Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
35.INT. RUANG HUKUMAN EGHA, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
CU pintu yang dibuka dari luar dengan cepat, Pak Alfian masuk. Egha dengan dengan kedua tangannya yang sudah dikunci ke belakang oleh pengawas 3 menyusul masuk di belakang Pak Alfian.
PAK ALFIAN
Apa kamu tidak lelah terus melakukan ini?
EGHA
Saya cuma berusaha mendapatkan hak kebebasan saya kembali.
PAK ALFIAN
(Pada pengawas 3, menunjuk lewat dagu ke arah ranjang)
Bawa ke sana!
Egha dengan paksa didudukan ke pinggir ranjang, tangannya di ikat tali, menyusul kakinya dengan posisi Egha yang sudah berbaring. Matanya mulai di tutup kain, tapi di hentikan segera oleh Pak Alfian.
PAK ALFIAN (cont’d)
Khusus untuk sekarang Papa ingin kamu menyaksikan sebuah tontonan yang menarik.
Egha menatap tak mengerti. Pak Alfian menekan remot menyalakan TV yang terletak meja di depan Egha.
Layar menunjukan rekaman kejadian saat ini dimana Iki, Arbi, Jona, & Devan duduk berlutut dalam satu garis di sebuah ruangan. Pengawas 4 berdiri di samping Devan dengan membawa tongkat rotan di tangannya.
Mata Egha membulat kaget.
EGHA
Apa-apaan ini? Apa yang terjadi sama mereka?
PAK ALFIAN
Mau mendengar cerita menarik? Ada seorang kelinci yang terus mencoba kabur dari kandang pemiliknya. Tepat seperti di malam itu... Sebelum ia menjalankan aksinya, ia berbisik pada temannya yg lain, kalau ia akan mengurus semuanya agar mereka semua bisa sama-sama kabur nantinya.
(Pause)
Bagaimana menurut kamu?
Egha berkedip goyah.
PAK ALFIAN (cont’d)
Bukankah tidak adil kalau kamu yang terus-terusan dihukum seorang diri sementara teman-teman kamu yang lain asyik mengeruk hasilnya?
EGHA
Mereka ngga ada hubungannya. Jadi ngga ada alasan untuk mereka diperlakukan seperti itu.
Pak Alfian mengangguk paham.
PAK ALFIAN
Papa tahu kamu anak yang baik, tapi Papa tidak pernah mengajarkan kamu menjadi anak yang bodoh.
(Pause)
Semoga kamu menikmati pertunjukannya.
Pak Alfian beranjak pergi.
Egha menelan ludah, tertohok.
EGHA
Tolong...
(Berusaha bangkit)
...lepasin mereka semua. Mereka ngga ada hubungannya dengan ini!
(Berusaha keras melepaskan ikatan di tangannya)
Saya mohon, jangan hukum mereka karena kesalahan saya. Saya mohon.
Pengawal yang berada di belakang Egha membekap mulutnya dengan kain. Egha yang terkejut, berusaha mengelak, dan sia-sia.
Pak Alfian disusul oleh pengawas 3 keluar dari ruangan. Egha menatap ke layar tv, layar tv menunjukan punggung Devan yang dipecut tongkat rotan. Egha menutup mata dan menundukan kepala. Ia terus berusaha keras melepaskan ikatan tangannya.
Fade out
Fade in
36.INT. DEPAN KAMAR/KAMAR 1 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE
Egha berjalan menghampiri kamar (masih memegangi satu tangannya yang kebas). Kedua pergelangan tangannya tampak merah lecet. Berhenti di depan pintu. Terdiam sesaat dengan ekspresi dingin yang muram. Dengan ragu ia mengangkat tangan memegang gagang pintu. Ia lalu membuka pintu dengan cepat.
Jona dan Arbi yang duduk di pinggir ranjang masing-masing, dan Iki dan Devan yang berdiri tak jauh dari keduanya, kompak menoleh ke arah pintu.
Egha masuk ke dalam sambil menutup kembali pintu. Ia terdiam beberapa saat.
EGHA
Gue minta maaf... Buat kemarin...
Jona memalingkan wajah, menghela nafas kesal lalu bangkit berdiri menatap Egha.
JONA
Gue ngga yakin ini kebetulan...
(Pause)
Apa lo cape Gha, dengan apa yang udah lo lakuin selama ini?
Iki menatap Jona bingung mendengar perkataannya.
JONA (cont’d)
Bukannya lo sendiri yang ngusulin semuanya? Dan sekarang lo muak nanggung sendirian sampe lo kemudian bocorin semuanya ke Pak Alfian?!
Iki bangkit berdiri menghadap Jona.
IKI
Jo, apa-apaan lo ngomong kaya gitu sama Egha? Bukannya lo denger sendiri apa yang pernah dibilang Devan, kalo ini mungkin karena salah dia yang ngebahas soal ini ke Egha sembarangan sampe orang-orangnya Pak Alfian denger.
JONA
Gue ngga yakin dengan kebetulan... Tapi gue percaya... ada penghianat yang ngasih tahu semuanya demi untuk nyelametin dirinya sendiri.
IKI
Dan penghianat itu termasuk elo? Nunjuk ke orang lain tapi lupa nunjuk dirinya sendiri...!
JONA
Lo sendiri... Apa yang lo pikirin selama ini?
Lo ngga pernah setuju sama rencana ini tapi lo juga sama sekali ngga pernah benar-benar menolaknya. Apa itu ngga namanya munafik?
Iki yang menatap Jona perlahan mengedipkan matanya, goyah.
JONA
Jujur aja, lo lega kan ada si Egha yang berusaha ngubek tempat ini, dan kalo beruntung dia bener-bener bisa kabur dan bawa polisi nyelametin kita. Lo lega karena bisa terbebas dari ruang hukuman bawah tanah sialan itu. Iya kan?!
Iki tertunduk, terdiam untuk beberapa saat, menahan nafasnya mengangkat kepala menatap Jona.
IKI
Lo bener... Dalam hati gue, gue lega karena ada Egha yang susah payah nanggung semuanya buat kita.
(Pause)
Gue lega... Tapi gue juga ngerasa jadi keparat karena ngebiarin itu semua. Dalam hati, gue ngerasa bersalah sama Egha... Gue yang terkutuk ini tetep ngikutin ego gue buat tetep aman.
(Pause)
Dan sekarang lo coba nyalahin Egha buat semua yang udah dia lakuin selama ini?
Jona bergeming dengan raut wajahnya yang keras.
Arbi yang masih tertunduk menghela nafas panjang sembari mengangkat kepalanya melihat mereka semua.
ARBI
Kalian tahu kenapa saya bisa tenggelam dan sampai ke sini?
Arbi tersenyum pahit.
ARBI (cont’d)
Itu karena saya emang sengaja tenggelam.
Semua menoleh pada Arbi dengan terkejut.
ARBI (cont’d)
Saya sengaja menenggelamkan diri biar saya bisa kabur dari kenyataan hidup saya yang menyakitkan. Dengan kata lain sayalah orang yang paling ingin tetap di sini. Sayalah yang paling mungkin jadi pengkhianat di sini, kalian puas?!
Jona terdiam terkejut menatap Arbi. Keempatnya tertunduk, tak bisa berkata-kata. Hening.
37.INT. KAMAR 2 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
Iki dan Egha masuk ke dalam kamar dengan wajah muram, duduk di pinggir ranjang masing-masing. Tak sengaja Iki melihat pergelangan tangan Egha yang merah lecet. Ia terkejut.
IKI
Gha... Tangan lo...?
Iki segera berdiri menghampiri Egha.
EGHA
Ini bukan apa-apa... Gimana punggung lo?
Iki tersenyum kecut. Duduk di pinggir ranjangnya sendiri menghadap Egha.
IKI
(Menggeleng kecil)
Ngga pa-pa... Gue emang pantes dihukum...
Egha mendelik pada Iki.
EGHA
Lo mau gue hajar lagi?
Iki mendongak, lalu kemudian tersenyum geli. Egha ikut tersenyum geli, menggeleng.
38.INT. KAMAR 3 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE
Devan masuk ke dalam kamar dengan wajah masam, ia terkejut melihat Dani yang dalam posisi telungkup di lantai tak jauh dari kursi rodanya. Devan bergegas menghampiri.
DEVAN
Kamu ngga pa-pa?
DANI
Hmp!
Devan melihat pada Dani lalu pada kursi rodanya.
DEVAN
Mau Ka Devan anterin kamu ke ruang Fisioterapi?
Dani melihat Devan, lalu mengangguk pelan.
39.INT. RUANG FISIOTERAPI ANAK. RUMAH SAKIT AREST - SORE
Dani berlatih berjalan di paralel bar ditemani seorang fisioterapis.
Di sudut pojok ruangan Devan duduk menunggu di kursi sambil melamun.
FLASHBACK : 39.A. INT. KAMAR 1 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
Jona memukul wajah Devan yang berdiri tertunduk di hadapannya, membuat Devan tersungkur jatuh.
Arbi dan Iki bangkit dari duduknya di pinggir ranjang dengan terkejut.
ARBI
Jo!
Jona menatap Devan marah.
JONA
Elo... sama Egha... sama aja!
Jona pergi dari kamar.
Kembali ke Sc. 39
Devan menghela nafas berat.
40.INT. AREA LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MAGHRIB
Devan menggendong Dani berjalan menuju kamar 3. Ia berpapasan dengan Arbi. Keduanya saling tatap.
41.INT. ROOF DECK, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MAGHRIB
Arbi dan Devan duduk di sofa.
ARBI
Kamu tahu kenapa cuma Egha yang terus-terusan kabur buat ngorek informasi tempat ini?
(Pause, menoleh pada Devan)
Karena hukuman Egha berbeda dengan kita.
Devan mengerutkan dahi tak mengerti.
ARBI (cont’d)
Karena dia adalah anak
kesayangannya Pak Alfian.
(Menerawang ke depan)
Apalagi hal itu jelas setelah kejadian itu...
(Pause)
Ini terjadi sebelum Iki dateng. Kamu inget waktu saya bilang Egha berhasil ngeliat cetak biru pulau ini?
Devan mengangguk pelan.
DEVAN
Bukannya itu berjalan baik?
ARBI
Sebagian. Karena ada kamera CCTV di kamar itu.
Devan tercengang menatap Arbi.
ARBI (cont’d)
Egha udah ngerusak CCTVnya, tapi jelas dia terekam waktu masuk ke dalam kamar.
(Pause)
Egha ngga akan berhasil ngelakuin itu...
(Menoleh pada Devan)
...tanpa bantuan Jona
Devan agak tersentak, dahinya berkerut.
ARBI (cont’d)
Mereka berdua bekerja sama.
FLASBACK : 41.A. INT. RUANG SECURITY. PULAU AREST - SIANG
Pengawas tertidur di kursinya.
OS ARBI : Pengawas di ruangan CCTV ditemukan ngga sadarkan diri.
LS meja kecil di sudut pojok ruangan, track out, CU cangkir kopi di atas meja yang tinggal berisi sepertiganya.
OS Arbi : Dan itu efek dari obat tidur dari kopi yang dia minum.
Kembali ke Sc. 41
Devan menatap Arbi menyadari sesuatu, Arbi mengangguk.
ARBI
Itu perbuatan Jona. Dia yang naburin diem-diem obat tidur itu ke dalam kopi.
(Pause)
Pak Alfian yang baru pulang dari urusan kerjanya di luar pulau dapet informasi itu, kalo Jonalah orang yang udah mengakses obat tidur di apotek sebelumnya. Sejak saat itu penggunaan obat tidur dilarang untuk kita.
Devan terdiam berpikir.
DEVAN
Hukuman yang berbeda itu...?
ARBI
Egha punya tempat hukuman khusus. Dan dipastiin itu ngga lebih buruk dari ruang hukuman kita. Sementara Jona... dia tetep di hukum di ruangan mengerikan itu. Bener-bener ngga adil kan?
(Pause)
Mungkin sejak saat itu hubungan mereka keliatan berubah. Jona ngga pernah lagi terlihat bicara dengan Egha, dan Egha yang merasa bersalah pun hanya diam.
Devan terdiam.
42.INT. RUANG MAKAN, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
CU piring kosong dengan sisa makanan dimana Pak Alfian menaruh sendok garpunya. Pak Alfian mengusap mulutnya dengan serbet. SLS semua (Egha dkk) juga selesai makan. Pak Alfian menoleh pada seorang pengawal dibelakangnya.
PAK ALFIAN
Tolong bawa Dani ke kamarnya.
Pengawal itu menunduk paham. Menggendong Dani dan membawanya pergi. Egha dkk dengan wajah dingin mereka sama sekali tak bereaksi.
PAK ALFIAN
Biar kita bahas apa yang terjadi kemarin. Kalian tahu saya tidak pernah mentolerir pelanggaran apapun di sini. Sejujurnya saya tidak menyangka kalian tidak berubah sama sekali, setelah waktu-waktu tenang kita selama ini. Saya berusaha memberikan semua yang terbaik untuk kalian di sini. Fasilitas yang lengkap. Apapun yang kalian butuhkan.
Iki menoleh pada Pak Alfian.
IKI
Telepon?
PAK ALFIAN
Kecuali itu.
(Pause)
Saya tidak menuntut banyak pada kalian. Kenapa kalian tidak bisa menikmati hidup kalian dengan tenang di sini?
DEVAN
Kami punya keluarga...
PAK ALFIAN
Itu adalah hal yang otomatis sudah kalian tinggalkan begitu menginjakan kaki di sini.
IKI
Karena tenggelam?
PAK ALFIAN
Apapun itu.
(Pause)
Tidak ada perdebatan lagi! Kalian tahu peraturan di sini.
(Pause)
Satu hal baru yang harus kalian ingat sekarang... Siapapun yang mencoba untuk pergi dari sini, hukuman tidak lagi hanya akan diberikan untuk orang itu, tapi akan ditanggung oleh semuanya.
Iki tersenyum tak percaya
PAK ALFIAN (cont’d)
(Menatap Egha)
Dan itu akan lebih buruk kalau kamu yang lakukan.
Egha menatap pak Alfian dingin tanpa kedip.