Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Free!
Suka
Favorit
Bagikan
6. Peluang!

19. INT. KAMAR 2 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - PAGI

Egha dan Iki sedang mengobrol di pinggir ranjang masing-masing. Pak Alfian masuk ke dalam kamar.

SFX

Pintu terbuka

Egha dan Iki sama-sama bangkit berdiri melihat Pak Alfian.

PAK ALFIAN

Egha, bisa ikut Papa sebentar?

Egha terdiam sesaat.

EGHA

(Ketus)

Kalau soal yang kemarin saya udah bilang saya ngga tertarik.

Iki menatap pada Egha, lalu pada Pak Alfian.

PAK ALFIAN

Gha... Papa mohon.

Egha memalingkan wajah sambil menghela nafas kesal.

20. INT. TANGGA/LANTAI 2/1, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - PAGI

Pak Alfian diikuti Egha dari belakang berjalan menuruni tangga. Iki mengikuti keduanya dari belakang dengan sengaja menyisakan jarak sekitar 1.5 meter. Dari area ruang makan, Pak Alfian menghentikan langkahnya, menoleh tak langsung ke belakang.

PAK ALFIAN

(Menegur)

Iki!

Iki yang sudah berhenti langsung mengerucutkan bibirnya, kecewa. Pak Alfian & Egha melanjutkan langkah keluar dari rumah.

21. INT. RUANG TENGAH (RUANG MAKAN, RUANG KELUARGA 1, & DAPUR), KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - PAGI

Dengan lemas Iki menghampiri meja makan dan duduk di salah satu kursi. Ia merapatkan dagunya di atas meja dengan bibir yang mengerucut. Terdengar suara dari dapur

SFX

mixer yang dinyalakan.

Iki menoleh ke dapur. PAN to MS Devan di balik meja dapur sedang memixer adonan dalam loyang.

IKI

Heh, udah beres belom? Gue mo makan...

DEVAN

Dari pada ngerengek, kenapa ngga bantu saya ngolesin loyang pake mentega?!

Iki menghela nafas panjang.

IKI

Ngolesin loyang? Gue maunya ngelusin ayang.

OS Tawa tertahan Jona yang terdengar.

Iki menoleh ke belakang. Jona dan Arbi berjalan melewatinya dan duduk di ruang keluarga. Iki kembali menghadap ke depan dengan wajah asam.

IKI (cont’d)

Gue mo buang sial. Tiap kali mood gue jatoh ke level dasar, tiap itu juga si monyet selalu muncul...

Jona menoleh pada Arbi dengan wajah datar.

JONA

Bi, lo ngedenger ada suara tokek ngomong?

Arbi tersenyum geli.

ARBI

Kenapa lagi, Ki?

IKI

(Tanpa melihat Arbi)

Egha... Kemarin gue liat Pak Alfian nunjukin foto cewek ke dia, dan minta dia nemuin cewek itu sekarang.

ARBI

Aah... Itu kayanya putri dari rekan bisnis sekaligus sahabatnya Pak Alfian. Kalo gue ngga salah, dia juga temen masa kecilnya Ares...

IKI

(Menoleh ke belakang pada

Arbi)

Hah? Apa maksudnya Egha mo dijodohin sama cewek itu, Bi?

Arbi menggeleng tak tahu.

ARBI

(Seperti bergumam sendiri)

Apa Cewek itu sengaja dateng jauh-jauh ke pulau ini emang buat alasan itu?

Iki kembali menarik diri dan termangu di atas meja.

IKI

Ahhh... Enaknya jadi Egha...

Iki mengerucutkan bibirnya.

JONA (OS)

Lo yakin?

Iki mengerutkan dahinya, tak lama kemudian menoleh pada Jona.

JONA

Bukannya itu berarti... Dia juga adalah orang terakhir yang paling mungkin bisa keluar dari sini?

MCU Iki yang tertohok diam.

ILL. MUSIK

Senyap yang suram. Menjelaskan fakta pahit yang terkuak.

MS Devan yang menaruh mixer yang dipegangnya ke atas meja dengan wajah bingung dan penasaran menatap Jona dan yang lain.

DEVAN

Ada apa? Apa yang ngga saya ketahui di sini?

Sesaat semuanya terdiam. Hening.

ARBI

Egha... Dia berbeda dengan kita... Dia adalah anak kesayangannya Pak Alfian.

MCU : Devan, Iki, Jona, kembali ke Arbi, yang terdiam.

FRAME FREEZE SLS mereka semua yang terdiam.

FLASHBACK : 20.A. RUANG KERJA PAK ALFIAN, KEDIAMAN UTAMA.

PULAU AREST - SIANG

Egha berdiri di depan meja Pak Alfian.

EGHA

Ini bukan waktunya memainkan permainan anak perempuan dengan bermain ayah-ayahan. Izinin saya pulang dan bertemu dengan keluarga saya lagi

PAK ALFIAN

Apa gunanya kamu kembali ke sana? Membiarkan kamu sampai terluka seperti waktu itu... Bukannya mereka ngga layak untuk di sebut keluarga?

EGHA

Saya bukan anak bayi yang perlu dijaga 24 jam... Mereka bahkan ngga tau kalau kecelakaan itu akan terjadi...

PAK ALFIAN

(Menatap lekat Egha)

Karena itu, Papa ngga akan membiarkan hal buruk itu sampai terjadi lagi sama kamu. Itu janji Papa.

(Pause)

Kamu bisa pergi sekarang, karena Papa masih ada pekerjaan.

Egha tersenyum tak percaya.

EGHA

Saya mendengar soal anak anda yang meninggal karena kecelakaan...

Pak Alfian seketika membeku, berikutnya melirik tak langsung pada Egha.

EGHA (cont’d)

Kalau benar seperti yang anda bilang tadi, bukannya itu berarti anda juga ngga berhak untuk menjaga saya dan juga yang lain?

Pak Alfian memainkan lidah hingga membuat bibir dan pipinya sedikit mengembung. Pun tangannya yang tadi sibuk menyentuh berkas-berkas di meja sudah di paksa berhenti. Ia beralih memutar badannya menghadap Egha.

PAK ALFIAN

(Tersenyum tak acuh)

Kamu benar...

Tapi mau bagaimana? Sekeras apapun kamu berusaha untuk memprovokasi, Papa ngga akan membiarkan kamu dan yang lain pergi dari sini. Apa yang akan kamu lakukan sekarang?

Egha terdiam untuk beberapa saat sambil menatap tajam Pak Alfian.

EGHA

Ini bukan lagi pertolongan, ini penculikan. Penyekapan. Menurut kitab undang-undang hukum pidana pasal 328 dan 333, masing-masing dijatuhi hukuman paling lama 12 tahun penjara.

PAK ALFIAN

Aah, kamu benar-benar anak hukum yang mengagumkan. Kamu pasti mempelajari materi dengan sangat baik. Dan selagi kamu belum menjadi hakim, atau jaksa penuntut, kenapa ngga sebaiknya kamu bertingkah menjadi anak baik? Duduk manis dan diam di tempat.

EGHA

Kenapa anda ngelakuin ini? Anda bisa aja mengadopsi anak secara legal tanpa melanggar hukum.

(Pause)

Apa ini karena rasa bersalah anda pada putra anda? Anda ingin menebusnya dengan mengambil anak lain yang bernasib sama dan membuat hal itu tak sampai kembali terulang? Apa Anda pikir itu adalah tindakan yang benar dengan menyalahi aturan seperti ini? Kenapa anda tidak mencoba mengikhlaskannya sebagai takdir yang harus terjadi? Bukankah anda merasa putra Anda di alam sana akan terluka melihat ayahnya jadi seperti ini?

Kedua tangan Pak Alfian yang sudah mengepal menahan emosi langsung menerjang Egha yang berdiri tak jauh dari sisi pinggir ruangan. Membuat punggung Egha berbenturan dengan dinding dengan lehernya yang terkunci oleh lengan Pak Alfian

PAK ALFIAN

Diam! Diam! Diam! Tau apa kamu soal putra saya?! Bagaimana ia begitu merasa sakit sebelum kematiannya! Kamu yang hanya asal bicara tau apa?! Kamu sama sekali ngga tahu apa-apa?!

EGHA

(Nada setengah tercekik)

Saya tahu... persis... Karena saya juga seorang anak... Dan ketika datang takdir saya untuk mati, saya ngga ingin melihat orangtua saya menderita karena rasa bersalah mereka...

Mata Egha dan Pak Alfian saling bertemu. Saling menatap tajam dengan emosi masing-masing.

22. EXT. ROOF TOP CAFE. PULAU AREST - PAGI

Egha dan ARINA (20) duduk bersama dalam 1 meja bundar. Ada 2 minuman berbeda di atas meja.

ARINA

Aku minfa maaf sebelumnya, kita ketemu dengan cara yang mendadak kaya gini...

EGHA

(Dingin)

Kita lewatin basa-basinya... Kamu tahu kondisi saya sama temen-temen saya di sini kan?

Arina ragu-ragu mengangguk.

EGHA (cont’d)

Apa kamu bisa bantu kami keluar dari sini?

Arina terdiam seperti menahan nafas.

ARINA

Sekalipun aku ingin... Aku ngga bisa... Aku minta maaf...

EGHA

(Nada menekan)

Kamu tahu ini udah masuk tindakan kriminal kan? Dan kamu diem aja seolah ini bukan apa-apa?

ARINA

(Balas menekan)

Aku ngga bilang kaya gitu... Aku tahu kamu tahu, kalo Om Alfian sebenernya bukan orang jahat.

(Pause)

Om Alfian, dia udah aku anggap sebagai ayah ke 2 aku... Aku ngga bisa ngehianatin dia...

EGHA

Sekalipun itu adalah hal buruk?

ARINA

(Bergeming)

Sekalipun itu adalah hal buruk.

Egha memalingkan wajahnya tak percaya.

EGHA

Dengan apa kamu ke sini?Helikopter? Jet pribadi?

ARINA

Jet pribadi.

EGHA

Cukup untuk nampung 5 orang?

ARINA

Hmp!

EGHA

Kalau saya bajak, apa kamu ngga keberatan?

Arina membulatkan matanya terkejut.

ARINA

Kamu ngga akan bisa melakukannya, karena di sana ada banyak penjaga...

EGHA

Saya bisa menggunakan kamu... Sebagai sandera saya...

Egha mengeluarkan sebuah pisau lipat di saku celananya tanpa melihatnya, menunjukan langsung ke hadapan Arina. Mata Arina membulat terkejut.

INSERT : 22.A. RUANG KELUARGA 1, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - PAGI

Arbi dan Jona duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya (Sc. 21). Iki & Devan sudah ikut duduk bergabung.

DEVAN

Bukannya ini bisa kita manfaatin? Kaya... bajak kapal atau transportasi apapun yang dipakai cewek itu pas dia pulang nanti?

IKI

Gue udah bilang hal yang sama kemarin... Tapi kayanya Egha ragu-ragu ngelibatin seorang cewek buat masalah ini...

Kembali ke Sc. 22

Egha menaruh pisau lipat yang dipegangnya itu ke atas meja.

EGHA

(Menyondongkan tubuh, berbisik pada Arina)

Kamu bisa menaruh kembali stun gun di tangan kamu itu ke dalam tas.

Egha tersenyum tipis mengkonfrontasi. Arina kembali membulatkan matanya terkejut.

CU stun gun yang dipegang Arina di atas tas di pangkuannya di bawah meja.

OS Iki : Pada akhirnya dia nolak, karena tahu ini terlalu beresiko.

Arina memalingkan wajahnya, kesal.

ARINA

Tepat seperti yang Om Alfian bilang, kamu benar-benar menyebalkan!

Egha tak menghiraukan. Ia menatap ke alam sekitar dengan tatapan hampa.

23. INT/EXT. CAFE LANTAI 1. PULAU AREST - SIANG

Arina dan Egha berjalan berdampingan menuju pintu keluar.

ARINA

Hey...

EGHA

(Tak acuh)

Hmp?

ARINA

Tadi itu... Kamu bisa aja menyerang aku secara tiba-tiba, dan itu akan berhasil. Kamu bisa melakukannya tanpa membuat aku jadi bersiaga kaya tadi.

(Pause, seperti bergumam sendiri)

Tepat seperti yang dibilang Om Alfian...

Egha menoleh pada Arina dengan dahi berkerut. Arina melangkahkan kakinya lebih cepat dan bersemangat, lalu kembali berhenti menyisakan jarak sekitar 1 meter. Ia berbalik ke belakang menatap Egha.

ARINA (cont’d)

Sepertinya aku ngga menyesal datang ke sini...

(Pause, sedikit memiringkan

kepala menggoda)

... Egha...

Arina kembali melanjutkan langkahnya sambil menyembunyikan senyum. Berjalan ke luar yang disambut oleh pengawalnya.

Egha hanya diam tanpa reaksi berarti.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar