Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
42. EXT. TERAS KONTRAKAN CLAUDINE/ MAHESA - THE NEXT DAY
Mahesa memperhatikan salah satu pot di beranda teras. Terlihat tunas kecil yang mulai tumbuh di sana. Mahesa tersenyum lembut karenanya. Dia mendengar suara pintu terbuka di belakangnya dan membalik badan. Terlihat Claudine yang berdiri di depan pintu kontrakan. Claudine memakai dress dan blazer yang membuatnya terlihat lebih cantik dari biasanya. Mahesa terdiam, menatap Claudine lama, terlalu terpesona. Claudine yang ditatap seperti itu merasa malu sendiri.
CLAUDINE
(rikuh)
Aneh, ya? Aku ganti, deh.
Claudine hendak kembali masuk ke kontrakan, tetapi Mahesa buru-buru menahannya.
MAHESA
Eh, enggak! Enggak! Enggak aneh!
Enggak usah ganti, ah. Udah bagus
gini.
CLAUDINE
Tapi kamu bilang aku jelek.
MAHESA
Kapan aku bilang jelek, sih? Aku
diem aja, lho.
CLAUDINE
Kamu ngelihatin aku kayak gitu,
kan, artinya aku jelek.
Mahesa mendesah pasrah dan mendekati Claudine, menatapnya lekat.
MAHESA
Kalau ada orang yang ngelihatin
kamu kayak tadi, belum tentu
artinya kamu jelek.
(beat)
Bisa juga artinya kamu cantik, kan?
Claudine mengerjap, sedikit salah tingkah. Dia menunduk, menatap ujung sepatunya.
MAHESA (CONT'D)
Lagian kenapa, sih, kamu pengin
banget kelihatan cantik hari ini?
(beat)
Karena cowok itu, ya? Yang nge-chat
kamu itu? Siapa? Eeee...Ben?
Claudine menundukkan wajahnya makin dalam. Mahesa menggodanya.
MAHESA (CONT'D)
Kamu suka, yaaa, sama dia? Makanya
kamu sepanik ini mau keluar doang?
Claudine menarik nafas dan menggelengkan kepalanya.
CLAUDINE
Aku cuma takut.
MAHESA
Takut kenapa? Kita, kan, cuma ke
pameran buku. Cuma ketemuan sama
editor kamu, kan?
Claudine terdiam sejenak, berpikir bagaimana cara menjelaskan ke Mahesa.
CLAUDINE
Kamu enggak ngerti...
(beat)
Yang gampang buat kamu, belum tentu
gampang juga buat aku.
Mahesa menarik nafas dan tersenyum lembut.
MAHESA
Enggak akan sulit.
(beat)
Kan, ada aku.
Claudine mengangkat wajahnya, menatap Mahesa. Sesaat mereka berdua saling tatap. Mahesa berusaha meyakinkan Claudine lewat tatapannya. Mahesa lalu mengulurkan tangannya, menawarkan diri untuk menggandeng tangan Claudine. Claudine memandangnya sejenak, tetapi akhirnya mendengus tak yakin dan berjalan lebih dulu tanpa menyambut tangan Mahesa. Mahesa menarik nafas pasrah. Dia berusaha menghilangkan wajah kecewanya dan mengikuti Claudine sambil tersenyum.
43. I/E. CAFE AWAN BERCERITA/ HALAMAN PARKIR CAFE - MOMENTS
LATER
Dari balik jendela, terlihat Claudine yang berjalan ragu di halaman parkir. Mahesa berlari menyusulnya, kemudian berjalan bersisian dengan Claudine. Papang melihat semua itu dari balik jendela sambil melongo. NADIA (21), sesama pegawai Cafe Awan Bercerita, muncul di belakang Papang, masih membawa nampan, ikut memperhatikan Claudine dan Mahesa
NADIA
Itu yang sekarang tinggal di
kontrakan atas sama Mbak Kunti?
(beat)
Ganteng banget! Kok, kamu enggak
bilang ke aku, sih, Pang, kalau
seganteng itu orangnya?
PAPANG
Dih, Mbak Nad kapan sih enggak
jelalatan lihat yang ganteng?
NADIA
Ih, itu enggak cuma ganteng, Pang.
Itu ganteng banget!
(beat)
Tapi, kok, kayaknya dia deket amat
sama Mbak Kunti, ya? Jangan-jangan
cinlok mereka? Yaaah, aku kalah
start, dong?
Rere muncul dari dapur, mengernyit melihat dua pegawainya yang sibuk bergosip.
RERE
Siapa, sih, yang cinlok? Kalian
berdua cinlok?
Papang menoleh dan langsung bersemangat menyuruh Rere mendekat.
PAPANG
Sini, deh, Mbak Re! Mbak Kunti
kayaknya cinlok sama Mas Mahesa
yang waktu itu!
Rere mengangkat alisnya.
RERE
Ngelindur kalian? Mana mungkin.
NADIA
Yah, malah dibilang ngelindur.
Makanya sini, Mbak!
Rere akhirnya ikut mendekat, melihat ke arah Claudine dan Mahesa di parkiran bersama Papang dan Nadia. Dia mengernyit heran. Rere terus memperhatikan mereka sampai mereka berjalan cukup jauh sampai menghilang dari pandangannya.
44. INT. PAMERAN BUKU - DAY
Pameran buku itu penuh oleh pengunjung. Claudine dan Mahesa berjalan di antara kerumunan pengunjung. Claudine berada agak di belakang Mahesa, berjalan dengan langkah kecil-kecil, berusaha terus menempel Mahesa, seperti mencari perlindungan. Kepalanya menunduk, wajahnya terlihat cemas. Matanya melirik ke segala arah seakan bersiap menghadapi bahaya. Mahesa sendiri celingak-celinguk mencari sosok Ben.
MAHESA
(setengah berteriak)
Mana orangnya? Udah kelihatan?
Claudine berusaha ikut mencari, tetapi keramaiannya di sekitarnya membuatnya kembali menundukkan kepala.
MAHESA (CONT'D)
Orangnya kayak gimana? Aku, kan,
enggak tahu.
Mahesa menyadari Claudine yang menempel di punggungnya. Mahesa pun berbalik menghadap Claudine dan memandangnya lekat. Claudine terlihat sangat gugup dan ketakutan.
MAHESA (CONT'D)
Claudine?
(beat)
Kamu segugup ini mau ketemu Ben
itu?
Claudine menggeleng.
CLAUDINE
Aku udah bilang, aku takut.
MAHESA
Takut buat apa? Kamu hari ini
cantik, kok, enggak perlu takut.
Dia pasti suka.
Claudine menarik nafas putus asa. Dia baru akan menjelaskan kepada Mahesa, tetapi sosok Ben terlihat dari kejauhan, sedang berjalan ke arah Claudine. Claudine pun kembali panik.
CLAUDINE
(gagap)
I-itu...itu... Ben di situ...
Mahesa menoleh, mengikuti arah pandangan Claudine.
MAHESA
Ya, udah, kalau gitu aku tinggal ke
sana, ya.
Mahesa akan berjalan menjauh, tetapi Claudine menarik lengannya, menahannya.
CLAUDINE
(ketakutan)
Mau ke mana?
MAHESA
Kalau aku di sini, aku bisa
ngerusak kencan kalian.
Claudine masih terlihat ketakutan dan menggelengkan kepalanya. Dengan sabar, Mahesa mengenggam kedua pundak Claudine dan memutarnya hingga menghadap Ben yang masih jauh. Mahesa menuduk dan berbisik di telinga Claudine.
MAHESA (CONT'D)
Jangan takut. Aku enggak pergi. Aku
tunggu kamu di deket pintu masuk.
Kalau ada apa-apa, kamu bisa
langsung hubungin aku. Oke?
Claudine melirik Mahesa, terlihat tak yakin dengan rencana itu. Namun Mahesa mendorong Claudine maju, membiarkan Claudine mendekati Ben. Claudine awalnya akan berbalik, tetapi suara Ben terdengar memanggil namanya.
BEN (O.S.)
Claudine?
Claudine pun tak punya pilihan lain. Dia berdiri dengan kikuk di antara kerumuan pengunjung yang lalu-lalang. Ben terlihat dari kejauhan, perlahan mendekat ke arahnya, tersenyum lebar ke arah Claudine. Claudine berusaha keras menahan kepalanya agar tak menunduk. Ben akhirnya berhenti tepat di depan Claudine. Claudine menatap Ben malu-malu. Sekeliling Ben terlihat memudar.
BEN
Hai, Claudine.
CLAUDINE
(tersenyum canggung)
Hai, Ben.
Ben tertawa.
BEN
Enggak nyangka akhirnya kita bisa
ketemu juga.
Claudine mengangguk pelan. Wajah Claudine memerah dan dia menahan senyum sekuat tenaga. Namun, tatapannya terhenti pada name tag yang menggantung di leher Mahesa, bertuliskan: Benjamin Praja (Tim Skyline Books). Senyuman Claudine memudar, digantikan dahi yang berkerut.
BEN
Anak-anak lain juga udah nungguin
kamu, tuh.
CLAUDINE
(lirih, panik)
Anak-anak...siapa?
Begitu selesai bertanya, empat orang menghampiri mereka. Mereka mengenakan kaos dan name tag yang sama dengan Ben. Mereka adalah tim dari Skyline Books. Mereka semua melihat Claudine dengan penasaran.
TIM 1
Eh, jangan bilang ini Claudine
Aludita!
TIM 2
Claudine Aludita yang misterius
itu? Beneran?
Mereka semua menatap Ben, menunggu konfirmasi. Ben tersenyum lebar dan mengangguk membenarkan. Mereka semua langsung berseru heboh.
TIM 1
Tadi Ben bilang kamu mau dateng.
Tapi kita semua enggak percaya.
Beneran dateng ternyata!
TIM 3
Ya ampun, susah banget ketemu kamu.
Padahal udah kerja bareng berapa
lama.
Claudine membeku dengan canggung. Kepalanya agak menunduk, berusaha menghindari tatapan anak-anak skyline. Ben berdeham pelan.
BEN
(ke tim Skyline)
Kalian enggak pakai permisi
langsung serang aja. Kenalan dulu,
kek. Claudine nanti takut sama
kalian.
Mereka semua tertawa ringan.
TIM 2
Sori, Ben. Terlalu bersemangat
kita. Selama ini kita kira Claudine
ini cuman temen khayalan kamu
soalnya.
Mereka semua terus mengobrol dan saling meledek. Hanya Claudine yang terdiam canggung. Dari belakang mereka muncul seorang wanita dengan style bohemian yang cukup menonjol dibanding pengunjung lain. Dia adalah MELIA (45), penulis buku cerita anak sekaligus pendiri Skyline Books. Ben yang menyadari kehadiran Melia langsung menundukkan kepala dengan sopan.
BEN
(ke Melia)
Bu Melia, maaf kita heboh sendiri.
Kedatangan tamu spesial soalnya.
Melia tersenyum ramah ke arah mereka semua.
MELIA
Saya kira tadi ada apa, lho.
Melia pun menatap Claudine dan tersenyum lembut. Claudine memaksakan senyum tipisnya.
MELIA (CONT'D)
(ke Claudine)
Oh, ini ya Claudine? Yang misterius
itu, ya?
Claudine mengangguk pelan, rikuh. Melihat itu, Melia justru semakin mendekat dan menepuk pundak Claudine pelan.
MELIA (CONT'D)
Saya sudah sering titip pesan ke
Ben, lho. Pengin ketemu kamu.
(ke Ben)
Ya, kan, Ben? Sampai kamu bosan.
BEN
Enggak bosen, Bu. Kan, saya juga
pengin ketemu Claudine.
Semua tersenyum senang, kecuali Claudine. Claudine terus menatap ke belakang, berusaha mencari Mahesa.
MELIA
Berarti nanti Claudine ikut naik ke
panggung, kan? Dia, kan,
ilustratornya.
BEN
Oh, iya. Bener juga.
(ke Claudine)
Ikut talkshow sekalian aja, ya,
Claudine? Daripada kamu nunggu di
sini sendirian, kan?
Claudine menggeleng panik.
CLAUDINE
(terbata-bata)
A-aku...di sini aja enggak papa,
kok.
Melia langsung merangkul pundak Claudine, seperti merangkul pundak anak sendiri. Namun Claudine terlihat tak nyaman.
MELIA
Enggak papa, ikutan aja, Claudine.
Biar talkshow kita makin menarik
juga kalau ada ilustrator yang
ngomong. Iya, kan?
Melia tersenyum, tetapi tatapannya mengintimidasi. Dengan terpaksa, Claudine menganggukkan kepalanya. Semua tim skyline langsung bersorak riang. Claudine terus menoleh ke belakang, mencoba mencari Mahesa.
45. INT. AREA PANGGUNG PAMERAN BUKU - MOMENTS LATER
Pesan dari Claudine terlihat di layar handphone Mahesa: "Bantuin aku turun dari panggung." Mahesa pun melangkah terburu-buru mendekati panggung, menyusup di antara para pengunjung yang tak kebagian kursi. Mahesa berdiri di ujung kiri depan panggung lalu menatap dengan cemas ke atas panggung. Terlihat Melia, Ben, Claudine dan dua tim lainnya sedang berjalan di atas panggung, bersiap duduk di kursi yang telah disediakan. Melia duduk di tengah. Claudine dan Ben berada sebelah kirinya.
46. INT. PANGGUNG PAMERAN BUKU - CONTINUOUS
Claudine menerima microphone dari panitia dan menggengamnya dengan cemas. MC mulai berbicara, tetapi suaranya terdengar samar di telinga Claudine. Kita melihat dari sudut pandang Claudine, para pengunjung di depan panggung yang perlahan terlihat mengabur. Claudine mengerjapkan mata, berusaha agar pandangannya kembali jelas, tetapi pemandangan sekitarnya semakin mengabur dan berputar di sekitarnya. Semuanya tiba-tiba menjadi kembali jelas ketika Ben memegang pundak Claudine.
BEN (O.S.)
Claudine?
Claudine otomatis menarik bahunya, memasang wajah takut dan panik. Ben menatapnya dengan bingung.
BEN (CONT'D)
(berbisik)
Giliran kamu.
CLAUDINE
(tak mengerti)
Hah?
MC (O.S.)
Mbak Claudine?
Claudine berjengit kaget dan langsung menoleh ke arah MC. MC tersenyum ke arahnya, sementara Claudine berusaha memaksakan senyum untuk membalasnya, tetapi gagal.
MC (CONT'D)
Bisa coba ceritakan proses
pembuatan ilustrasi buat buku
cerita Bu Melia kali ini? Apa ada
cerita menarik? Bisa dibagikan ke
kita semua.
Claudine mengangguk ragu, kemudian mencoba kembali melihat ke arah para pengunjung. Dia perlahan mengarahkan microphonenya ke depan mulut dan mencoba menjawab.
CLAUDINE
(lirih, terbata-bata)
E-ehm,ya...selama...membuat...ilust
rasi...eee...saya...saya...
PEREMPUAN 1 (O.S.)
(meremehkan)
Ngomong aja enggak bisa padahal
Suara perempuan itu membuat Claudine membeku. Para pengunjung di depannya kembali mengabur. Perlahan para pengunjung di depannya berubah menjadi siswa-siswi berseragam SMA. Mereka saling berbisik dan menertawakan Claudine. Claudine memandang dengan gamang. Tawa itu semakin keras. Pandangan Claudine kosong, seperti kehilangan kesadaran.
BEN (O.S.)
(berbisik)
Claudine?
Terlihat Ben mulai mengguncang bahu Claudine. MC terlihat panik sambil berusaha mengalihkan perhatian pengunjung. Melia menatap Claudine dengan penasaran. Ben mengguncang bahu Claudine dengan lebih keras sampai Claudine tersadar. Nafas Claudine tercekat.
BEN
(mendekat)
Claudine, kamu enggak papa?
Claudine tak sanggup menjawab dan justru menunduk semakin dalam. Melia masih memperhatikan Claudine dengan penasaran. Ben mencondongkan tubuhnya mendekat.
BEN
Claudine, kamu sakit? Bilang ke aku
yang sakit yang mana. Hm? Claudine?
Ucapan Ben terputus saat tiba-tiba muncul tangan Mahesa di tengah-tengah mereka, menyodorkan minyak kayu putih. Claudine langsung menoleh dan mendongak, menemukan Mahesa yang berdiri di belakangnya sambil menatap khawatir. Mahesa menunduk dan berbisik ke Claudine. Cukup keras, sengaja agar Ben juga mendengarnya.
MAHESA
Makin pusing, ya? Mending kita
pulang. Mungkin kamu masuk angin.
Ben memandang bingung ke arah Mahesa. Mahesa menyadari itu dan langsung menoleh ke arah Ben.
MAHESA (CONT'D)
Maaf, ya. Aku temennya Claudine.
Tadi kita berangkatnya bareng ke
sini. Dari tadi Claudine emang udah
enggak enak badan.
Ben memandang Claudine dan Mahesa bergantian, berusaha mencerna, sampai akhirnya mengangguk terpaksa.
BEN
Oh, oke.
(ke Claudine)
Kamu kenapa enggak bilang kalau
enggak enak badan?
Claudine membuak mulutnya, hendak menjawab. Namun, Mahesa menyela lebih dulu.
MAHESA
Kita pulang duluan enggak papa,
kan, ya?
Ben mengangguk cepat.
BEN
Iya, enggak papa. Perlu aku anter?
Aku ada mobil-
MAHESA
Enggak usah. Lanjutin aja acaranya.
Tempat tinggal kita deket, kok.
Ben pun mengangguk pelan, terlihat cemas sekaligus kecewa. Mahesa membingung Claudine untuk berdiri dan menuruni panggung. Semua orang memperhatikan mereka berdua, membuat Claudine menunduk dalam-dalam. Melia masih terus memperhatikan Claudine sampai Claudine menjauh, wajahnya terlihat curiga. Dia menoleh ke arah Ben, bertanya.
MELIA
(berbisik)
Claudine ini yang kamu usulin buat
proyek ilustrasi itu, kan?
Ben mengangguk. Wajahnya masih terlihat khawatir. Sementara Melia berpikir sejenak, kemudian kembali memperhatikan Claudine yang semakin menjauh.
47. I/E - TERAS GEDUNG PAMERAN BUKU - CONTINOUS
Claudine dan Mahesa berjalan menuju halaman parkir. Namun, tiba-tiba Claudine menjatuhkan tubuhnya, membuat genggaman Mahesa terlepas dari pundaknya. Claudine berjongkok dan menarik nafas, berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah. Mahesa berdiri di samping Claudine, memperhatikannya tanpa mengucapkan apa-apa. Mahesa menyadari tubuh Claudine yang bergetar hebat. Mahesa terlihat cemas dan merasa bersalah.