Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
6. INT. KONTRAKAN CLAUDINE - DAY
Claudine tidur di lantai, di samping meja komputer, seluruh
tubuhnya tertutup selimut hingga dia terlihat lebih mirip
gundukan. Claudine menggeliat dan akhirnya bangkit duduk.
Tubuhnya masih ditutupi selimut, hanya wajahnya yang
terlihat. Rambutnya berantakan dan wajahnya masih terlihat
mengantuk berat.
Claudine bangkit berdiri dan berjalan gontai ke arah dapur.
Dia mengeluarkan kotak susu dan telur dari kulkas, kemudian
piring dan roti. Tangannya seakan bergerak otomatis, hafal
semua stepnya di luar kepala. Setelah memecah telur dan
memasukkan gula, Claudine menuangkankan susunya, tetapi
ternyata habis. Dia berusaha menggoncang kotak susu,
berharap ada sisa, tetapi tak ada. Claudine membuang nafas
dengan berat karena tahu dia harus keluar rumah untuk
membeli persediaan susu.
7. INT. MINIMARKET - DAY
Claudine mendekat dengan canggung ke kasir. Dia nyaris
menabrak pembeli di depannya yang akan keluar. Pembeli itu
langsung menggerutu. Claudine pun menunduk dengan takut.
Claudine meletakkan susu dan barang-barang lainnya di meja
kasir dengan amat hati-hati. Kasir di depannya memandangi
dengan wajah gusar, tak sabar.
KASIR
Susunya beli satu gratis satu. Mau
ini aja atau ambil lagi?
CLAUDINE
(dengan amat lirih)
Kalau gitu saya ambil-
KASIR
(mengabaikan Claudine)
Ini aja ya, Mbak. Totalnya 55.300.
Claudine membuka mulutnya, ingin protes, tetapi akhirnya dia
memilih mengalah. Dia pun meletakkan uang di meja kasir
dengan pasrah.
8. EXT. TERAS KONTRAKAN CLAUDINE - CONTINUOUS
Luki dan PAK RUDI (45), orang yang menjaga kontrakan,
menuruni tangga sambil berbicara.
LUKI
Nanti biar temen saya langsung
transfer ke pemiliknya aja, ya,
Pak.
PAK RUDI
Iya, Mas. Masalah uang kontrakan
komunikasinya langsung ke Pak Bowo
aja.
Saat menunduk, tatapannya bertemu dengan Claudine yang
sedang menaiki tangga sambil menenteng tas plastik
minimarket. Luki tersenyum ramah.
LUKI
Tinggal di sini, Mbak? Teman saya-
Claudine panik sendiri saat Luki berbicara padanya. Claudine
otomatis membalik tubuhnya, menuruni beberapa anak tangga.
Dia tersadar yang dilakukannya ini konyol, lalu berhenti.
Claudine berbalik naik lagi. Kali ini Claudine menunduk,
menghindari tatapan Luki dan langsung berlari menaiki
tangga. Luki dan Pak Rudi memperhatikan Claudine dengan
bingung. Luki berjengit kaget saat Claudine masuk dan
menutup pintu kontrakannya dengan keras.
PAK RUDI
(terkekeh pelan)
Mbak Claudine emang begitu
orangnya. Jangan heran, Mas.
Gara-gara Mbak Claudine juga
kontrakan sebelah enggak laku-laku.
LUKI
(menggumam)
Claudine?
Luki dan Pak Rudi lanjut menuruni tangga.
9. INT. KONTRAKAN CLAUDINE - CONTINUOUS
Claudine menutup pintunya rapat-rapat. Claudine kemudian
mondar-mandir dengan panik di depan pintu beberapa saat.
Claudine berhenti dan mengerucutkan bibirnya, membuat
ekspresi menahan tangis.
10. INT. KONTRAKAN CLAUDINE - NIGHT
Claudine duduk di depan komputer, mengerjakan
ilustrasi.Headphone terpasang di telinganya. Di sampingnya
ada roti bakar yang sesekali dia makan. Sebuah pesan dari
Ben masuk di komputernya dan membuat semua kegiatannya
berhenti sesaat.
Pesan dari Ben : "Weekend ini bukunya Alsinta Marin
launching. Ada acaranya di djendelo cafe. Sabtu jam 7
malam."
Claudine membacanya, kemudian kembali mengerjakan
ilustrasinya, tak merespon apa-apa. Sampai pesan kedua dari
Ben muncul: "Kamu bisa datang?" Tubuh Claudine langsung
membeku. Pesan selanjutnya muncul lagi: "Kalau enggak ada
kendaraan, aku bisa jemput."
Claudine menatap pesan itu lama. Pipinya bersemu merah.
Jari-jarinya bergerak dengan gelisah di atas keyboard.
Dengan jari yang bergetar, Claudine mengetikkan balasan
:"Iya, bo-" Claudine buru-buru menghapus sebelum pesan itu
selesai diketik, kemudian mengetikkan balasan lain : "Sabtu
aku pulang ke solo." Claudine berpikir, kemudian mengirimkan
pesan tambahan : "Tanteku ulangtahun."
Claudine langsung menggigiti jarinya dengan gelisah setelah
selesai mengetik. Balasan dari Ben muncul : "Wah, keponakan
yang berbakti.", lalu : "Aku lupa kalau kamu tiap weekend
pulang ke solo."
Claudine memasang wajah bersalah saat membaca balasan Ben.
Lalu pesan dari Ben muncul lagi. "Semoga lain kali kita bisa
ketemuan, ya. Aku pengin ketemu langsung sama kamu."
Disusul pesan lagi dari Ben : "Aku yakin yang lain juga
pengin banget ketemu kamu, Claudine."
Tubuh Claudine melemas, dia kecewa pada dirinya sendiri.
Claudine meraih buku yang tertata di samping meja, buku
cerita anak yang dia buat ilustrasinya. Di cover tertulis:
"Illustrator: Claudine Aludia, Editor: Benjamin Praja"
Claudine menyentuh nama yang tertulis di buku itu sambil
tersenyum. Shot berpindah ke ilustrasi-ilustrasi yang
tertempel di dinding, lalu fokus pada salah satu ilustrasi
gadis yang menggenggam balon awan berbentuk hati.
11. INT. KONTRAKAN MAHESA - DAY
Pintu kontrakan terbuka, terlihat ruangan yang gelap,
kosong, dan kotor. Terlihat 2 PENGANGKUT BARANG mengangkut
barang-barang masuk, disusul Mahesa dan Luki yang terbatuk
karena debu.
CUT TO:
12. I/E. KONTRAKAN MAHESA/KONTRAKAN CLAUDINE/TERAS KONTRAKAN
- DAY
Sebuah sofa kecil baru saja diturunkan. Barang yang lain
telah berada di ruangan itu bersama kardus-kardus besar.
Mahesa dan Luki sedang membenarkan posisi meja. Pria yang
mengangkut sofa tadi pamit.
PENGANGKUT BARANG 1
Sudah semua ya, Mas. Kita langsung
balik.
MAHESA
Oh, iya. Makasih, Pak. Biayanya
sudah saya tranfer, ya.
Pengangkut itu mengangguk mengerti dan menundukkan kepalanya
untuk berpamitan dengan Mahesa dan Luki. Mahesa dan Luki
lanjut menata barang.
INTERCUT :
DI kamarnya, Claudine yang sedang mengerjakan ilustrasi
sambil mendengarkan musik lewat headphone menoleh dan
menurunkan headphone, seperti mendengar suara berisik dari
sebelah. Dengan panik bercampur penasaran, Claudine berusaha
mengintip lewat jendela, tetapi dia tak melihat apa-apa.
Kemudian dia menatap tembok yang memisahkan kontrakan
mereka.
Kembali ke kontrakan Mahesa, Luki dan Mahesa sedang menarik
sofa.
LUKI
Gue bilang juga apa. Kumuh, kan?
MAHESA
(tertawa pasrah)
Masih bisa dibersihin ini, sih.
LUKI
Gue enggak mau bantu bersihin.
Masih banyak kerjaan.
MAHESA
(gusar)
Iya, gue juga enggak minta.
Berlawanan dengan ucapannya, Luki mulai mengangkat kardus ke
meja dan membukanya, mengeluakan barang-barang Mahesa.
Mahesa ikut membuka kardus yang lain.
Claudine di kamarnya mendekat ke tembok dan menempelkan
telinganya di sana, mencoba mendengarkan suara dari
kontrakan Mahesa.
LUKI
Bokap lo pasti marah.
MAHESA
Terserah, lah. Gue capek.
(beat)
Gue cuma pengin fokus kerja.
LUKI
Gue barusan dapet proyek. Siap-siap
aja lo fokus kerja.
(beat)
Lembur.
Mahesa dan Luki tertawa bersama, menertawakan nasib mereka.
Mahesa bergerak untuk memilih kardus lain. Tembok di
depannya menarik perhatiannya. Mahesa menyentuh tembok itu,
mengetuknya.
Di saat yang bersamaan, Claudine merasakan ketukan di tembok
dan terkejut. Otomatis menjauhkan kepalanya.
Mahesa mengambil tas plastik di lantai, mengangkatnya ke
meja. Mengeluarkan pot kecil yang dihias pita, didalamnya
telah berisi tanah dan benih. Luki mengernyit melihatnya.
LUKI
Buat apaan?
MAHESA
Buat tetangga sebelah. Kata lo
cewek kan yang tinggal di sana?
LUKI
(mendesah malas)
Ngapain sih, He? Tetangga lo itu
aneh, enggak usah diurusin.
Claudine menempelkan telinganya ke tembok lagi, masih
berusaha mendengarkan.
Mahesa keluar dari kontrakannya sambil membawa pot, berjalan
menuju pintu kontrakan Claudine.
MAHESA
Kata siapa aneh? Emangnya lo udah
nyoba ngobrol?
Luki bersandar di ambang pintu kontrakan Mahesa sambil
memperhatikan Mahesa.
LUKI
Udah, ya. Gue udah nyapa malah
dicuekin sama tu cewek.
Mahesa mengetuk pintu kontrakan Claudine. Di dalam
kontrakan, Claudine terkejut dan langsung menoleh ke pintu.
Menatap pintu dengan panik dan takut.
Mahesa mengetuk pintu lagi.
MAHESA
Permisi.
Claudine berdiri dengan gugup di depan pintu. Suara ketukan
terdengar lagi dan Claudine langsung memegang ganggang
pintu, berusaha menahannya agar tak terbuka.
Mahesa mengetuk pintu lagi.
MAHESA
Permisi. Ada orang?
(beat)
Saya tetangga baru. Baru pintu di
kontrakan sebelah.
(beat)
Permisi?
Claudine masih memegangi ganggang pintu. Bibirnya
komat-kamit berdoa tanpa suara agar ketukan pintu itu
berhenti.
Sementara Mahesa masih tak putus asa mengetuk pintu.
LUKI
Enggak bakalan dibukain. Kemarin
pegawai cafe bawah bilang gitu ke
gue.
(beat)
Katanya penghuninya gaib.
Mahesa mengabaikan Luki. Dia mendongak dan melihat cahaya
lampu dari lubang ventilasi. Dia pun berhenti mengetuk
pintu.
MAHESA
(ke Luki)
Lagi enggak di rumah kali, ya?
Claudine di dalam kontrakan melonggarkan genggaman di
ganggang pintunya.
Luki menggeleng putus asa, kemudian berlalu menuju tangga,
menuruninya dengan cepat.
MAHESA
(ke Luki)
Kemana?
LUKI
(sambil menuruni tangga)
Balik, lah. Gue banyak kerjaan. Gue
udah bilang dari awal enggak mau
bantu bersih-bersih.
Mahesa memperhatikan Luki yang benar-benar pulang sambil
berdecak pelan. Dia menatap sekali lagi ke arah cahaya di
lubang ventilasi dan menghela nafas. Dia pun memilih kembali
ke kamarnya.