Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
6. INT/EXT. KORIDOR 1 HALAMAN TENGAH KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
Koridor semi outdoor dengan tiang-tiang sebagai pemisah taman di kanan kirinya. Devan berjalan dengan Pak Alfian di samping depannya. Mata Devan menemukan Iki yang berjalan bersama sosok pemuda, EGHA (20) di belokan kiri jalan, yang tengah memegangi bagian lengan kanan di atas sikutnya, seperti menahan nyeri/pegal. Pak Alfian yang baru melepaskan tatapannya pada Devan, tersenyum begitu melihat Egha. Empat orang itu saling menghentikan langkah saat berpapasan.
PAK ALFIAN
Nah Devan, ini Egha, putra saya yang saya sebutkan tadi...
(Pada Egha)
Egha, ini Devan, orang yang papa tolong waktu itu.
Egha melirikan matanya ke arah Devan ketus tak bersahabat. Devan menatapnya kikuk.
CU slow motion uluran tangan Devan pada Egha.
DEVAN
(Memperkenalkan diri)
Devan.
Egha masih meliriknya, lalu pada tangannya yang ia ulur. Ia menghela nafas tak acuh.
EGHA
Egha...
Egha berlalu begitu saja mengabaikan uluran tangan Devan.
Iki yang masih berdiri di tempatnya menyeringai puas lalu
pergi menyusul Egha.
Dengan senyap Devan menatap tangannya kanannya yang masih terangkat. Lalu menurunkannya perlahan, kecewa. Pak Alfian berdeham.
PAK ALFIAN
Tolong maafkan dia. Egha memang tipe yang sedikit sulit, tapi sebenarnya dia adalah anak yang baik.
(Pause)
Ayo...
Devan melaju mengikuti Pak Alfian sambil (slow motion) menoleh ke belakang menatap punggung Egha yang menjauh.
7. INT. KAMAR 3 LANTAI 2 KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
Full view kamar yang cukup luas. Ada dua ranjang tunggal yang bersebelahan. Pintu dibuka, Devan masuk ke dalam kamarnya. Menghampiri ranjang terdekat dan duduk di pinggirnya. Dengan tubuh yang condong ke depan dan kedua tangan yang saling mengatup, ekspresinya terlihat sungguh gelisah dan tak nyaman. Ia merebahkan tubuhnya kemudian dengan posisi kaki yang belum berubah, menapak lantai. Menutup mata dengan kedua tangan terentang.
SFX
Suara pintu yang terbuka.
Bird Eye Viem MS Devan yang membuka matanya. Ia menoleh ke pintu sambil bangun.
Iki masuk ke dalam dengan santainya. Diikuti Arbi, lalu Jona dengan wajahnya yang cuek. Mata Devan membulat terkejut dan bangkit berdiri. Suara langkah terdengar dari luar.
SFX
Langkah kaki yang mendekat.
Egha muncul dengan ekspresi dingin. Devan semakin
tercengang.
DEVAN
Apa...? Ada apa ini?!
Egha menutup pintu tanpa melihatnya.
MCU wajah Devan yang kian cemas
Ill musik
Senyap yang tegang, seperti detak jantung yang berhenti.
JONA
(Bergumam, memalingkan wajah)
Dasar bodoh...
(Pause)
Lo pikir kita semua ke sini mau ngeroyok lo?
DEVAN
(Masih bersiaga)
Lalu?
Iki berjalan melewati Devan lalu duduk di pinggir ranjang yang satunya dengan santai.
IKI
Kasur yang nyaman... Kayanya ini lebih empuk dari punya gue.
Devan menoleh ke belakang melihat Iki.
Arbi duduk di kursi kosong tak jauh dari ranjang tempat Iki duduk.
ARBI
(Pada Devan)
Kamu juga duduk.
Devan terdiam penuh prasangka dengan dahi berkerut, melihat pada satu persatu orang di kamarnya.
CUT TO :
Arbi duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya. Jona
berdiri bersandar di dinding di dekat kursi Arbi. Iki duduk
menyilang di atas ranjang kiri. Sementara Egha duduk di pinggir ranjang yang sama dengan Iki. Devan duduk di pinggir ranjangnya semula (ranjang kanan).
Iki memeluk kedua kakinya melihat Devan,
IKI
Jadiii... Gimana ceritanya lo bisa tenggelam dan nyasar ke sini?
(Pause)
Gue ramal hari ini adalah hari sial lo.
Jona tersenyum miring
JONA
Ngeramal pantat lo!
(meledek)
Ngeramal seudah kejadian...
Jona menggeleng tak percaya. Iki giliran mencibirnya.
Dahi Devan semakin berkerut melihat bergiliran Iki dan Jona.
ILL MUSIK
Menegang, menggambarkan kecemasan
DEVAN
Apa maksud kalian? Hari sial apa maksudnya?
Iki menyandarkan dagunya pada kedua tangan yang bertengger di atas lutut kakinya, menatap Devan.
IKI
(Seperti bergumam sendiri)
Gue bingung... Sebenernya lo itu naif... apa bodoh
Iki memperbaiki posisi duduknya dengan kembali duduk menyilang. Badannya agak condong pada Devan.
IKI (cont’d)
Lo ngga mikir, kenapa lo ngga bisa ngehubungin keluarga lo, cuma karena alasan ini udah malem?
Devan terdiam merenung
DEVAN
(Kebawah menatap angin)
Saya udah ngerasa ada yang ngga beres dengan tempat ini. Dengan Pak Alfian,
(Mengangkat kepala melihat
mereka semua)
Dengan kalian semua.
(Pause)
Tapiii... Saya ngerasa ngga bener berprasangka buruk sama orang yang udah nyelametin nyawa saya...
Iki manggut-manggut. Arbi menekan bibirnya. Jona membuang muka. Egha diam tanpa reaksi.
DEVAN (cont’d)
Jadi... Apa maksud kalian tadi bilang kalo hari ini adalah hari sial saya?
Hening dari MCU, Arbi, Jona, Egha. Lalu Iki menghela nafas.
IKI
(Menepuk pahanya)
Kita buat perkenalan ulang.
(Pause, menunjuk Arbi)
Itu Arbi... dia orang pertama dan yang paling lama tinggal di sini. Udah sekitar 3 tahun ya, Bi?
ARBI
Hmp!
MCU Devan yang mengerutkan dahi dengan ekspresi terkejut.
IKI
(Menunjuk Jona)
Lalu ke 2, si rese itu tuh, Jona. Terus yg ke 3...
(Mendorong tubuh ke depan,
menggapai bahu Egha)
Egha.
(Menarik tubuhnya kembali)
Mereka berdua udah sekitar
setahunan di sini. Baru yang
terakhir gue. Udah sekitar 5 bulan gue di sini. Gue ngga nyangka bakal secepet ini kedatangan anak baru.
Devan seperti menahan nafasnya. Melihat sekilas ke arah mereka semua.
DEVAN
(Kaget)
Apa maksudnya ini? Jadi kalian semua bukan anak kandung Pak Alfian?
Jona tersenyum miring. Tangannya yang bersilang di depan dada ia turunkan menggantung di saku celana.
JONA
(Nada nyinyir)
Lo pikir wajah kita yang mana yang kelihatan mirip satu sama lain?
ARBI
(Menoleh tak langsung ke
belakang, menegur)
Jo...!
Devan masih terdiam shock. SLS ruangan yang hening dengan semua orang yang terdiam.
DEVAN
Terus... Kenapa kalian masih di sini dan ngga pulang?
Iki menggeleng,
IKI
Kita ngga bisa pulang...
DEVAN
(Masih shock)
Apa... maksudnya?