Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
12. EXT. ROOF DECK, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG
SLS pintu yang tertutup dibuka oleh Iki. Iki masuk diikuti Arbi dan Devan di belakang.
DEVAN
Bukannya kita dilarang ke lantai 3 kalau ngga berkepentingan?
IKI
(Tak acuh)
Cuman di kamar dan ruang kerjanya Pak Alfian doang.
Iki berjalan menuju kursi di sudut pojok atap, duduk menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Arbi menyusul duduk di sebelahnya. Devan masih berdiri, tapi berikutnya ikut mengambil duduk di kursi di sebrangnya. Melihat pada Iki dan Arbi, menunggu keduanya bicara.
Jona masuk, diikuti oleh tatapan ketiganya padanya.
ARBI
(Pada Jona)
Egha?
Jona menunjuk lewat dagunya ke arah (dalam) pintu.
INTER CUT : 12.A. INT. TANGGA MENUJU ROOF DECK, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG
SLS Egha duduk di puncak anak tangga dengan headphone di kepalanya, mendengarkan musik. Sementara tangannya sibuk memegang mp3 player.
Back to Sc. 12
Arbi mengangguk paham. Jona mengambil duduk di bangku lain
di dekat pintu.
Arbi menyondongkan tubuhnya ke depan, bicara pada Devan.
ARBI
Kamu inget? Sebelum kamu ke sini, ada dinding pagar dan gerbang setinggi kira-kira 1,5 meter? Itu yang misahin tempat kita sama warga yang tinggal di sini. Di sana ada pelabuhan kapal yang bisa bantu kita keluar dari pulau ini.
CU Devan dengan mata yang membulat terkejut.
SFX
Debaran jantung satu kali
DEVAN
Itu artinya... Kalian memang
berencana untuk keluar dari sini?
ARBI
Sekalipun kita berhasil keluar ke sana, warga situ ngga akan ngebiarin kita. Mereka adalah orang-orang yang akan nurutin semua perintah Pak Alfian.
(Pause)
Mungkin ada sekitar 20-30 kepala keluarga. Dengan jumlah sekecil itu, kemungkinan mereka semua udah saling kenal satu sama lain. Dengan gitu kita keluar menyamar pun akan percuma. Satu-satunyanya jalan adalah pergi tanpa dilihat oleh mereka.
DEVAN
(Dahi berkerut)
Apa Pak Alfian itu semacam pemimpin komunis dimana semua warganya harus tunduk sama dia?
ARBI
Mereka semua adalah orang-orang yang sebelumnya ngga punya tempat tinggal dan ditolong oleh Pak Alfian. Ini pulau miliknya. Bahkan namanya diambil dari nama almarhum putranya, Ares. Dengan kata lain mereka semua berhutang budi pada Pak Alfian. Ngga jauh beda dengan kita.
(Pause)
Sampai sejauh ini, cuman satu orang yang pernah berhasil keluar dari gerbang itu.
(Menoleh sekilas Iki)
Iki.
(Pause)
Bahkan Egha yang udah berkali-kali nyoba pun selalu gagal.
DEVAN
Itu artinya... sekalipun kita berhasil keluar dari gerbang, kita masih butuh waktu buat nyari tempat pelabuhan itu?
Arbi menggeleng
ARBI
Sekalipun gagal... orang yang udah ngasih kita banyak informasi ini adalah Egha.
(Pause)
Dia udah ngeliat cetak biru pulau ini...
FLASHBACK : 12.B. INT. RUANG KERJA PAK ALFIAN, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG
Egha yang berdiri di depan meja Pak Alfian sambil melihat dengan serius isi map yang dipegangnya.
ILL MUSIK
Mendebarkan sekaligus menggairahkan
CU cetak biru Pulau Arest yang dipegang Egha.
Kamera menyorot ke bawah, CU brankas di samping bawah meja yang terbuka.
13. INT. TANGGA MENUJU ROOF DECK, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG
MCU Egha yang duduk di puncak tangga, masih mendengarkan musik.
ILL MUSIK (COUNTINUE SC. 12.B.)
Mendebarkan sekaligus menggairahkan.
CU (following shot) langkah kaki Pak Alfian yang berjalan mendekati tangga dan berhenti di depan tangga.
SFX
Langkah kaki.
SLS (H.A) Pak Alfian yang menatap Egha di atas tangga.
Slow motion Egha mendongakan kepala menatap Pak Alfian.
Egha melepaskan headphone di kepalanya, menggantungkannya di leher.
PAK ALFIAN
Kamu sendirian di sini? Kemana yang lain?
Stop motion Egha yang terdiam tanpa ekspresi.
14. EXT/INT. ROOF DECK/ CINEMA ROOM, KEDIAMAN UTAMA. PULAU
AREST - SIANG
CU pintu ruang sinema (di sisi kiri dari meja kursi pojok ruangan.
OS tawa Iki samar-samar
Pintu dibuka oleh Pak Alfian.
Iki, Arbi, Jona dan Devan duduk secara acak di kursi menonton film, menoleh pada Pak Alfian.
SFX
Suara dalam film yang diputar.
PAK ALFIAN
Kalian sedang menonton?
Iki mengerutkan dahi penasaran. Arbi berdiri dari kursinya.
ARBI
Ada apa?
Pak Alfian menggeleng.
PAK ALFIAN
Kalian lanjutkan.
Pak Alfian berbalik hendak pergi tapi urung dilakukan.
PAK ALFIAN (cont’d)
Tolong ajak Egha juga bersama kalian.
Arbi mengangguk. Pak Alfian pergi sambil menutup kembali pintu. Iki menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. Jona tak acuh. Arbi kembali duduk. Devan menoleh pada Iki dan yang lain.
DEVAN
Bukannya harusnya dari awal kita ngomongon hal rahasia di sini?
IKI
(Bodo amat)
Benarkah? Di luar lebih adem...
Arbi tersenyum tipis.
Fast Zoom out to FS (H.A) Roof Deck.
DEVAN (OS)
Jadi... gimana bisa Egha berhasil buka brankasnya?
JONA (OS)
Tanggal lahir Ares... Dia ngotak-ngatik tanggal lahirnya buat buka password brankas.
SFX
Hembusan angin
OS Devan : Jadi itulah yang mereka lakukan selama ini.
FLASHBACK : 14.A. ROOF DECK, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG
SLS Arbi, Iki dan Devan membicarakan hal rahasia di kursi pojok ruangan.
OS Devan (Countinue Sc. 14) : Menghindar utk berkumpul dalam satu tempat ketika membicarakan hal rahasia. Ketika Arbi & Iki bicara pada saya, yang lain akan berjaga. Seperti Egha menunggu di atas tangga,
Fast PAN to SLS dari balik kaca Egha yang duduk di puncak tangga, mendengarkan musik.
OS Devan (Countinue) : memberi waktu dan menghambat saat ada yang datang.
Fast Zoom out to MS punggung Jona yang duduk di bangku bersandar di meja tak jauh dari pintu, ia menoleh ke arah kaca, melihat Egha.
OS Devan (Countinue) : Jona yang mengawasi dari balik kaca jendela akan membaca kode lewat Egha yang melepaskan headphone dikepalanya.
Dari balik kaca, Egha melepaskan headphone di kepalanya dan menggantungkannya di leher.
Jona bangkit berdiri dan menghampiri Arbi dan yang lain.
ILL MUSIK
Menyejukan, menyenangkan.
15. INT. RUANG SANTAI LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE
CU punggung mp3 player (posisi diberdirikan) di atas meja,
track out, MCU Iki dengan wajah cemberut menempelkan dagunya di meja sambil memandangi mp3 player yang dipegangnya, duduk bersila di karpet.
Jona masuk melirik Iki sambil menghampiri Arbi yang duduk di sofa.
JONA
Kumat lagi?
ARBI
Hmp!
Jona duduk di sofa kosong (menghadap Iki). Acuh tak acuh pada Iki.
IKI
(Masih menatap mp3 player)
Bukannya ini mirip Hp kita dulu?
(Pause)
Gue berpikir, kalo gue bisa kuliah dulu dan ambil jurusan teknik telekomunikasi, apa gue bisa sulap benda ngga berguna ini jadi hp?
Jona tersenyum meledek. Iki mengangkat kepalanya, mendelik pada Jona.
IKI (cont’d)
Anak kedokteran songong kaya lo ngapain di sini?
JONA
(Tak acuh)
Nonton pertunjukan
IKI
Gue yang kaya badut sirkus?
JONA
Bukan gue yang ngomong
Iki mencibir, lalu langsung melemparkan kacang/cemilan di mangkuk kaca di atas meja pada Jona, Jona menghindar seadanya tapi tetap kena.
JONA (cont’d)
(Kesal)
Eeeeeh, lo bukan bocah ababil lagi yang maen kaya ginian...
Arbi tertawa tertahan melihat tingkah keduanya.
IKI
Lo lagi Bi, ngapain ketawa?!
ARBI
Ngeliat tingkah kalian berdua yang kaya bocah.
JONA
Gue ngga termasuk.
IKI
Biasanya yang ngeles yang beneran kek gitu.
JONA
Gue waras gue diem.
IKI
(Meledek dengan lidah memelet)
Nenenene...
Iki meregangkan tubuhnya yang pegal, bangun mengambil duduk di sofa kosong di belakangnya.
ARBI
Tapi kalau saya jadi Jona, saya rasa saya ngga akan jauh beda...
IKI
Ngga akan jauh beda gimana?
ARBI
Sedikit arogan dengan ego yang tinggi.
Iki tertawa tertahan seketika. Jona memiringkan kepalanya, menyerah. Ia menoleh protes pada Arbi yang masih tersenyum tanpa melihatnya.
Iki bangkit, berjalan dan berhenti di samping Arbi sambil menawarkan tos padanya yang langsung disambut cepat oleh Arbi, menggoda Jona. Iki berlalu dengan santai dari sana.