Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
16. DAPUR, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE
POV Egha : Tangan Egha yang mengambil sayuran secukupnya (wortel + daun bawang) di rak kulkas. Kulkas lalu di tutup.
Egha menaruh sayuran tadi di samping papan pemotong. Ia memotong bawang merah + putih yang sudah ada di meja dapur lebih dulu.
Devan merapat ke meja dapur menghadap Egha.
DEVAN
Apa di sini kita bener-bener
mustahil buat dapetin hp atau telepon?
EGHA
(Memotong bawang)
Ada satu... Di ruang kerja Pak Alfian. Itu yang terdekat.
DEVAN
(Antusias)
Jadi... Kita bisa...
EGHA
(Menginterupsi, menatap
singkat Devan)
Menyelinap ke sana dan
menggunakannya?
(Pause, tanpa melihat Devan)
Gue udah pernah coba hubungin nomor darurat, tapi kenyataannya ga pernah ada polisi yang dateng ke sini. Mungkin mereka cuma nganggep itu telepon iseng. Atau karena emang lokasi kita yang ga terdeteksi. Kalaupun ada, orang-orang di sini akan pasang badan belain Pak Alfian.
DEVAN
Tapi kalau kita coba terus... mungkin hasilnya akan lain.
EGHA
(Mengangkat kepala, tatapan
mengintimidasi)
Gue harap... semua emang bisa semudah ucapan lo itu...
MCU Devan yang tak berkedip, cukup terintimidasi.
EGHA (cont’d)
(Sambil memotong sayuran)
Ada kamera CCTV di sana, sekalipun kita berhasil ngga diseret keluar, kita tetep ngga akan bisa gunain teleponnya, karena mereka akan langsung ngaktifin jammer...
DEVAN
(Mengerutkan dahi)
Jammer?
EGHA
Alat pengacak atau penghilang sinyal.
Devan tercenung.
EGHA (cont’d)
(Menatap Devan)
Semakin kita mencolok, semakin pergerakan kita akan dibuat terbatas.
Devan terdiam menatap Egha. Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga.
SFX
Langkah kaki
Iki masuk menghampiri Egha dan Devan.
IKI
Ngomongin apaan?
Egha menaruh pisau yang dipegangnya di atas meja.
EGHA
(Santai, pada Devan)
Sebelum ini lo tinggal sama siapa?
DEVAN
Adik saya... Adik perempuan saya...
Iki menekan bibirnya, merasa tak enak.
IKI
Nyokap bokap lo...?
EGHA
(Menginterupsi)
Dia cantik?
DEVAN
(Mengangguk kecil)
Hmp! Namanya Nura. Kami berdua buka toko kecil di rumah. Toko kue, biarpun lebih sering open p.o.
Egha mengangguk kecil lalu menghela nafas.
EGHA
Kalau gitu mulai sekarang gue mau lo bikin kue untuk di sini seminggu 2 kali. 2 sampai 4 loyang kue.
DEVAN
(Melongo)
Hah?
EGHA
Bukannya lo juga harus nyibukin diri di sini?
Egha beranjak pergi. Devan masih melongo, Iki ikutan bingung.
IKI
Gha, lo ngga jadi masak?
EGHA
(Menoleh singkat ke belakang)
Cemilan biar si Devan yang mulai urus sekarang...
Egha pergi, Devan dan Iki mengernyit bingung.
DEVAN
(Mengambil potongan sayuran)
Sejak kapan... Ini jadi cemilan?
(Pause, pada Iki)
Apa dia selalu kaya gitu? Tipe diktator...?
Iki tersenyum jail sambil menggeleng.
IKI
Lebih buruk lagi.
17. INT. RUANG MAKAN, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
Makan malam, dengan posisi Pak Alfian di kursi depan, di sisi kirinya berurutan Jona, Arbi, & Devan. Di sisi kanannya Iki & Egha. Semua sibuk menyantap makanan, kecuali Devan yang terdiam.
FLASHBACK : 17.A. KAMAR 2 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SORE
SLS Egha & Devan yang berdiri berhadapan.
EGHA
Anak baru kaya lo berani juga masuk ke sini tanpa ngetok pintu...
DEVAN
Saya Devan, bukan anak baru.
(Pause)
Lagian... Bukannya kita ngga boleh mencolok kalo mau ngomongin hal rahasia?
Egha terdiam beberapa saat, menatap tajam Devan. Lalu tersenyum miring.
EGHA
Terus... Hal rahasia apa yang emangnya mau lo omongin?
DEVAN
Seperti apa yang kamu bilang di dapur tadi sore... Bukannya itu artinya akan semakin berbahaya kalau kita terlalu lama di sini?
EGHA
(Dingin, mengintimidasi
diam-diam)
Terus... Apa rencana lo sekarang?
Devan memalingkan wajah sambil menghela nafas, ragu-ragu bicara.
DEVAN
Bukannya kita bisa ngelakuin hal yang lebih fleksibel? Sesuatu yang lebih nyata dan ngga membuang-buang waktu, kaya...
Devan menggigit bibirnya, pada akhirnya tak bisa melanjutkan.
EGHA
Kaya... Menyandera Pak Alfian dengan nodongin pisau di lehernya di depan para pengawalnya?
Mata Devan membulat terkejut.
Egha sengaja melangkah ke depan Devan sambil terus bicara mengintimidasi, membuat Devan refleks melangkah mundur.
EGHA (cont’d)
Menggirinya terus jalan sampe nganterin kita ke dermaga kapal atau Heli?
Devan mulai gugup dan tak nyaman. Hingga Egha kemudian mendorong tubuh Devan ke dinding dan mengunci leher Devan dengan lengan kanannya. Membuat Devan terdesak.
EGHA (cont’d)
Lo percaya diri bisa ngelakuin hal itu sama penyelamat nyawa lo sendiri?
FLASHBACK : 17.B. INT. RUANG TAMU. KEDIAMAN UTAMA. PULAU
AREST - SIANG
Egha menyandera Pak Alfian di depan para pengawalnya yang menyebar di sekitar ruangan (5-6 orang termasuk pengawas 1,2,& 3). Arbi dan Jona membantu Egha berdiri di depan sebagai benteng. Egha mengalungkan tangan meletakan pisau di depan leher Pak Alfian sebagai ancaman.
PAK ALFIAN
(Pada para pengawalnya,
membentak)
Apa yang kalian lakukan?! Cepat tangkap mereka!
Para pengawal ragu-ragu, dan akhirnya tetap tak bertindak.
Pak Alfian mengangkat tangan kanannya, menggenggam bagian tajam pisau mencoba menariknya menjauh dari lehernya hingga membuat tangannya mengeluarkan darah. Mata Egha membulat kaget melihatnya.
Kembali ke Sc. 17.A.
Egha terdiam cukup lama menatap Devan.
EGHA
Gue ngerti kalo ini Iki yang ngomong... Tapi kalo lo... Belum sempet lo nyentuh lehernya Pak Alfian, badan lo udah ngebungkuk duluan di lantai.
Devan menatap Egha tanpa kedip. Egha melepaskan leher Devan dan kembali bersikap santai.
EGHA
Itu gerakan yang diajarin Pak Alfian kalo lo mau tahu.
Kembali ke Sc. 17
Devan masih terdiam. Pak Alfian mulai memperhatikannya.
PAK ALFIAN
Devan, kamu ngga makan?
Devan tersadar dan menoleh pada Pak Alfian dengan ekspresi tanya. Pak Alfian tersenyum ringan.
PAK ALFIAN
Ah, ya... Papa denger kamu mau mulai membuat kue besok?
Devan mengangguk seadanya.
DEVAN
Kebetulan saya punya toko kue kecil di rumah... Neecof cake...
Pak Alfian mengangguk paham.
PAK ALFIAN
Kalau gitu kamu bisa tulis apa aja yang kamu butuhin, Papa akan siapin semuanya besok.
Devan mengangguk ragu, Iki memperhatikannya sambil mulai meneguk minumannya.
DEVAN
Iya... Om...
Iki menyemburkan minuman di mulutnya yang tak bisa menahan tawa.
SFX
Semburan air minum dari mulut.
Semuanya terkejut. Jona yang tepat berhadapan meja dengannya langsung refleks memejamkan mata, geram. Ia memalingkan wajah tak percaya, lalu melirik sadis pada Iki.
JONA
Heh... Lo mau mati?!
Jona mengusap wajahnya kasar dengan tangan. Iki mengulum bibirnya.
IKI
Sorry... Ngga sengaja...
MCU Arbi yang menyembunyikan senyum. Juga Egha yang tersenyum amat tipis.
Pak Alfian menoleh ke belakang pada ART wanita paruh baya.
PAK ALFIAN
(Menunjuk singkat makanan di
meja)
Tolong ganti semuanya sekarang.
18. INT. KAMAR 3 LANTAI 2, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
CU pintu yang dibuka dari luar.
SFX
Pintu yang dibuka.
Iki, Arbi, Egha, & Jona masuk ke dalan dengan santainya.
Devan yang duduk di pinggir kasur menoleh dan bangkit berdiri.
DEVAN
(Sinis)
Saya pernah dikasih tau buat ngga masuk kamar tanpa ketok pintu dulu...
Iki mengernyit kaget antusias.
IKI
Hah, sama siapa? Siapa? pasti di antara dua makhluk ini...
(Menunjuk Egha)
Si manusia berhati dingin ini..
(Menunjuk Jona)
Atau si rese ini...
Jona menepis telunjuk Iki padanya dengan tak acuh.
DEVAN
Lagian, bukanya seharusnya kalian ngga mencolok dengan kumpul kaya gini?
IKI
Siapa peduli setelah apa yang lo lakuin di meja makan tadi.
DEVAN
Bukan saya yang nyembur
Iki tersenyum memaksa pada Devan.
IKI
(Tampang sangar, mengepalkan
tinju)
Lo mau ngajak gelud?!
ARBI
Udah-udah, kita ke sini bukannya mo berantem, ya kan?
Arbi menatap Iki di akhir.
Jona menyosor duduk di kursi pojok kiri ruangan. Disusul dengan yang lain, Egha & Arbi di pinggir bawah dan samping dari ranjang kiri. Dan Iki dan Devan di pinggir bawah dan samping dari ranjang kanan. Arbi dan Iki duduk bersebrangan/berhadapan.
ARBI
(Pada Devan)
Apa yang ngeganggu kamu di sini?
Devan terdiam beberapa saat.
DEVAN
Bukannya mencurigakan kalo saya sama sekali ngga pernah mencoba kabur dari sini?
EGHA
Terus kenapa ngga lo lakuin?
Arbi menundukan kepala menyesali perkataan Egha. Devan mengangkat kepalanya, agak kebingungan merespon.
JONA
Bukannya di sini ngga terlalu buruk?
Semua menoleh pada Jona.
IKI
(Sinis)
Heh, apa maksud lo?
Jona menghela nafas, mengangkat tubuhnya dari punggung kursi
JONA
Kita bisa ngejalanin kehidupan semau kita. Tanpa takut kelaparan, ato keujanan. Fasilitas di sini lumayan lengkap.
(Menatap hampa pada yang lain)
Kehidupan kita terjamin di sini.
Iki bangkit berdiri karena geram, hendak menerjang Jona tapi tangannya buru-buru ditahan Arbi tanpa bangkit dari duduknya.
Jona bangkit pergi dari kamar dengan tak acuh. Iki menatap kepergiannya dengan kesal.
IKI
Si kunyuk itu... Apa-apaan coba, ngomong kaya gitu...
ARBI
Ngga ada alasan masuk akal yang bisa ngedukung dia ngomong kaya tadi.
Iki menoleh tak mengerti pada Arbi.
ARBI (cont’d)
Dia dari kalangan orang berada...
IKI
Lo mau ngomong apa, Bi, sebenernya?
ARBI
Biarpun dia ngomong kaya tadi, sebenernya dia adalah orang yang paling ingin keluar dari sini.
Iki kembali mengernyitkan dahinya tak mengerti.
ARBI (cont’d)
Tapi dia tahu persis kalo itu ngga akan mudah. Karena itu tanpa sadar dia nyoba ngehibur dirinya sendiri dengan mengatakan kalau di sini ngga seburuk itu.
Iki terdiam melunak. MCU Egha, lalu Devan yang juga terdiam.
INTER CUT : 18.A. INT. DEPAN PINTU KAMAR 3 LANTAI 2,
KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - MALAM
Jona berdiri terdiam di depan pintu dengan ekspresi melunak setelah menguping pembicaraan di dalam.
Kembali ke Sc 18.
MCU Iki yang termenung diam.
FLASHBACK : 18.B. LANTAI 2/1 / DEPAN RUMAH, KEDIAMAN UTAMA. PULAU AREST - SIANG
Iki melepaskan genggaman Arbi pada tangannya dengan kasar.
Jona berdiri di balik keduanya. Iki lalu berjalan cepat dengan emosi menuruni tangga. Melewati area ruang makan, ruang tamu, dan keluar dari pintu ruang tamu.
Dengan cepat dari belakang Egha datang menghadangnya, mendorong tubuh Iki hingga membentur dinding dekat pintu.
IKI
(Berteriak murka)
Woooyyy!!!
Iki melotot marah pada Egha.
EGHA
Berhenti beringkah kaya bocah
IKI
Apa urusan lo? Minggir... atau muka lo gue buat babak belur dalam sekejap.
EGHA
Lo tahu lo ngga akan berhasil dengan emosi lo yang sekarang. Baru aja selesai dari hukuman, dan lo mau masuk ke ruangan itu lagi?
IKI
Bukan-urusan-elo! Minggir gue bilang!
Egha menundukan kepalanya, menghela nafas, lalu mundur satu langkah. Berikutnya dengan tiba-tiba ia langsung mendaratkan tinju di wajah Iki hingga membuat Iki terjatuh. Iki yang kian murka langsung bangkit dan bersiap membalas Egha dengan kepalan tinju di tangannya.
EGHA
Lo ingin di hukum...
Iki membeku seketika dengan tangannya yang masih mengepal di atas.
EGHA (cont’d)
...iya kan?
MCU Iki yang terdiam, masih menatap Egha dengan matanya yang membulat.
EGHA (cont’d)
Lo ngga peduli masuk ke ruangan mengerikan itu lagi, karena lo emang ingin dihukum. Gue salah?
Iki yang melotot pada Egha mulai mengerjap goyah. Matanya mulai berkaca. Menarik diri dari Egha, memalingkan wajahnya.
IKI
Gue... Emang pantes di hukum... Gue.
Iki menatap Egha dengan matanya yang berkaca.
IKI (cont’d)
Lo tau? Terlintas di pikiran gue buat tetap bertahan di sini... Dimana kehidupan gue terjamin di sini.. Tanpa harus mikirin gimana emak gue cape-cape kerja buat bayar hutang bapak yang kabur dari rumah. Tanpa cape-cape gue harus banting tulang ikut bayarin hutang itu.
Terbesit dalam benak gue buat ngelupain semuanya dan hidup senang di sini...
(Pause)
Gue bajingan kan?
Egha terdiam sesaat.
EGHA
Hmp!
Iki tersenyum kecut. Air matanya mulai jatuh.
IKI
Sebelum pikiran picik ini benar-benar melumat hati nurani gue... Gue harus berhasil keluar dari sini..
Egha mengangguk pasti.
EGHA
Keinginan lo itu.. akan gue kabulin... Percaya sama gue... Kita semua akan keluar dari sini...