Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Free!
Suka
Favorit
Bagikan
1. Pulau Arest

1.EXT. TEPI LAUT/PESISIR LAUT PULAU AREST - SIANG

Bird Eye View LS DEVAN (19) tergeletak tak sadarkan diri dengan seluruh tubuhnya yang kuyup. Tangan kanannya mengepal seperti memegang sesuatu dengan kuat.

SFX Deburan ombak sesekali

CU (Follow shot) kaki seorang pria mengenakan celana panjang hitam dan sepatu kasual hitam berjalan menghampiri Devan.

POV si pemilik kaki : MS Devan yang tak berdaya dengan mata terpejam.

(Bird Eye View) Fast Zoom in to CU dahi Devan.

Ilustrasi Musik Misterius, masuk ke dalam kenangan terdalam seseorang

FLASHBACK : 1.A. INT. RUANG TENGAH RUMAH DEVAN - PAGI

MAMA DEVAN (43) berdiri memegang cake ulang tahun dan menyanyikan lagu Happy b’day.

MAMA DEVAN

(Menyanyi kocak)

Happy b’day anak Mamaaa... Happy b’day anak Mamaaa...

PAN ke MS Devan yang berdiri mengernyitkan dahi mendengar nyanyiannya.

Devan sudah duduk di kursi, dengan meja yang juga serba putih. Mama Devan duduk di sebelahnya. Merangkul Devan sambil menempelkan kepalanya ke kepala Devan.

MAMA DEVAN (cont’d)

(Membuka kotak berisi kalung liontin di atas meja)

Nih, Mama punya hadiah buat kamu.

Mama Devan mengeluarkan kalung itu dari kotak dan membuka liontin berisi : CU foto ia di sisi kiri dan Foto Devan di sisi kanan liontin.

MAMA DEVAN (cont’d)

Mama juga punya satu. (Mengeluarkan liontin yang dipakainya dari baju yang menutupinya dan menununjukannya pada Devan)

Bagus kan?

DEVAN

(Setengah merajuk, melihat enggan liontin yang dipegang)

Maaa... Bukannya yang kaya gini udah kuno... Masa Devan harus pake kaya ginian.

MAMA DEVAN

Jangan suka protes. Ini bentuk cinta Mama dan mau kamu tolak? Dasar anak nakal.

Devan tersenyum geli melirik ibunya.

FLASHBACK 1.B. BANGSAL RUMAH SAKIT MEDIKA UTAMA - PAGI

Devan duduk menggenggam erat tangan ibunya yang terbaring pucat di atas ranjang. Matanya berkaca penuh dengan rasa khawatir dan kesedihan.

DEVAN

(Memohon dengan pedih)

Maa, Mama yang kuat, Mama harus sembuh, hmp?

Mama Devan tersenyum kaku memandangi wajah Devan dengan mata sayu dan berat. BCU matanya yang perlahan menutup dengan rapat.

DEVAN

(cont’d) (Melotot shock)

Maa?! Mama?! Maaa?!

2. INT. RUANG VIP RUMAH SAKIT PULAU AREST - SIANG

Bird Eye View BCU kedua kelopak mata Devan yang terbuka, terbangun dengan tersentak dari tidurnya.

Fast Zoom out to MS Devan yang sedikit terengah, terbaring di sebuah ranjang putih.

Ill. Musik Menyentak. Kesan tersadar dari mimpi buruk.

Devan melihat ke sekitar (kantung infus dll) Dia mencoba bangun dengan kepayahan. Memegangi kepalanya yang terasa nyeri dengan tangan kirinya. Matanya melotot menyadari sesuatu. Ia meraba lehernya dengan gelisah. Menarik tangan kanannya ke hadapan dimana telapak tangannya sudah dibalut oleh perban dan selang infus juga terpasang diatas pergelangannya. Masih dengan gelisah ia mengedarkan pandangannya. Mendarat pada meja di samping kiri ranjangnya di mana kalung liontin foto tersimpan. Devan menghela nafas lega dan buru-buru mengambilnya.

SFX

pintu kamar yang terbuka.

Devan menoleh ke arah pintu, PAK ALFIAN (48) Masuk dan menatap Devan dengan sedikit terkejut.

PAK ALFIAN

(Senyuman tipis)

Ahh... Kamu sudah sadar rupanya.

Devan menatap Pak Alfian dengan sedikit linglung. Pak Alfian berjalan menghampirinya.

PAK ALFIAN

(Menunjuk sekilas liontin yang dipegang Devan)

Kalung itu pasti sangat berharga bagi kamu. Sampai-sampai saat tenggelam pun kamu masih menggenggamnya dengan sangat kuat sampai membuat tangan kamu terluka.

(Berdiri di samping ranjang)

Saya Pak Alfian, orang yang menemukan dan membawa kamu ke sini.

Devan mengangguk setengah membungkuk berterimakasih.

3. EXT. DEPAN/SEKITAR HALAMAN RUMAH SAKIT AREST. PULAU AREST - SORE

FS Rumah Sakit Arest. Pak Alfian dan Devan (mengenakan kaos yang sama saat pertama kali ditemukan + kalung liontin di lehernya) keluar dari gedung. Berdiri tepat sebelum turunan tangga. Devan melihat sekilas ke sekitar halaman depan rumah sakit yang cukup luas yang rimbun dengan pepohonan. Pak Alfian menepuk punggung Devan mengajaknya turun. Devan menggangguk sambil tersenyum tipis. Keduanya menuruni tangga. Devan kembali melihat ke sekitar. Terdapat 2 arah jalur masuk, dari sisi barat dan sisi timur. Kedua jalur dijaga oleh masing-masing dua orang berseragam hitam. LS dinding tinggi sekitar 1,5 meter dari balik hamparan taman luas yang memagari dari area luar. Pak Alfian menggiringnya ke jalur barat.

DEVAN (VO)

(Sambil berjalan, melihat ke sekitar, menengadah menatap langit)

Saya Devan, 19 tahun. Setelah kecelakaan itu saya diberitahukan, bahwa saya siuman setelah sekitar satu minggu ditemukan di pesisir laut pulau ini. Pulau terpencil yang benar-benar baru saya ketahui keberadaannya. Pulau Arest.

Zoom out to LS (H.A) Rumah sakit Arest + area sekitar.

ILL. MUSIK

Misterius, membangkitkan rasa ingin tahu.

4. EXT. HALAMAN DEPAN KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE

POV Devan : gerbang halaman yang terbuka.

Zoom out to FS rumah megah bergaya kontemporer berlantai 3. Pak Alfian menoleh pada Devan yang masih berdiri di sebrang gerbang.

PAK ALFIAN

Ayo masuk.

Devan menekan bibirnya. CU kaki kanan Devan (slow motion) melangkah lebih dulu.

SFX

Suara angin berembus meniup dedaunan.

MCU tiga pasang kaki yang keluar dari dalam koridor rumah, berhenti di depan teras. PAN up to MCU wajah-wajah misterius dari IKI (19), JONA (20) yang menyilangkan lengan di depan dada, dan ARBI (22) yang menjejalkan kedua lengannya ke saku celana. Devan menatap mereka satu persatu dengan wajah polos.

PAK ALFIAN (cont’d) Perkenalkan, mereka semua adalah anak-anak saya.

(Pause) Iki... Jona... dan Arbi.

Devan tersenyum menyapa. Jona menatapnya dingin, lalu kembali masuk ke dalam rumah. Iki menyusul pergi dengan tak acuh, disusul Arbi yang lebih ramah dengan mengangkat tangan kanannya ke depan sebagai salam. Devan melihat kepergian mereka dengan ekspresi tak nyaman. Pak Alfian menghela nafas.

PAK ALFIAN (cont’d)

Maaf kalau kamu tidak nyaman. Mereka memang selalu bersikap seperti itu pada orang asing. Jangan kamu pikirkan.

(Pause)

Ah yaa... Saya sudah siapkan kamar untuk kamu. Kamu bisa istirahat dulu sebelum waktu makan malam.

Devan mengangguk kecil dan tersenyum kaku.

5. INT. RUANG MAKAN KEDIAMAN PAK ALFIAN. PULAU AREST - MALAM

Meja makan dengan model memanjang. Dimana pak Alfian duduk di kursi tunggal sebagai kepala keluarga. Sementara kursi di sisi kiri di isi Jona dan Devan, lalu Arbi dan Iki di sisi kanan. Meja sudah penuh dengan makanan.

DEVAN

Maaf, ada yang ingin saya tanyakan lebih dulu. Apa saya sudah bisa meminjam telepon sekarang? Apa tadi siang Bapak sudah berhasil menghubungi adik saya? Iki tampak terkejut sesaat, tapi berikutnya malah tertawa tertahan.

PAK ALFIAN

(Menegur)

Iki!

IKI

(Menahan diri)

Maaf...

PAK ALFIAN

(Pada Devan)

Untuk masalah itu kamu tidak perlu khawatir, dia sudah tahu kamu dalam kondisi yang baik. Km bisa menghubunginya besok karena ini sudah malam.

(Pause)

Untuk sekarang sebaiknya kita menikmati ini.

Devan menatap Iki dengan berkerut bingung, sementara Iki dengan senyuman tipis yang ia sembunyikan, tak acuh memutar garpu melilit spagethi di piring dan memakannya. Devan giliran memperhatikan Jona, dengan ekspresinya yang begitu dingin, dan Arbi yang terkesan lebih kalem. Iki melirik pada jam tangannya, dan raut mukanya berubah dingin.

IKI

Udah waktunya dia keluar.

Pak Alfian menoleh pada Iki dengan kerutan refleks di dahi. Melihat ke arlojinya dan mengangguk.

PAK ALFIAN

Kamu benar.

Pak Alfian mengusap mulutnya dengan lap bersih di meja, tanda akan mengakhiri makannya.

IKI

Biar saya yang jemput.

Pak Alfian terdiam sesaat lalu mengangguk mengiyakan.

PAK ALFIAN

Tolong bawa dia kemari

Iki bangkit dari kursinya dan pergi. Devan menoleh ke belakang mengikuti kepergian Iki.

DEVAN

(Ragu-ragu, pada Pak Alfian)

Maaf... Dia yang dimaksud...?

PAK ALFIAN

Aaah... Putra saya yang ke 3, Egha. Karena sedikit ada masalah, jadi dia terlambat kemari.

MCU Jona, lalu Arbi, dengan ekspresi mereka yang sama-sama datar. Hanya fokus pada makanan mereka. Devan terdiam, gelisah memikirkan ada sesuatu yang tak beres.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar