Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DREAMS AND LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
10. Scene 115-126

CUT TO 

115. EXT. TEMPAT PARKIR

Deni meletakkan beberapa belanjaan Hana di motornya.

Sementara Hana dan Rena hanya membawa 2 belanjaannya saja di motor mereka.

 

DENI

Gue semua yang bawa ini? Kan belanjaan kalian.

 

HANA

Deni, aku ngajak kamu itu ya karena ini. Nggak mungkin aku sama Rena bawa semua belanjaan pake satu motor.

 

RENA

Iya, tolong bawain ya.

 

HANA

Awas. Jangan sampai jatuh belanjaannya! Aku suruh ganti ntar.

 

Hana dan Rena pergi.

Deni mencoba bersabar dengan kelakuan Hana.

Dia sangat kesal.

Lalu menendang motornya.

Seorang bapak-bapak kemudian datang menghampirinya.

 

BAPAK-BAPAK

Kenapa mas??

 

DENI

(Terkejut)... Apa sih! Pada nggak beres orang-orang ini.

 

Lalu Deni menaiki motornya dan pergi.

 

BAPAK-BAPAK

Lah, kenapa dia? Orang ditanyain malah marah-marah, aneh.

 

Bapak itu pergi.

CUT TO

116.  INT. DALAM KAFE- MALAM (21.00)

Kafe sudah harus tutup.

Tetapi Hana, Rena, Riki dan Deni masih berada di kafe.

Hana bersiap untuk mencoba beberapa baju yang baru dia beli.

Hana menyuruh Rena, Riki dan Deni duduk di kursi dan bersiap menilai baju yang dia beli.

 

HANA

Kalian duduk sini bentar ya. Aku mau cobain baju-bajunya. Nanti kalian nilai, cocok apa nggak.

 

Hana masuk ke kamar mandi.

Dia berganti pakaian yang dia beli.

 

RIKI

Apa nggak bisa dirumah aja nyobain bajunya? Udah mau tutup lo ini kafenya.

 

DENI

Nggak tau. Ikutin aja udah.

 

Tak lama Hana keluar dengan pakaian pertama.

 

HANA

Taraa... Gimana? Bagus gak? Cocok gak?(Meminta pendapat)

 

RENA

Waah, bagus bagus(memuji).

 

Deni dan Riki menghiraukan Hana.

Rena melirik ke Deni dan Riki.

 

RENA

Den, Rik!

 

Rena menyuruh Deni dan Riki untuk memuji pakaian Hana.

 

DENI

Wah, bagus. Keren(senyum tidak ikhlas).

 

RIKI

Iya, cocok.

 

HANA

Makasih makasih...(Senang)

 

Hana kembali masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian berikutnya.

JUMP CUT TO

30 menit mereka berada di kafe.

 

DENI

Ren, kasih tau Hana udah malem ini. Ngantuk gue.

 

Riki dan Deni sangat lelah.

 

RIKI

Iya Ren. Kafenya harus tutup.

 

RENA

Tunggu bentar lagi ya. Tinggal satu kok. Beneran. (Merasa nggak enak ke Deni dan Riki).

 

Hana keluar.

Dia memakai sebuah gaun yang sangat indah.

Hana nampak begitu cantik.

Seketika Deni langsung terpesona dengan kecantikan Hana.

Dia terus menatap Hana.

Riki dan Rena pun turut terkejut melihat Hana.

 

RENA

Waaah...(Terkesima)

 

HANA

Kenapa-kenapa?? Nggak cocok ya?

 

RENA

Hana, kamu cantik banget pake baju ini.

 

HANA

Beneran...? Bohong ih(tersenyum tersipu malu).

 

RENA

Beneran. Kamu cocok banget. (Wajah yang nampak jujur).

 

Deni terus menatap Hana.

 

RIKI

Cocok kamu(Hana) pake itu. (Memberi jempol).

 

HANA

Makasih Riki, makasih Rena. Deni, gimana? Bagus gak?

 

Deni hanya terdiam.

Dia tidak bisa memalingkan pandangannya dari Hana.

 

HANA

Ih Deni, malah bengong. Gimana, bagus gak??

 

DENI

Hm? Mm...(Tak bisa berkata-kata)

 

HANA

Udahlah.

 

Hana kemudian masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Tak lama Setelah itu Hana keluar.

 

HANA

Rena, ayo balik. Udah aku cobain semua bajunya.

 

RENA

Oh iya. Ayo.

 

CUT TO

117. EXT. DEPAN KAFE

 

HANA

Deni, Riki, aku balik dulu ya. Mmm... Deni, makasih udah mau temenin belanja tadi.

 

DENI

Iya.

 

RENA

Yaudah, kita balik dulu. Dadah.

 

HANA

Dadah.

 

Hana dan Rena pulang.

 

RIKI

Akhirnya bisa tutup kita.

 

Riki langsung bersiap-siap menutup kafe.

Sementara Deni masih terbayang wajah Hana.

Riki melihat Deni.

 

RIKI

Woi Den...

 

DENI

Cantik ya Hana...(Membayangkan Hana sembari tersenyum)

 

RIKI

Ha? Hana? Kenapa jadi Hana. Ayo bantuin tutup kafenya, malah Hana. Nggak jelas lu.

 

 

DENI

Oh, iya iya. Sorry.

 

CUT TO

FADE IN

118. INT. DALAM GEDUNG – PAGI (08.00)

Deni bersiap menjalani pertandingan pertamanya di turnamen tinju milik Lewis.

Dia datang seorang diri tanpa Riki.

 

DENI

Kali ini gue harus menang. Ini waktunya.

 

Deni sangat percaya diri.

Dia berjalan masuk ke ruang tunggu peserta.

CUT TO 

119. INT. GEDUNG - RUANG TUNGGU PESERTA 

Tak lama Lewis datang dan menghampiri Deni.

 

LEWIS

Woi, jangan kalah sebelum lawan gue. Udah susah-susah gue bikin nih kompetisi, cuma buat bisa ngehajar lo di depan banyak orang, paham?

 

Deni tidak terpancing omongan Lewis.

Dia hanya diam. 

Tak lama panitia datang dan memanggil nama Deni.

Deni pergi menuju ring untuk bertanding.

CUT TO(Area penonton)

Tampak penonton begitu ramai saat ini.

Mereka sudah tak sabar menantikan pertarungan dimulai.

Deni menjadi peserta pertama di hari ke dua.

CUT TO

120. INT. DALAM RING

Deni sudah bersiap.

Begitupun sang lawan.

Tampak wajah Deni sangat serius.

 

WASIT

Bersiap, fight!

 

ACT

Deni tidak terburu-buru untuk melakukan pukulan.

Lawan Deni pun masih menunggu momen.

Kedua petarung sangat hati-hati.

Setelah itu, lawan Deni mencoba memberikan beberapa pukulan.

Deni berhasil menghindar dan menangkis.

Sampai pada suatu momen, Deni melepaskan satu pukulan yang tepat mengenai wajah sang lawan.

Lawan Deni hampir saja terjatuh.

Namun dia masih bertahan.

Deni langsung melepaskan beberapa pukulan.

JUMP CUT TO

3 menit berlalu, pertarungan masih berlangsung.

Deni melihat ada momen untuk menyerang.

Dia pun melayangkan pukulan keras bertubi-tubi.

Pukulan itu berhasil mengenai wajah sang lawan.

Disaat yang bersamaan, bel berbunyi.

Ronde satu selesai.

Mereka duduk disudut masing-masing.

Deni bersiap untuk ronde 2.

Begitupun sang lawan.

Tampak Deni hanya duduk seorang diri tanpa ada tim yang menghampiri.

Sementara lawan Deni tampak diberi instruksi oleh pelatihnya.

Tak lama setelah itu, ronde kedua dimulai.

ACT

Deni langsung agresif di ronde ke 2.

Dia terus berusaha membuat lawannya tidak bisa melakukan serangan, dan memaksanya bertahan.

 

DENI(V.O.)

'Gue harus menang, gue harus menang!'

 

Deni melakukan gerakan seperti ketika di latihannya.

Dia tak ingin asal bergerak seperti di turnamen sebelumnya.

Deni kemudian melihat celah pada pertahanan lawannya.

Dia melepaskan 3 pukulan keras dan berhasil dengan telak mengenai wajah sang lawan.

Lawan Deni terjatuh, dan kali ini dia tak sanggup berdiri.

Wasit menghentikan pertarungan.

Deni memenangkan match pertamanya.

Nampak wajah Deni begitu senang.

 

DENI

Yaa!!(Mengangkat tangannya kearah penonton).


CUT TO 

121. INT. RUANG TUNGGU PESERTA

Deni sedang memasukkan sarung tinju kedalam tas dan bersiap untuk kembali ke kafe.

Tak lama Lewis dan Yuda menghampiri Deni.

 

DENI

Lo lihat kan tadi? Siap-siap aja. Latihan yang keras sebelum lawan gue.

 

LEWIS

Gak perlu latihan kalau cuma lawan lo. Bagi gue serasa lawan anak kecil.

 

DENI

Terserah lu mau ngomong apa. Sekarang gue mau lanjut kerja, udah telat. Inget, jangan kalah sebelum sampai final(kemudian menepuk pundak Lewis).

 

Deni pergi.

Lewis tampak sedikit panas mendengar perkataan Deni.

Dia makin tak sabar ingin menghajar Deni.

 

LEWIS

Yud, nanti jam 1 semua pertandingan udah harus selesai. Hari ini kita ada kelas siang.

 

YUDA

Oke bro. Tenang aja.

 

Lewis dan Yuda pergi.

CUT TO

122. INT. DALAM KAFE – TEMPAT MEMESAN - PAGI(09.00)

Keadaan kafe tidak terlalu ramai.

Riki baru selesai mengantar pesanan.

Setelah itu Deni datang.

Dia terlihat begitu bahagia.

 

DENI

Riki Riki Riki... Teman terbaikku. Gimana kabarmu kawan?

 

Riki heran melihat tingkah Deni.

 

RIKI

Kenapa lu?

 

DENI

Riki kawanku, lo tuh harusnya ikut seneng lihat gue sebahagia ini. Jarang-jarang gue dapet momen kayak gini.

 

RIKI

Ya momennya apaan dulu. Kasih tau gue. Oh... Gue tau. Lo udah jadian kan sama Hana?

 

DENI

Kenapa jadi kesitu sih. Bukan itu.

 

RIKI

Terus apa?

 

DENI

Jadi gini... Barusan, gue habis tanding tinju di kompetisi yang gue daftar kemarin. Dan hasilnya, gue menang di match pertama(menjelaskan dengan semangat). Keren gak??(Sangat senang)

 

RIKI

Yaelah, gue kira apaan tadi.

  

DENI

Betapa bahagianya gue hari ini. Dan ini bisa jadi bukti, kalau selama ini kemampuan gue terus berkembang. Latihan gue berhasil.

 

Riki memberikan nampan ke Deni dengan 4 minuman diatasnya.

 

RIKI

Anterin ke meja nomor 6. Orangnya udah nungguin.

 

DENI

Siap!(Semangat)

 

Deni mengantar pesanan itu.

CUT TO 

123. EXT. TEMPAT PARKIR KAMPUS – SIANG(13.00)

Lewis baru saja sampai di kampus.

Lewis bersiap menuju ke ruang kelasnya.

Tak lama datang seorang wanita menghampirinya.

 

SINDI(MAMA HANA)

Hei hei. Tunggu.

 

Lewis melihat Sindi.

 

LEWIS

Iya?

 

SINDI

Kamu, tau anak yang namanya Hana?

 

LEWIS

Tau. Ada apa ya?

  

SINDI

Saya mamanya Hana. Saya mau anterin makanan ini ke dia. Bisa antar saya ke Hana?

 

LEWIS

Bisa. Mari saya antar.

 

Sindi kemudian berfikir kalau sebaiknya dia tak menemui Hana dulu.

Dia tau Hana masih marah kepadanya.

 

SINDI

Tapi, kayaknya saya minta tolong ke kamu aja. Antar makanan ini ke Hana ya. Bilang dari mamanya.

 

LEWIS

Oh, iya. Habis ini saya langsung kasih ke Hana.

 

SINDI

Makasih. Oh, sama sekalian tolong bilang ke Hana, suruh dia ke restoran kesukaannya nanti malam jam 7.

 

Sindi ingin mengobrol berdua dengan Hana di restoran itu.

 

LEWIS

Iya. Nanti saya sampaikan.

 

Sindi kemudian pergi.

Lewis tidak menyangka bisa bertemu orangtua Hana.

CUT TO

124.  INT. KAMPUS - RUANG KELAS HANA 

Hana sedang berbincang dengan Rena.

Nampak mereka begitu seru bercerita.

 

HANA

Puas aku kemarin kerjain si Deni. Lumayan lah buat bawain belanjaan kita.

 

RENA

Iya. Eh, gimana kalau kita kerjain dia lagi? Biar makin kesel.

 

HANA

Boleh boleh. Nanti aku pikirin dulu mau kerjain dia apa lagi.

 

Dosen masih akan masuk 30 menit lagi.

Tak lama kemudian Lewis masuk ke ruang kelas Hana.

 

LEWIS

Hana.

 

HANA

Iya?

 

LEWIS

Ini, dari mama kamu(memberikan bekal ke Hana). Tadi dia minta tolong buat anterin ke kamu.

 

Hana nampak sedikit terkejut.

 

HANA

Oh, makasih.

  

LEWIS

Sama tadi, mama kamu bilang kalau nanti malam kamu disuruh ke restoran yang biasanya.

 

Hana terlihat masih tidak ingin menemui mamanya.

 

LEWIS

Yaudah, aku pergi dulu.

 

HANA

Iya.

 

Lewis pergi.

 

RENA

Hana, kamu mau kan ketemu sama mama kamu?

 

HANA

Nggak tau Ren. Aku masih kecewa sama mama. Kayaknya aku nggak bakal dateng nanti.

 

RENA

(Menghela nafas). Kalo emang gitu, yaudah gapapa. Tapi, aku harap kamu pikirin lagi ya nanti.

 

HANA

Iya. 


CUT TO

125.  INT. DALAM KAFE

Deni sedang makan.

Keadaan kafe sedang sepi.

 

DENI

Tumben Hana nggak kesini.

 

RIKI

Lagi kuliah mungkin. Tunggu tunggu, gue perhatiin udah dua kali lo nanyain Hana kayak gini. Dulu waktu Hana sakit lo juga nanya kayak gini. Sekarang juga sama. Lo emang sesuka itu sama Hana?

 

DENI

Bukan gitu... kan biasanya kesini dia, aneh aja kalo nggak mampir.

 

RIKI

Enggak enggak. Lo pasti suka sama Hana. Ya kan??

 

DENI

Mending lu makan, biar nggak ngelantur kayak gini omongan lo.

 

RIKI

Ngaku aja udah. Kelihatan jelas.

 

Deni hanya menghela nafas.

 

RIKI

Saran dari gue nih ya, kalo emang lo suka sama si Hana, cepet-cepet dah lo ungkapin. Gue lihat-lihat lo sama Hana emang cocok.

 

DENI

Gue juga pinginnya gitu. Tapi gimana cara ungkapinnya?

 

RIKI

Nah! Akhirnya ngaku. Udah gue duga.

 

DENI

Iya iya. Gue suka sama Hana. Sekarang bantuin gue cari cara buat kasih tau perasaan gue ke dia.

 

RIKI

Untuk masalah itu, kayaknya gue lagi nggak ada saran. Jadi coba lo cari sendiri. Semoga dapet.

 

DENI

Emang cuma lo temen terbaik gue(sedikit kesal). Oh iya, sore nanti gue tinggal bentar ya.

 

RIKI

Mau kemana lagi?

 

DENI

Ada lah.

 

RIKI

Pasti soal Hana ini.

 

DENI

Jangan sok tau.

 

Riki kemudian pergi melayani pembeli yang baru saja datang.

CUT TO 

FADE OUT 

126. EXT. DEPAN KAMPUS – SORE 

Deni duduk diatas motornya sembari menunggu Hana.

JUMP CUT TO

Lama menunggu, Hana datang dari arah belakang Deni.

Dia berjalan mengendap-endap untuk mengejutkan Deni.

 

HANA

Deni!(Menepuk pundak Deni).

 

Deni terkejut.

 

DENI

Kebiasaan nih anak. Ngagetin mulu.

 

HANA

Maaf(Tersenyum). Lagian kamu bengong kayak gitu. Ngapain sih disini sendirian?

  

DENI

Ya nggak ngapa-ngapain. Emang nggak boleh gue disini?

 

HANA

Bukan gitu, aneh aja lihat kamu diem disini sendiri. Ooh, atau jangan-jangan, kamu... Mau jemput aku??

 

DENI

Kepedean amat jadi orang. Yakali gue nungguin lo, mending gue tidur dirumah.

 

HANA

Hmm... Yaudah aku pulang dulu, dadah.

 

DENI

Eh eh, lo pulang sama siapa?

 

HANA

Sama Rena, tuh motornya disana. Dia masih ambil barangnya, ada yang ketinggalan katanya.

 

DENI

Ooh. Yaudah gue balik dulu.

 

HANA

Oke. Dadah.

 

Deni bersiap pergi.

Tak lama datang Lewis dengan mobil sportnya.

 

LEWIS

Hei, Hana.

 

HANA

Oh, iya. Hai.

 

LEWIS

Mau bareng pulang?

 

HANA

Hm? Aku...

 

Deni terlihat tidak senang Lewis menawarkan Hana tumpangan.

Dia menyelat obrolan.

 

DENI

Dia pulang bareng gue. Udah sana pergi lu(Lewis).

 

Deni menarik Hana.

 

HANA

Eh eh...(Bingung)

 

Lewis kesal dengan keberadaan Deni.

 

HANA

Deni, kan aku pulang sama Rena.

 

LEWIS

Hana, bareng aku aja. Ayo.

 

DENI

Woi, nggak denger lo? Hana pulang bareng gue.

 

Keadaan semakin memanas.

Lewis menatap Deni dengan tajam.

Begitupun sebaliknya.

 

HANA

Deni udah, kok marah-marah sih.

 

DENI

Ayo gue anter pulang.

 

HANA

Nggak bisa Deni, aku lagi nunggu Rena.

 

DENI

Soal Rena biar gue yang ngomong ke dia nanti. Sekarang gue anterin lo pulang dulu.

 

Hana akhirnya naik ke motor Deni.

Deni dan Hana pergi.

 

LEWIS

Sial(sangat kesal).

 

Lewis kemudian pergi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)