CUT TO
FADE IN
144. INT. DALAM KAFE – PAGI
Kafe baru saja buka.
Deni dan Riki selesai menyiapkan semuanya.
Mereka bersiap menyapu lantai.
Tak lama, Hana dan Rena datang.
HANA
Selamat paagii...(Ceria).
CUT TO
Riki dan Deni melihat Hana dan Rena.
DENI
Perasaan gue nggak enak.
RIKI
Sama. Bakal ada sesuatu kayaknya.
Hana dan Rena menghampiri Riki dan Deni.
HANA
Hai Riki. Deni.
CUT TO
RIKI
Iya. Hai(melambaikan tangan dengan wajah heran).
DENI
Pesen yang biasanya?
HANA
Eh, enggak enggak. Hari ini, aku sama Rena nggak mau pesen apa-apa disini.
DENI
Tuh kan. Bener feeling gue, bakal aneh nih anak berdua.
HANA
Aku sama Rena kesini, karena ada sesuatu mau kita lakuin.
DENI
Jangan aneh-aneh udah, masih pagi ini.
HANA
Deni, diem. Dengerin aku dulu. Ini sesuatu yang baik kok, tenang aja.
Deni diam.
HANA
Jadi, aku sama Rena mau bantuin kalian kerja.
Riki dan Deni terkejut.
DENI
Ha? Gini gini, mending kalian sekarang pulang, terus istirahat. Biar fresh pikiran kalian.
HANA
Sstt. Udah ayo mulai kerja, jangan pada males.
RENA
Semangat semangat.
Hana dan Rena mulai menyapu dan membersihkan meja.
DENI
Hei hei... Stop! Jangan ada yang gerak.
Hana dan Rena diam.
Riki ikut diam.
DENI
(Menghela nafas). Kalian ini kenapa?? Habis mimpi aneh semalem?
Riki tampak bingung harus bagaimana.
HANA
Deni, aku sama Rena cuma mau bantuin kalian aja kok. Masa gaboleh. Padahal kita baik lo.
RENA
Iya. Jarang-jarang kan ada yang mau bantuin gini. Udah ayo, mau jam delapan loh ini. Kalian gabakal sempet kalo cuma berdua. Mending kita bantuin.
Deni menatap Riki.
RIKI
Den, untuk yang satu ini gue serahin ke lo. Gue nggak tau harus gimana.
Riki kemudian mencoba mencari kesibukan.
Hana dan Rena menunggu Deni memperbolehkan mereka membantu.
Mereka sangat berharap.
DENI
Astaga... Cobaan apa lagi ini. Terserah kalian lah.
HANA
Yes(Senang). Rena, ayo siap-siap.
RENA
Oke.
Hana dan Rena kemudian pergi.
DENI
Lah, malah pergi. Apasih maunya mereka ini.
RIKI
Biarin ajalah. Untung mereka pergi, kalo enggak bisa kena marah kita sama pak Jaya.
DENI
Gue dari tadi juga mikir gitu. Bayangin aja nanti tiba-tiba pak Jaya dateng kesini, terus lihat mereka(Rena dan Hana)ikut kerja. Kan bingung kita jelasinnya.
RIKI
Nah bener tuh.
JUMP CUT TO
1 jam kemudian.
Hana dan Rena kembali.
Mereka berhenti tepat di pintu masuk kafe.
HANA
Taraaa... Gimana gimana? Bagus gak baju kita?(Tanya ke Deni dan Riki)
Hana dan Rena membeli pakaian berwarna hitam.
Mereka membeli baju yang sama.
RENA
Kita baru beli loh ini. Cocok nggak??
Deni dan Riki hanya diam.
RIKI
Balik lagi mereka Den.
DENI
Yaudahlah, mau gimana lagi.
Deni menghampiri Rena dan Hana.
DENI
Jangan diem depan pintu, ganggu orang masuk(menarik Hana dan Rena)
HANA
Iih Deni! Sakit tau.
JUMP CUT TO
30 menit kemudian, pembeli mulai berdatangan.
Deni dan Riki menyuruh Hana dan Rena mengantar pesanan ke meja pembeli.
Hana tampak masih tak terbiasa.
Dia hampir saja menumpahkan minuman pesanan.
Deni terus mengawasinya.
DENI
Hei hei, bawa yang bener. Jangan kayak gitu.
HANA
Iya iya. Bawel ih. Bawa aja sendiri nih.
DENI
Katanya mau bantuin. Malah marah-marah.
HANA
Ya kamu jangan ngomong terus dong. Aku jadi nggak fokus bawanya.
Deni tampak tersenyum melihat Hana yang kesulitan mengantar pesanan.
DENI
Awas tumpah. Kalo sampai nih minuman tumpah, lo pel sendiri lantainya. Buatin yang baru.
HANA
Denii... Diem!(Kesal)
Deni terus mencoba mengganggu Hana.
Hana berusaha mengantar pesanan itu ke meja pembeli dengan sangat hati-hati.
CUT TO
Sementara Rena membantu Riki menyiapkan pesanan.
RIKI
Rena, tolong anterin ini(minuman) ke meja nomor 2. Udah pesen dari tadi soalnya. Aku masih buatin pesenan yang lain.
RENA
Oh, oke.
Rena mengantar pesanan itu.
JUMP CUT TO
Setelah beberapa jam membantu Deni dan Riki, Hana duduk di kursi.
Dia nampak lelah.
CUT TO(tempat memesan)
Deni melihat Hana.
Kemudian dia mengambil sebuah gelas dan membuatkan minuman yang biasa Hana pesan.
Setelah itu dia mengantarkan minuman itu ke Hana.
CUT TO(meja pembeli)
DENI
Nih. Biar nggak capek.
HANA
Makasiih(tersenyum).
Hana minum.
DENI
Lo istirahat dulu disini. Nanti lagi kalau mau bantu.
HANA
Oke. Ternyata, capek juga ya jadi barista.
DENI
Yaa, ginilah. Berhubung ini kerjaan gue sehari-hari, jadinya gue udah biasa. Yaudah, gue lanjut kerja dulu.
HANA
Semangat!
Deni tersenyum.
Deni lanjut melayani pembeli.
CUT TO(tempat memesan)
Rena melihat kedekatan Deni dan Hana.
Rena merasa Deni bisa menjaga Hana saat dia nanti pergi ke Singapore.
RENA
Riki, gue kesana bentar ya.
RIKI
Oh iya.
Rena menghampiri Deni.
CUT TO(meja pembeli)
Deni sendang membersihkan meja.
RENA
Den.
DENI
Iya?
RENA
Bisa ngomong bentar?
DENI
Bisa.
Rena mengajak Deni duduk di kursi agak jauh dari Hana dan Riki.
CUT TO
Mereka kemudian duduk.
Deni siap mendengarkan.
DENI
Ada apa?
RENA
Gini, gue langsung ke intinya aja ya. 3 hari lagi gue bakal pergi ke Singapore. Dan gue rasa gue gabakal balik lagi kesini. Jadi, gue cuma mau minta tolong ke lo buat jagain Hana.
DENI
Ini, lo beneran?(Sedikit terkejut).
RENA
Iya. Emang mendadak sih... Tapi mau gimana lagi. Den, gue minta tolong banget sama lo. Gue nggak mau Hana sedih karena gue pergi ke Singapore. Dan gue lihat, akhir-akhir ini Hana selalu bisa tersenyum saat sama lo. Tolong jagain dia ya.
Deni berfikir.
Dia akhirnya mau menuruti keinginan Rena.
DENI
Iya.
RENA
Makasih Den. Oh iya, sama satu lagi.
DENI
Ada lagi?
RENA
Tolong bantuin bujuk Hana biar mau pulang kerumahnya. Nggak mungkin dia tinggal di tempat gue sendiri, sementara gue bakal pergi ke Singapore.
DENI
Masih belum mau pulang dia?
RENA
Belum. Tolong ya, gue rasa cuma lo yang bisa bujuk Hana.
Deni mau.
DENI
Iya. Gue coba nanti.
RENA
Sekali lagi makasih ya Den. Kalo gini jadi tenang gue.
DENI
Setelah denger cerita Hana sama keluarganya, gue jadi keinget orangtua gue.
RENA
Kenapa? Orangtua lo sering berantem juga?
DENI
Enggak. Mereka nggak pernah berantem sama sekali. Nggak ada satu hal pun yang bisa buat mereka berselisih. Gue merasa beruntung bisa punya orangtua seperti mereka. Tapi, keadaan mulai berubah setelah ibu meninggal. Bapak jadi sering sakit-sakitan, dan nggak semangat hidup. Sebulan kemudian bapak meninggal. Mau nggak mau, gue tinggal dirumah sendiri(teringat orangtuanya). Beruntung gue diterima kerja di kafe ini seminggu kemudian.
Rena sedih mendengar cerita Deni.
RENA
Menurut gue, lo hebat sih bisa bertahan seorang diri sampai sekarang. Gue belum tentu bisa kalo ada di posisi lo sekarang. Gue aja tinggal disini sama kakak. Meski dia jarang pulang, seenggaknya masih ada yang nemenin sesekali. Dan sekarang, gue harus balik ke Singapore lagi, tinggal sama orangtua gue disana. Tapi, pikiran gue belum bisa tenang karena Hana.
DENI
Soal itu lo tenang aja. Gue pastiin Hana mau pulang lagi kerumahnya.
RENA
Iya, gue percaya sama lo. Yaudah, gue lanjut bantuin Riki.
DENI
Iya.
Rena kembali membantu Riki menyiapkan pesanan.
Sementara Deni menatap kearah Hana yang sedang minum.
Dia merasa kasihan dengan Hana sebab akan ditinggal oleh Rena.
Ditambah permasalahan keluarganya masih belum selesai.
CUT TO
145. EXT. DEPAN KAMPUS – SIANG
Lewis bersiap masuk ke dalam kampus.
Sindi menghampiri Lewis.
Seperti biasa Sindi menitipkan makanan untuk Hana.
LEWIS
Tante. Nganter makanan Hana?
Lewis terlihat sangat tidak bersemangat.
SINDI
Iya, kayak biasanya. Minta tolong ya.
Lewis menganggukkan kepala sambil tersenyum kecil.
Sindi memberikan bekal itu ke Lewis.
Lewis menerimanya.
SINDI
Oh iya, saya mau minta tolong satu lagi sama kamu.
LEWIS
Iya?
Sindi memberikan nomor telfonnya ke Lewis.
SINDI
Akhir-akhir ini, tante mulai khawatir sama keadaan Hana. Tante nggak mau Hana kenapa-napa. Tante harap mulai sekarang kamu mau kabarin tante soal Hana ya. Kamu pantau Hana.
LEWIS
Tante nggak usah khawatir. Saya pastiin Hana bakal baik-baik aja.
SINDI
Makasih. Kalo gitu tante permisi dulu.
Sindi pergi.
Lewis menuju kelas Hana.
CUT TO
146. INT. DALAM KELAS HANA
Dosen masih belum masuk.
Lewis datang.
Lewis tidak melihat keberadaan Hana, dan dia juga tidak melihat Rena.
Lewis meletakkan makanan di meja Hana, kemudian dia menuju ruang kelasnya.
CUT TO
147. INT. DALAM KELAS LEWIS
Yuda dan Toni sudah menunggu Lewis datang.
YUDA
Nah, ini dia. Dateng juga akhirnya.
TONI
Bro, kenapa? Lemes amat ini hari.
Lewis hanya diam.
Yuda menarik baju Toni.
Yuda berbisik ke Toni.
YUDA(Berbisik)
Hei, kan lu tau kemarin dia habis ditolak sama Hana. Ya karena itu dia lemes.
TONI(Berbisik)
Oh, iya... Lupa gue.
YUDA
Udah bro(Lewis), masih banyak cewek lain. Gampang buat lo dapetin cewek lagi.
LEWIS
Nggak bisa. Gue udah terlalu suka sama Hana. Pokoknya, gimana pun caranya gue bakal dapetin Hana.
TONI
Tapi kan dia udah nolak lo kemarin.
LEWIS
Ini pasti karena si Deni, gue harus kasih dia pelajaran.
TONI
Kalo itu gue setuju.
YUDA
Mending sekarang lo fokus dulu sama turnamen tinju yang lo buat, udah hampir final ini.
TONI
Iya bro. Si Deni juga belum kalah kan, pas tuh. Siapa tau ketemu di final. Lo habisin dah disitu. Kalo perlu jangan ada wasit sekalian, biar puas lo ngehajar si Deni.
YUDA
Hei hei, jangan ngaco napa ngomongnya. Mana bisa kayak gitu.
TONI
Sorry sorry, terbawa suasana gue.
JUMP CUT TO
Hari berganti siang.
Lewis kembali menghampiri kelas Hana.
Dia mencari Hana.
Namun Hana masih tidak ada.
Lewis kemudian mencoba ke kantin.
CUT TO
148. INT. KANTIN
Lewis masih belum menemukan Hana.
Dia kembali ke ruang kelasnya.
CUT TO
FADE OUT
149. INT. DALAM KAFE – SORE
Hana kembali duduk setelah membantu Deni bekerja.
Dia kelelahan.
Sementara Rena sedang keluar membeli sesuatu.
Riki masih sibuk melayani pembeli.
Deni menghampiri Hana.
DENI
Kenapa? Capek?
HANA
(Tampak lelah). Iya, kayaknya aku duduk aja deh.
DENI
Yaudah duduk aja disini.
Deni mengambil sebuah nampan yang diatasnya terdapat menu spesial kesukaan Hana.
Dia meletakkan makanan itu di meja.
HANA
Eh, apa ini?
DENI
Gue buatin khusus buat lo.
HANA
Astaga Deni, udah jangan. Nanti kamu rugi lo. Kamu udah kasih aku minum kan tadi.
DENI
Nggak papa, tenang aja.
HANA
Iih, aku jadi nggak enak ini.
DENI
Gue udah capek-capek lo buatnya. Masa lo nggak mau.
HANA
Bukan gitu maksud aku. Yaudah, aku makan. Makasih ya.
Hana terlihat sangat senang diberi menu spesial oleh Deni.
Hana memakan makanan itu.
DENI
Oh iya. Ada yang mau gue tanyain ke lo, tapi kalo lo nggak mau jawab gak papa sih.
HANA
Mau tanya apa?
DENI
Tadi, Rena cerita ke gue, katanya 3 hari lagi dia pindah ke Singapore. Lo udah tau kan?
HANA
Iya. Rena udah cerita kemarin.
DENI
Terus, lo gimana?
HANA
Yaa, aku tinggal dirumah Rena sendiri. Rena juga bolehin kok aku tinggal dirumahnya.
DENI
Lo, nggak pingin pulang gitu kerumah? Gue yakin sih, orangtua lo pasti kangen.
Hana terdiam sejenak.
Dia tertunduk.
HANA
Aku sebenernya pingin pulang, tapi aku masih kecewa sama mama papa.
Deni memahami keadaan Hana.
DENI
Saran dari gue, mending lo balik. Obrolin baik-baik sama mereka, kenapa lo sampai kabur dari rumah. Gue yakin mereka pasti paham. Daripada lo tinggal sendirian dirumah Rena.
HANA
Aku nggak tau gimana cara ngomong ke mereka nanti.
Deni berfikir.
DENI
Gue bantuin, tenang aja. Gue anterin sampai kerumah lo, gimana?
HANA
Mm... Aku pikir-pikir dulu ya.
DENI
Iya. Nanti kalo udah ada keputusan, bilang ke gue.
HANA
Pasti.
DENI
Yaudah, lanjut makannya. Keburu dingin.
Hana lanjut makan.
Deni menemani Hana.
JUMP CUT TO
10 menit kemudian, makanan Hana habis.
Dia tampak kenyang.
DENI
Hana, gue lanjut kerja dulu ya.
Hana berdiri bersiap membantu Deni.
DENI
Eh eh, mau kemana?
HANA
Ya mau bantu lah.
DENI
Katanya capek tadi.
HANA
Udah nggak capek. Kan habis makan barusan.
DENI
Beneran?
HANA
Iyaa, udah ayo. Kasihan tuh Riki kerja sendiri.
Deni dan Hana terlihat begitu dekat.
Hana terus membantu Deni untuk mengantar pesanan ke meja pembeli.
Sesekali mereka bercanda gurau.
CUT TO
Riki melihat dari kejauhan.
RIKI
Semoga kalian berjodoh lah.
CUT TO
FADE OUT
150. EXT. DEPAN KAFE – MALAM
Deni siap mengantar Hana pulang.
DENI
Hana, gimana? Jadi gue anter pulang?
HANA
Mmm...(Ragu)
RENA
Hana, kamu sebaiknya pulang. Kasihan mama kamu. Aku yakin mama kamu paati nungguin dirumah.
Hana masih berfikir.
Lalu dia mengambil keputusan.
HANA
Yaudah, aku mau pulang.
RENA
Nah gitu dong.
Rena memeluk Hana.
Rena senang dengan hal ini.
Riki ikut terharu.
Dia memeluk Deni.
Deni terkejut.
Deni mendorong Riki.
DENI
Ngapain!?
RIKI
Itu, lihat Hana. Jadi ikut sedih.
DENI
Gue tendang lu ya!
Deni menawari Hana tumpangan.
DENI
Ayo gue anter.
HANA
Rena, aku pulang sama Deni ya. Soalnya Deni mau bantu ngomong ke mama.
RENA
Iya. Yaudah, kalo gitu aku pulang dulu. Besok aku anterin baju sama tas kamu. Dadah.
HANA
Dadah. Makasih Rena. Hati-hati.
Rena pergi.
DENI
Hei hei, kan gue bilang cuma mau anterin lo aja tadi. Siapa yang bilang mau bantu ngomong ke orangtua lo?
HANA
Deni, kan kamu yang nyaranin aku buat pulang kerumah. Jadi ya, kamu harus bantu ngomong ke mama. Kalo enggak, aku gak mau pulang.
DENI
Astaga... Yaudah yaudah iya. Ribet amat.
HANA
Gitu dong.
Hana naik ke motor Deni.
RIKI
Gue duluan Den.
Riki pergi.
Deni sedikit menyesali perkataannya ke Hana.
HANA
Ayo cepet. Udah malem ini.
Tak lama Deni dan Hana pergi.
DENI
Kenapa jadi gue yang ngomong sih ini(menyesal).