik balasan singkat: "Maaf, aku enggak bisa."

Ben : "Kenapa?"

Jari Claudine bergetar, tetapi dia berhasil mengetik : "Aku sibuk."

Ben : "Oh, iya juga." Sejenak, tak ada pesan lagi yang masuk, sampai akhirnya ada pesan baru yang masuk bersusulan dari Ben : "But, you're okay, right?" , "Claudine, kalau ada sesuatu I'm here to listen." Lalu disusul dengan stiker senyuman. Claudine membaca kalimat itu dan mengangkat kakinya ke kursi, memeluknya. Dia membenamkan wajahnya dan terisak di sana.

25. INT. KANTOR MAHESA - DAY

Mahesa sedang bekerja di komputernya, membuat program. Handphonenya berdering dan Mahesa langsung menjawabnya,

                      MAHESA

                (ke handphone)

          Halo?

                (beat)

          Oh, iya, Pak Rudi?

Mahesa mendengarkan penjelasan dari Pak Rudi.

26. I/E - HALAMAN SAMPING CAFE/ TANGGA KONTRAKAN/ TERAS KONTRAKAN- AFTERNOON

Mahesa berjalan sambil menenteng triplek yang barusan dibelinya. Senyumannya muncul saat melihat Claudine sedang memasukkan plastik besar ke kotak tempat sampah. Mahesa segera menghampiri Claudine.

                      MAHESA

          Claudine!

Claudine mengabaikan Mahesa dan tetap sibuk dengan sampah-sampahnya.

                      MAHESA (CONT'D)

          Ini aku udah beli triplek baru.

          Nanti coba aku perbaikin, ya-

Claudine menutup tempat sampah dan berjalan meninggalkan Mahesa. Mahesa mengikuti di belakangnya, menaiki tangga sambil berusaha berbicara dengan Claudine.

                      MAHESA (CONT'D)

          Claudine! Tunggu! Kita belum

          ngobrol sama sekali, lho, sejak aku

          pindah ke sini. Hei? Claudine?

Mereka sampai di depan kontrakan Claudine. Claudine langsung masuk. Saat dia akan menutup pintu, dengan cekatan Mahesa menahan pintunya.

                      MAHESA (CONT'D)

          Sebenernya aku ada salah apa, sih,

          ke kamu? Please, bilang! Aku sama

          sekali enggak tahu apa-apa,

          Claudine.

Sesaat mereka saling tatap. Mahesa menunjukkan tatapan menuntut, tetapi Claudine masih saja menunjukkan ekspresi dingin. Tanpa berkata apa-apa, Claudine mendorong tangan Mahesa sampai terlepas dari pintu dan langsung menutup pintu dengan keras. Mahesa terdiam, menatap pintu kontrakan Claudine dengan putus asa.

27. INT. CAFE AWAN BERCERITA - DAY

Mahesa duduk di salah satu meja, menunggu seseorang sambil memandangi ponselnya. Di layar ponselnya terlihat sebuah foto lama di facebook. Ada delapan murid SMA di foto itu, 5 perempuan dan 3 laki-laki. Mahesa dan Claudine masing-masing berdiri di ujung kanan dan kiri. Di tengah berdiri seorang perempuan yang paling cantik dan tinggi, namanya LARAS (24), sedang memegang kertas besar bertuliskan : 'JUARA 1 LOMBA MADING TINGKAT SMA/SLTA SE-EKS KARISIDENAN SURAKARTA'. Di samping Mahesa, terlihat murid laki-laki bernama SETO (24) yang sedang tersenyum lebar.

                      SETO (O.S.)

                (berseru antusias)

          Gila, Mahesa! Apa kabar?!

Mahesa mendongak, lalu menemukan salah satu lelaki di foto tadi, Seto, berdiri di depannya dengan senyuman yang mirip di foto, hanya dengan penampilan yang lebih rapi dan dewasa. Mahesa langsung bangkit dan menyambut ulurun tangannya.

                      MAHESA

          Aku baik, alhamdulillah. Kamu

          gimana, Set?

Mahesa dan Seto mulai duduk berhadapan sambil terus bercakap-cakap.

                      SETO

          Ya, gini sih aku. Jadi budak

          korporat.

                (tertawa)

          Aku kaget waktu kamu hubungin lewat

          fb. Padahal fb-ku udah lama enggak

          aktif. Aku baru tahu kamu sekarang

          di Jogja, He. Kirain betah di

          Singapore.

                      MAHESA

          Udah lama kok aku baliknya.

          Kuliahku aja di Jakarta. Terus di

          sini kerja sama temen.

                      SETO

          Anak-anak lain udah tahu kamu di

          sini? Laras tahu?

Begitu nama Laras disebut, senyuman Mahesa menghilang. Seto langsung menyadari dan menyesali kebodohannya.

                      SETO (CONT'D)

          Eh, sori lupa. Kamu udah enggak

          sama Laras deng ya? Sejak sebelum

          pindah? Sori, beneran lupa.

                (beat)

          Jadi, masih langgeng kamu sama

          Claudine?

Mahesa mengerutkan dahi, bingung.

                      MAHESA

          Emang aku ngapain sama Claudine?

                      SETO

                (ikut bingung)

          Lho, bukannya kamu sebelum pindah

          jadian sama Claudine?

                      MAHESA

          Ha? Siapa yang bilang?

                      SETO

          Lho, jadi kamu enggak sama

          Claudine?

                (beat)

          Terus foto yang waktu itu apa dong?

                      MAHESA

          Foto apa?

                (beat)

          Jujur aku ngajak kamu ketemu

          sebenernya mau tanya tentang

          Claudine, sih. Aku lihat foto

          kelulusan di FB dan enggak lihat

          Claudine.

                (beat)

          Claudine enggak pindah, kan?

                      SETO

          Berarti kamu emang enggak tahu

          apa-apa ya, He?

Mahesa menggeleng. Tatapannya menuntut cerita lebih jauh.

                      SETO (CONT'D)

          Enggak lama sebelum kamu pindah,

          ada foto yang beredar di SMA kita.

          Lumayan heboh waktu itu. Foto kamu

          lagi boncengan sama Claudine.

                (beat)

          Makanya aku kira kalian jadian.

Mahesa mengernyit, mencoba mengingat.

                      MAHESA

          Oh, aku emang sempet nganterin

          Claudine pulang, sih. Tapi ya cuma

          nganterin pulang aja. Enggak ada

          apa-apa.

                      SETO

          Makanya waktu itu aku heran. Kamu,

          kan, ngobrol sama Claudine aja bisa

          dihitung jari.

                (beat)

          Tapi sejak foto itu beredar,

          kayaknya Claudine jadi bermasalah

          sama gengnya Laras.

Mahesa membenarkan posisi duduknya, mendengarkan dengan lebih saksama.

                      SETO (CONT'D)

          Aku enggak tahu persis detailnya,

          sih. Tapi kamu tahu kan sepowerful

          apa Laras dan gengnya dulu? Jadi

          sejak Claudine dimusuhin sama

          mereka, enggak ada yang berani

          deket-deket sama Claudine. Dari

          semester 2 kelas XII sampai lulus,

          aku lihat dia sendirian terus.

                (beat)

          Bahkan setelah ujian akhir,

          Claudine enggak masuk lagi sampai

          lulus. Makanya dia enggak ada di

          foto kelulusan.

Rasa bersalah muncul di wajah Mahesa.

28. INT. KONTRAKAN CLAUDINE - DAY

Claudine berjalan gontai dari dapur ke depan komputer, membawa segelas air panas. Wajahnya pucat. Dia duduk dengan lemas sambil sesekali memijit alisnya, kelihatan pusing.

                      MAHESA (V.O.)

          Semua itu karena foto tadi?

                      SETO (V.O.)

          Enggak tahu sih, aku cuma narik

          kesimpulan aja. Soalnya aku pernah

          denger cewek-cewek di kelasku pada

          ngomongin kamu sama Claudine.

          Katanya Claudine ngerebut kamu dari

          Laras gitu.

                (beat)

          Yang jelas, tahun-tahun terakhir

          SMA itu kayaknya berat banget sih

          buat Claudine.

Claudine meregangkan otot lehernya sambil mengerjap-ngerjap, berusaha melawan pusing, lalu kembali mengerjakan ilustrasinya. Walaupun gerakannya terlihat amat lemas.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar