Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Free!
Suka
Favorit
Bagikan
13. Kesalahan yang Harus dibayar Lunas

68.EXT. SUDUT TAMAN Q. PULAU AREST - SIANG

Langkah berlari Egha, Jona, Iki, & Arbi + Dani berhenti. Nafas mereka agak tersengal tapi tersenyum lebar menikmati.

Arbi menurunkan Dani. Melihat pada yang lain yang berdiri di depannya lalu menoleh ke belakang, Arbi mulai risau menyadari Devan tak ada.

ARBI

Devan... Devan ngga ada!

Ketiganya menoleh ke belakang pada Arbi. Iki mengerutkan dahinya.

IKI

(Kesal)

Anak baru itu...! Kemana lagi dia?!

ARBI

Kita cari sekarang!

Jona dengan nafas yang masih tersengal menggeleng kesal tak percaya. Mereka bergerak dengan langkah cepat memutar haluan.

69.EXT. SUDUT TAMAN Y/X. PULAU AREST - SIANG

Arbi dkk berjalan ke tempat yang mereka lewati sebelumnya sambil sibuk mencari.

LS Pak Alfian memegangi tubuh Devan berdiri tak jauh di belakang mobil mereka. MCU (side) Jona yang melihatnya, membulatkan mata terkejut.

JONA

Itu Pak Alfian... dengan Devan.

Semuanya menoleh pada Jona, melihat ke arah Jona melihat.

Mereka semua was-was.

IKI

Ahh... Shit!

EGHA

Kita sembunyi!

Semuanya beranjak dari sana bersembunyi.

INTERCUT : 69.A. SUDUT TAMAN X/Y. PULAU AREST - SIANG

CU Devan yang terengah, track out, SLS Devan (dengan tangan terikat ke belakang) ditahan oleh tangan kiri Pak Alfian yang berdiri di baliknya, sementara tangan kanannya memegang pisau. Ada pengawas 3 & 5 yang berdiri di samping belakang Pak Alfian, mereka semua berdiri di tengah taman.

Pak Alfian jauh mengedarkan pandang mencari Egha dkk.

PAK ALFIAN

(Meneriakan suaranya)

Keluar kalian! Saya tahu kalian semua di sini! Keluar... Atau kalian mau teman kalian ini terluka!

Pak Alfian mengangkat pisau di tangannya ke depan leher Devan.

MCU : Arbi, Jona, Iki, Egha dengan nafas tak beraturan dan wajah mereka yang tegang

PAK ALFIAN

Egha...

Egha membulatkan matanya dan perlahan tertunduk. Iki menatapnya dengan khawatir.

PAK ALFIAN (cont’d)

...keluar! Kamu bisa menyelamatkan teman-teman kamu yang lain dengan datang ke sini...

DEVAN

(Agak kepayahan)

Jangan Gha... jangan... keluar...

PAK ALFIAN

Yaa... Kamu bisa tetap bersembunyi dan membiarkan teman kamu ini terluka... Kamu tahu ini bukan sekedar ancaman. Saya akan hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak keluar juga... kamu akan lihat bagaimana pisau ini akan melukai lehernya...

Jona yang bersembunyi berkelompok dengan Arbi dan Dani menutup telinga Dani dengan kedua tangannya.

PAK ALFIAN

Satu...

Egha menutup matanya (slow motion) menahan tekanan yang hebat.

PAK ALFIAN

Dua...

Egha membuka matanya sambil membuang nafas, bermaksud bergerak dari tempatnya. Tangan Iki langsung menahan tangannya, Ia menggeleng pada Egha isyarat agar ia tak melakukannya.

PAK ALFIAN

(Slow motion)

Ti ...

Egha melepaskan genggaman Iki.

EGHA

(Melihat Iki)

Pergi!

PAK ALFIAN

...ga...!

Egha keluar dari persembunyian. Iki dengan wajah menyesal, menggigit bibirnya dan berlari pergi dari tempatnya.

Egha menahan nafasnya sesaat,

EGHA

Lepasin dia sekarang...!

Devan membulatkan matanya terkejut. Pak Alfian tersenyum puas melihat Egha.

PAK ALFIAN

(Pada pengawas 3)

Bawa dia ke sini!

Devan menatap Egha khawatir, penuh penyesalan.

Pengawas 3 datang menghampiri Egha. Menguncinya tangan Egha ke belakang, menggiringnya ke tempat Pak Alfian.

INTERCUT : 69.B. EXT. SUDUT TAMAN Y . PULAU AREST - SIANG

Dari tempat persembunyian mereka di balik pepohonan, Iki yang sudah bergabung dengan Arbi, Jona, & Dani, menatap Egha dengan amat cemas.

ARBI

Kita pergi dari sini!

Iki menggeleng, terus melihat Egha dengan khawatir.

IKI

Egha?

ARBI

Kita akan selametin mereka nanti.

Untuk sementara kita pergi dulu dari sini!

Arbi menoleh pada Jona dan mengangguk, Jona menyahut dengan anggukan juga, lalu menuntun Dani pergi. Arbi menarik tangan Iki dengan kuat, menggiringnya pergi. Iki dengan berat mengikuti langkah Arbi sembari menoleh ke belakang melihat khawatir Egha.

70.INT. RUANG KOSONG LANTAI 1, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE

Egha dan Devan dengan kedua tangan mereka yang sama-sama terikat ke belakang dan kaki yang juga terikat, duduk di lantai secara terpisah. Egha bersandar di sudut kanan dinding dan Devan di sudut kirinya. Devan tertunduk merasa bersalah. Suasana hening untuk beberapa saat.

DEVAN

Maaf Gha, gara-gara saya... kamu jadi ikut terjebak di sini.

(Pause)

Maaf gara-gara kebodohan saya...

EGHA

Itu merepotkan...

Devan kian tertunduk.

EGHA (cont’d)

...jadi sebaiknya lo berhenti.

(Pause)

Lagipula... Gue suka orang yang sedikit bodoh...

MCU Egha yang terdiam setengah melamun.

FLASHBACK : 70.A. EXT. TAMAN - SIANG

POV Egha : Gadis manis usia 20 tahun (teman gadisnya), dengan rambut panjang tergerai ditiup angin, berjalan mundur bicara padanya yang juga sedang berjalan maju. Gadis itu lalu tersenyum padanya sambil melipat tangan ke belakang.

OS Egha : Mereka yang dengan pikiran dan hati mereka yang naif bisa melihat cahaya di saat semua orang hanya melihat kegelapan.

Kembali ke Sc. 70

Devan terdiam tak mengerti. Egha menengok padanya.

EGHA

Itu bukan pengakuan cinta...

Sesaat Devan masih terdiam, tak lama kemudian tersenyum tertahan merespon Egha.

DEVAN

Bukannya sekarang yang naif itu kamu...?

Egha mengernyitkan dahi.

DEVAN (cont’d)

Di saat semua orang akan

menyalahkan saya karena ikut bawa kamu dalam masalah kaya gini, kamu malah ngomongin hal-hal aneh kaya tadi...

Egha tersenyum tipis.

EGHA

(Bergumam sendiri)

Aneh...?

(Pause, tanpa melihat Devan)

Dibanding naif... gue mungkin lebih cocok disebut licik. Lo tahu hal paling menyebalkan di dunia ini?... Rasa bersalah. Kalau gue ngga keluar saat itu... mungkin gue lah yang akan terus terganggu. Gue keluar saat itu bukan karena mau nolongin lo, tapi demi diri gue sendiri. Karena gue ngga mau terganggu dengan rasa bersalah.

(Melihat Devan)

Karena itu sekarang lo ngga perlu minta maaf. Karena tindakan gue sepenuhnya adalah tanggung jawab gue sendiri.

Devan terdiam, mengingat sesuatu

OS Iki : Egha itu..

FLASHBACK : 70.B. ROOFTOP. KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE

Iki duduk di sofa bicara pada Devan yang duduk di single sofa.

IKI

...dia kelihatannya emang berhati dingin dan sama sekali ngga ramah. Tapi dalam satu waktu lo bisa tahu.. Ada sesuatu dalam sisi arogannya itu yang entah kenapa... bisa membuat lo merasa hangat...

Kembali ke Sc. 70

DEVAN

(Bergumam sendiri)

Jadi itu maksudnya...

Egha yang mendengar mengerutkan dahinya tak mengerti.

Pintu dibuka dari luar.

SFX

Suara decitan pintu.

Pengawas 3 & 5 masuk. Pengawas 3 mendekati Egha, melepaskan ikatan kaki Egha, Devan melihatnya dengan terkejut dan khawatir.

Pengawas 3 mengangkat Egha bangun, lalu membekap mulut Egha yang berusaha berontak dengan kain. Mata Devan membulat kaget.

DEVAN (cont’d)

Mau apa kalian?

(Membentak panik)

Mau apa kalian?! Lepasin Egha sekarang!

Pengawas 5 membekap mulut Devan dengan kain. Devan yang berontak lalu melihat pada Egha dengan khawatir. Egha menggeleng pelan padanya seolah mengatakan, ’tidak apa-apa', ’jangan khawatir’.

Pengawas 3 membawa Egha keluar dari ruangan. Devan melihat kepergiannya, mencoba melepaskan ikatan di tangannya dengan sekuat tenaga.

71.EXT. SUDUT TAMAN TERSEMBUNYI. PULAU AREST - SIANG

Arbi, Jona, & Dani duduk di kursi taman dengan kepala tertunduk. Sementara Iki berjalan mondar-mandir, cemas.

IKI

Apa yang harus kita lakuin sekarang?

ARBI

Ki, tenang... Kamu duduk dulu.

Iki mengusap rambutnya frustasi, lalu menghela nafas keras. Ia duduk bersila di rerumputan di dekat mereka.

JONA

Semuanya udah tersebar di internet, mereka pasti bakal bawa pergi Egha sama Devan hari ini juga.

(Pause, berpikir)

Kapal...? Heli...?

(melihat ke yang lain)

Gue pikir itu heli. Mereka akan sampai lebih cepat lewat udara...

Arbi mengangguk paham.

ARBI

Kalo gitu kita akan cegat mereka di tengah jalan.

(Pause)

Kita bersiap sekarang!

Mereka semua bangkit berdiri dengan semangat.

72.EXT.JALAN RAYA 1. PULAU AREST - SIANG

Dua Mobil SUV hitam melaju kencang. CU roda mobil yang menggilas paku payung yang bertaburan acak di jalan. LS kedua mobil perlahan berhenti.

Arbi, Jona, Iki, dan Dani bersembunyi di semak-semak dekat sana.

ARBI

(Pada Dani)

Kamu tunggu di sini.

Dani mengangguk pelan. Mereka bangkit dan mulai menyerang dengan tongkat di tangannya (kecuali Iki dengan tangan kosong).

Para pengawal bersetelan hitam keluar dari kedua mobil berjumlah 6 orang (4 di mobil depan, dan 2 di mobil belakang). Iki melompat melancarkan tinjunya pada salah seorang dari mereka. Ia lanjut menyerang pengawal lain di dekatnya.

Jona & Arbi mengayunkan tongkatnya pada pengawal di mobil belakang.

Pertarungan terjadi dengan intens sampai semua pengawal akhirnya terkapar.

Iki dengan cepat membuka pintu mobil penumpang dari mobil belakang. Hanya ada Devan dengan tangannya yang terikat. Iki tercengang. Ia langsung melepaskan kain di mulut Devan.

IKI

Egha mana?!

Dengan wajah pucat berkeringat Devan menggeleng.

IKI (cont’d)

(Frustasi, mengumpat)

Shit!!!

JONA

Mereka ambil jalan memutar buat ngehindarin gangguan kita.

(Pause, kesal)

Shit! Kenapa gue ngga kepikiran?

ARBI

Kita masih sempet buat nyusul?

Jona menggeleng frustasi.

JONA

Go! Go! Go!

Mereka bergegas pergi (bersama Dani yang sudah mendekat).

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar