Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Free!
Suka
Favorit
Bagikan
7. Who's Your Ideal Girl?

24. INT. RUANG TENGAH (MEJA MAKAN & DAPUR), KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG

CU oven yang berbunyi.

SFX

Finished timer oven.

Devan membuka oven dengan sarung tangan khusus, dan mengeluarkan loyang kue di dalamnya ke atas meja, hingga jadi ada 2 loyang kue. CU brownis sekat dengan berbagai macam topping. Suara langkah yang datang terdengar.

SFX

Suara langkah Egha.

Egha datang menghampiri Devan. Devan melihat Egha yang datang mendekat.

EGHA

Selesai?

DEVAN

Hmp! Bukan yang terbaik, karena tadi lumayan lama saya ninggalin adonan.

EGHA

Yang lain?

DEVAN

Kumpul di lapangan badminton.

25. EXT. AREA SEKITAR LAPANGAN BADMINTON. PULAU AREST. SIANG

SLS Egha & Devan yang datang dengan masing-masing membawa 1 piring penuh potongan-potongan brownis.

Iki yang duduk di bangku melihat mereka langsung tersenyum antusias.

IKI

Woooohooooo...!!!

(Pada Arbi dan Jona yang bertanding di lapangan)

Oooooy berhenti dulu, ada makanan.

Jona yang mengembalikan bola tanggung langsung di smesh Arbi dan jatuh di lapangan Jona. MS Arbi yang mengepalkan tangan kemenangan. Keduanya lalu datang menghampiri Iki, Egha, & Devan di pinggir lapangan.

Devan menaruh piring di atas meja. Sementara Egha bicara pada Iki, masih dengan memegang piring.

EGHA

Ki...

(menunjuk lewat dagu ke arah

para pengawas berbaju hitam)

... bagiin...

PAN to para pengawas di sudut lain pinggir lapangan. IKi mengambil piring brownis dari Egha dan langsung menghampiri mereka yang dituju.

Devan yang sudah duduk di bangku melihat punggung Iki yang menjauh, lalu menoleh sekilas pada Egha yang masih berdiri.

DEVAN

(Bergumam sendiri, tersenyum

tipis)

Ternyata ngga seburuk itu.

SUDUT #1

Iki tiba di kumpulan para pengawas.

IKI

(Sambil menaruh piring brownis di atas meja)

Dari si anak baru.

Para pengawas bergeming. Membuat Iki mengerutkan dahi melihat mereka. Iki lalu mengambil sepotong brownis dan melahapnya dengan tak acuh, tak lama kemudian pergi dari sana.

SLS Iki yang masih mengunyah dan kemudian kaget melihat ke depan. Ia buru-buru menghampiri Devan yang acuh tak acuh melihat pertandingan Jona dan Arbi di lapangan.

IKI (cont’d)

(Pada Devan)

Egha?

DEVAN

Balik ke rumah.

Devan kembali melihat ke pertandingan. Iki memberengut sebal.

IKI

(Bicara sendiri)

Baru juga gue mo denger ceritanya sama si cewek itu...

Dengan lemas Iki ikut duduk tak jauh di samping Devan.

Mengembungkan pipi membuang nafas.

DEVAN

(Tanpa melihat Iki)

Apa di sini kalian terus bermain kaya gini?

Iki melirik tak suka pada Devan.

IKI

Cuman akhir-akhir ini doang. Karena kita lagi libur semester.

Devan menoleh terkejut pada Iki.

IKI (cont’d)

Itu juga kan alasan lo bisa kelelep dan nyasar sini?

DEVAN

Gimana... ceritanya... Saya ngga ngerti...

IKI

Sama kaya cewek itu yang dateng. Dosen-dosen gue, Egha, Arbi, ama Jona juga dateng ke sini. Tinggal di sini sampe 1 semester.

(Pause, tersenyum kecut)

Bahkan gue yang ngga bisa kuliah sebelum ini pun, di sini gue bisa kuliah tanpa perlu pusing mikirin biaya...

(pause)

Saat gue pilih jurusan ilmu telekomunikasi, kepala Pak Alfian kaya langsung ngepul mendidih gitu, lucu kan...

(Pause)

Pada akhirnya gue pilih jurusan hukum kaya Egha...

Devan tertunduk diam beberapa saat.

DEVAN

Bukannya saat itu kesempatan buat kalian minta tolong sama mereka?

Iki tersenyum kecut.

IKI

Lo tahu, di kelas berapa ribu kali Egha nyindir mereka soal tindakan kriminal dan pelanggaran, dan yang paling penting,

(Menoleh pada Devan)

Soal saksi yang ngga berguna?

(Pause)

Satu hal di dunia ini yang masih eksis sampe sekarang, kalau uang bisa menutup rapat kebenaran.

Devan melihat Iki dengan tertohok.

IKI

Sebelum ini mereka pasti udah tanda tangan surat perjanjian. Kalo melanggar, mereka sendiri yang akan habis.

Iki terdiam, terlihat menahan geram.

26. INT. RUANG TENGAH (RUANG MAKAN & RUANG KELUARGA 1), KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG

Iki dan Devan duduk berhadapan di meja makan. Arbi & Jona duduk di ruang tengah, masih mengenakan baju olahraga.

Iki mengipas-ngipas wajah dengan tangannya kegerahan.

DEVAN

Bukannya kamu ngga ikut maen?

IKI

Kegerahan karena panas bukan berarti cuma berlaku buat yang maen doang kan...

JONA

Lom mandi kali tu anak.

Iki mendesis sebal sambil melirik ke belakang menatap Jona.

IKI

Mulut lo itu kayanya doyan banget ngomentarin gue..

JONA

Aah, baru gue mau ngomong... gue ngga suka komentar sama orang yang kompeten.

Iki tertawa kecil seperti orang gila.

IKI

Secara ngga langsung lo mau nyebut gue ngga kompeten, gitu?!

JONA

(Nyinyir)

Bukan gue yang ngomong...

Iki menarik kedua tangannya ke atas hingga bersandar di atas punggung kursi, gemas bertingkah seolah ingin mencekik Jona dari jauh.

IKI

Kalo gue lebih ngga kompeten lagi yah, leher lo pasti udah...

Iki mengiris lehernya sendiri dengan jari tangannya mengancam Jona.

JONA

(Wajah datar, nada datar)

Aaah... Gue takut...

Arbi berkerut sambil tersenyum bingung menatap keduanya.

Devan ikut tersenyum geli.

DEVAN

Kalau menurut saya kalian itu mirip.

IKI

Hah?!

Devan mengangguk.

FLASHBACK : 26.A. KAMAR 3 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU

AREST - SIANG

Jona, Arbi, Iki, Egha dan Devan duduk di posisi yang sama saat Sc. 7

JONA

Pada akhirnya... Ini adalah

penjara...

IKI

(Menggeleng dengan tersenyum

kocak)

Bukan, ini neraka...

Kembali ke Sc. 26

MCU Devan yang kembali mengenang.

DEVAN

Atau juga...

FLASHBACK : 26.B. RUANG KELUARGA 2, KEDIAMA UTAMA. PULAU AREST - SIANG

POV Devan : Jona berdiri di salah satu sudut tak jauh dari sofa. Menghadap ke arah dirinya yang duduk di sofa.

JONA

Karena di sini kita cuma tahanan.

Jona berlalu pergi. Iki datang ke tempat Jona tadi berdiri.

IKI

(Menggeleng sambil tersenyum

kocak)

Bukan, kita boneka...

Iki ikut pergi ke arah dimana Jona tadi pergi.

Kembali ke Sc. 26

Devan tersenyum tipis.

JONA

Gue? Sama si kunyuk itu? Najis!!

IKI

(Tanpa melihat Jona)

Apalaaagi (gue)!

(Pause, bergaya kocak menunjuk angin)

Soulmate gue itu... Egha...!

Egha yang datang langsung memetuk kepala Iki dengan buku di tangannya dan berlalu begitu saja dengan santai. Iki meringis memegangi kepalanya, menoleh singkat pada Egha.

IKI (cont’d)

(Meracau)

Gue selalu dikhianati...

Arbi menatap ke arah Egha.

ARBI

Gha, gimana soal pertemuannya sama cewek itu?

IKI

Aah, iya, gue juga penasaran itu dari tadi...

Egha yang berhenti di jalan menuju ruang tamu melihat pada Arbi dengan ekspresi datar.

EGHA

Ngga ada yang spesial...

IKI

(terkejut, kecewa)

Haah??

(Mengangguk paham)

Bener-benar gayanya Egha...

Egha terdiam seperti merasa ada yang salah. Ekspresi setengah bingungnya yang kocak.

IKI (cont’d)

Kalau gue, mungkin udah gue gombalin cewek cantik kaya gitu.

JONA

(Meledek)

Bener-bener gayanya lo...

Iki kembali mendesis melirik kesal Jona.

ARBI

Ngomongin soal ini, emang tipe cewek kamu kaya gimana Gha?

IKI

(Antusias)

Aaaah bener tuh, gimana kalo kita ngomongin tipe cewek masing-masing? Keterlaluan banget kan, gue di sini harus

terjebak sama,

(Menunjuk)

elo! Elo! Elo!

(Pause, meratap)

Aaaah, gue pengen cewek...

Jona menggelengkan kepala tak habis pikir melihat Iki.

IKI (cont’d)

Elo duluan Bi... Tipe cewek lo kaya siapa?

Arbi menerawangkan matanya berpikir.

ARBI

Song Hye Kyo...?

IKI

Wooooooooo.

Iki mengkode Arbi, mengangkat dagu ke arah Jona.

ARBI

Kamu Jo?

Jona acuh tak acuh tampak berpikir sesaat, lalu mengedikan bahunya cuek.

JONA

Emma Watson...

Iki mengangguk mengerti dengan sok cuek.

IKI

(Antusias)

Kalau gueee... Hashimoto

kanna...kawaiiiii...!!!

(Pause, pada Egha)

Elo Gha?

Egha mengerutkan dahi.

EGHA

(Bicara asal)

Emak gue.

Pan To MCU Devan yang mengangguk pasti.

DEVAN

Ibu saya.

Jona tersenyum miring tak percaya. Arbi menundukan kepalanya sambil tersenyum. Iki mengulum bibirnya merasa bersalah. Bangkit dari duduknya sambil beranjak pergi.

IKI

(Bergumam, mengatupkan tangan seperti biksu)

Maaf emak... Maaf emak...

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar