Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DREAMS AND LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
7. Scene 76-82

76. EXT. DEPAN RUMAH HANA - PAGI

Hana sedang menunggu Rena untuk pergi ke kampus.

Namun Rena tak kunjung datang

Rena tidak bisa dihubungi.

 

HANA

Rena mana ya, kok belum dateng sih. Mana handphonenya nggak aktif lagi.

 

Tak lama Hana keluar membuka pagar.

Secara kebetulan Deni lewat.

Hana melihat Deni.

 

HANA

Deni!!

 

DENI

Eh eh...! (Hampir terjatuh)

 

Deni terkejut.

Dia kemudian berhenti, dan melihat Hana.

 

DENI

Wah. Gak beres nih anak.

 

Deni menghampiri Hana.

Terlihat wajah Deni sedikit kesal.

 

HANA

Deni, anterin gue ke kampus mau gak?

 

DENI

Bisa nggak, sekali aja panggilnya pelan-pelan. Kaget gue. Untung nggak jatoh.

 

HANA

Iya iya maaf. Anterin gue ke kampus mau...?(Berharap)

 

DENI

Nggak bisa. Enak aja.

 

HANA

Deni... Anteriin. Rena nggak bisa dihubungin lo ini. Kayaknya dia udah ke kampus duluan.

 

DENI

Nggak bisa gue. Mau kerja ini.

 

HANA

Denii, pliis...(memasamg wajah sedih)

 

Deni akhirnya luluh dan mau.

 

DENI

Yaudah naik.

 

HANA

Yess. Bentar aku tutup gerbang dulu.

 

Hana menutup gerbang.

Lalu Hana naik ke motor.

Setelah itu mereka pergi.

CUT TO(Motor)

Saat diperjalanan, Rena menelfon Hana.

Hana mengangkat telfon.

CUT TO

77. INT. RUMAH RENA - DAPUR

Rena sedang menyeduh teh di dapur.

 

RENA(ON PHONE)

Halo.

 

CUT TO

78. EXT. MOTOR

 

HANA(ON PHONE)

Rena. Kamu kemana? Kok gak jemput aku? Kamu udah ke kampus duluan?(Sedikit kesal).

 

INTERCUT TELEPON HANA DAN RENA

 

RENA

Ke kampus? Tunggu tunggu. Hari ini kan kita masuk siang. Kamu lupa?

 

HANA

Hah!(Terkejut) Masa sih??

 

RENA

Kamu nggak lihat jadwal yang aku kasih? Kemarin kan udah aku kirim ke kamu.

 

HANA

Astaga, aku nggak lihat. Yaudah kalo gitu, makasih ya Rena.

 

RENA

Iya.

 

CUT TO

Hana menutup telfon.

 

DENI

Kenapa?

 

HANA

Barusan aku telfon Rena. Dia bilang hari ini kelas kita masuk siang.

 

DENI

Lah terus ini gimana? Nggak mungkin dong balik kerumah lo lagi.

 

Mereka hampir sampai di kampus Hana.

 

HANA

Iya iya gue tau. Terus gimana doong??

 

DENI

Ya, gimana...??(Bingung)


CUT TO

79. EXT. DEPAN KAFE – PAGI

Deni memutuskan untuk mengajak Hana ke kafe.

Sebab tak ada pilihan lain.

Mereka baru saja sampai.

Deni memarkir motor.

Mereka turun.

Deni membuka kafe dan kemudian masuk.

CUT TO

80. INT. DALAM KAFE

 

DENI

Duduk sini. Jangan kemana-mana.

 

HANA

Oke.

 

Hana duduk disebuah kursi.

Deni kemudian menata kursi untuk bersiap membuka kafe.

Tak lama Riki datang.

Dia masuk.

Riki sedikit terkejut melihat Hana.

 

RIKI

Kok udah disini? Masih belum buka.

 

HANA

Iya tau. Deni yang ngajak kesini.

 

Riki bingung.

Riki kemudian menghampiri Deni.

 

RIKI

He Den, ngapain dia(Hana) lu ajak kesini?

 

DENI

Panjang ceritanya. Nanti gue jelasin.

 

JUMP CUT TO

Beberapa menit telah berlalu.

Hana terlihat sangat bosan duduk seorang diri.

Kemudian datang seekor kucing menghampirinya.

 

HANA

Eh, haaii...

 

Hana bermain dengan kucing itu.

 

HANA

Sini sini, aku gendong ya.

 

CUT TO

Riki mengambil beberapa daging didalam kulkas.

Dia meletakkan daging dimeja.

Kemudian Riki pergi untuk menyiapkan yang lain.

CUT TO

Hana masih bermain-main dengan kucing.

Tak lama dia merasa kucing itu lapar.

Dia melihat daging di meja.

 

HANA

Kamu pasti laper. Bentar, aku ambilin makanan dulu.

 

Hana mengambil sepotong daging.

Lalu memberikannya ke kucing.


HANA

Ini.

 

Kucing itu memakan daging dengan lahap.

 

HANA

Dihabisin ya. Nanti aku kasih lagi. Masih banyak kok, tenang aja.

 

Hana terlihat senang sekali.

CUT TO

Deni bersiap mengambil daging.


DENI

Rik, mana dagingnya?

 

RIKI

Itu di meja.

 

Deni melihatnya.

Dia mengambil daging itu.

Deni hanya melihat 9 daging.

Sementara stok daging selalu ada 10.

 

DENI

Rik, yang ini?

 

RIKI

Iya. Udah gue taruh situ semua.

 

DENI

Mana yang sepotong?

 

RIKI

 Ya disitu lah.

 

Riki menghampiri Deni.

CUT TO

 

DENI

Cuma 9.


RIKI

Yang bener lu? Tadi udah gue hitung ada 10. Nggak bohong gue.

 

DENI

Ya terus mana yang sepotong?

 

Hana mendengar percakapan Deni dan Riki.

Hana mulai panik.

 

Hana

Hei, kita main diluar aja ya. Bahaya disini(berbisik ke kucing).

 

Hana buru-buru keluar membawa kucing itu.

Deni melihat Hana keluar.

 

DENI

Hei, mau kemana? Hana.

 

Deni melihat daging berceceran dilantai.

 

DENI

Bentar bentar... Ini, kenapa dagingnya berceceran gini??

 

RIKI

Wah Den, bahaya ini kalo pak Jaya lihat.

 

Deni sempat melihat Hana menggendong kucing.

Seketika Deni mengetahui kalau Hana yang mengambil daging itu untuk diberikan ke kucing.

 

DENI

Hana, masuk(mulai kesal dan nampak marah).

 

CUT TO(Depan kafe) 

Hana takut kena marah Deni.

CUT TO(Dalam kafe)

Hana kemudian masuk.

Dia meninggalkan kucing diluar.

 

HANA

Mm, iya?(Deg-degan)

 

Deni mengambil daging yang ada dilantai.

 

DENI

Ini lo yang ambil?

 

HANA

Hm? Mmm... Tadi... Itu, kucingnya laper, kasihan. Jadi, aku ambilin daging di meja. Maaf...(Tertunduk).

 

DENI

Lo kan tau ini buat dijual(mulai kesal), masa lo ambil. Gimana sih(sedikit marah). Harus ganti rugi gue kalo udah gini.

 

Hana nampak ingin menangis.

Dia menahan air matanya.

Sementara Deni terlihat ingin marah, namun dia menahannya.

 

RIKI

Den Den, udah.

 

HANA

Maaf...(Sangat merasa bersalah)

 

Riki mencoba menenangkan Deni.

 

RIKI

Lo lanjutin yang lain, biar gue bersihin ini.

 

Deni pergi.

 

RIKI

Hana, kamu duduk aja ya.

 

HANA

Iya(menahan air matanya).

 

Hana benar-benar merasa bersalah.

JUMP CUT TO

Tak berselang lama, Deni dan Riki selesai menyiapkan semuanya.

Kafe pun buka.

CUT TO(Tempat memesan)

 

RIKI

Den, lo nggak kasihan apa lihat Hana. Habis lo marahin kayak gitu tadi.

 

DENI

Biarin aja udah. Masih pagi bikin masalah tuh anak.

 

RIKI

Yaelah Den, namanya juga cewek. Jangan gitu lah. Kan lo yang ajak dia kesini.

 

CUT TO(Meja pembeli)

Hana menatap kearah luar jendela.

Dia benar-benar merasa bosan.

CUT TO(Tempat Memesan)

Deni kemudian melihat Hana.

Dia mulai merasa kasihan ke Hana sebab telah memarahinya.

CUT TO(Meja pembeli)

 

HANA

Bosen banget. (Lalu mengecek hp hp nya). Rena kok nggak bisa dihubungi lagi ya.

 

CUT TO(Dapur kafe)

Deni membuatkan minum dan membawakan sedikit camilan untuk Hana.

Dia mengantar makanan itu ke Hana.

Saat Deni mengantar makanan ke Hana, Deni terdiam sesaat.

Dia seketika terpesona ketika melihat wajah Hana yang begitu cantik.

Hampir 3 menit Deni diam sambil menatap Hana dengan tersenyum.

CUT TO(Tempat memesan)

Riki melihat Deni.

 

RIKI

Kenapa tuh anak. Tiba-tiba bengong.

 

Riki menghampiri Deni.

CUT TO

 

RIKI

Den, Deni... Waah kesambet ini sih. Den!(Menepuk pundak Deni)

 

DENI

Woi!! Astaga, apasih!? Ngagetin aja lu ya.

 

Deni sangat terkejut.

 

RIki

Ya lu lagian. Katanya mau nganterin makanan ke Hana. Malah bengong. Kenapa? Lihat hantu?

 

DENI

Enggak, nggak papa.

 

Deni langsung menghampiri Hana.

CUT TO(Meja pembeli)

 

DENI

Nih(memberikan minum dan camilan).

 

HANA

Buat aku?

 

DENI

Iya.

 

HANA

Beneran?

 

DENI

Iyaa. Udah dimakan.

 

HANA

Makasih. (Masih merasa tak enak ke Deni).

 

Deni bersiap kembali ke Riki.

Hana menahannya.

 

HANA

Deni, bisa duduk sini bentar nggak?

 

DENI

Nggak bisa. Ntar kena marah lagi gue.

 

HANA

Bentar aja(memaksa). Nggak lama kok.

 

Deni duduk.

 

DENI

Apa?

 

HANA

Gue... Mau minta maaf soal daging yang tadi. Gue tau gue salah. Harusnya gue nggak lakuin itu.

 

Hana mengambil uang di sakunya.

Kemudian dia berikan ke Deni.

 

HANA

Ini. Buat ganti daging yang tadi.

 

DENI

Udah, jangan dipikirin. Lupain aja.

 

HANA

Ambil aja Deni. Gue nggak enak sama lo. Gue udah bikin ulah.

 

DENI

Nggak usah, nggak papa.

 

HANA

Beneran??

 

DENI

Iya.

 

Hana memasukkan uang itu kedalam sakunya lagi.

 

HANA

Jadii, lo udah nggak marah lagi sama gue?

  

DENI

Nagapain juga gue marah.

 

Hana merasa lega Deni tidak marah lagi.

 

HANA

(Lega). Kalo gini gue jadi tenang(tersenyum). Gue makan ya ini.

 

DENI

Iya.

 

Deni senang bisa melihat Hana tersenyum saat ini.

Hana memakan makanan yang diberi Deni.

CUT TO

81. INT. DALAM RUMAH LEWIS 

Lewis sedang berkumpul bersama Yuda dan Toni.

Dia merencanakan sesuatu.


LEWIS

Yud, habis ini lo bantuin gue buat poster. gue mau bikin turnamen tinju.

 

YUDA

Hah!(Terkejut). Yang bener lu bro. Kok tiba-tiba kayak gini.

 

LEWIS

Gue harus tanding lawan si Deni. Gue akan serius kali ini.

 

YUDA

Apa nggak sebaiknya lo pikirin dulu? Masalahnya, lo bakal bikin sebuah kompetisi, udah pasti bakal banyak biayanya.

 

LEWIS

Soal itu nggak ada masalah, udah gue pikirin dari jauh-jauh hari. Yang penting lo sama Toni bantuin gue.

 

YUDA

Okelah. Kalo emang lo bener mau bikin nih kompetisi, nanti gue bantu buatin posternya sama Toni.

 

LEWIS

Kelas masih lama?

 

TONI

Masih. Tiga jam lagi kayaknya.


YUDA

Tumben semangat pingin kuliah. Biasanya paling males lu bro(bercanda).

 

LEWIS

Gue semangat karena pingin ketemu Hana, bukan kuliah.

 

YUDA

Ooh, pantesan.

 

LEWIS

Yaudah, gue mandi dulu. Kalian kalau mau makan ambil aja di belakang.

 

YUDA

Siap aman.

 

CUT TO 

82. INT. DALAM KAFE – MEJA PEMBELI

Deni dan Hana masih berbincang.

 

HANA

Deni, gue mau bantuin lo kerja boleh?

 

DENI

Nggak bisa, duduk aja disini. Kemarin lo kan habis masuk rumah sakit. Jadi, lo nggak boleh kecapekan.

 

HANA

(Menghela nafas)... Sebenernya, kemaren gue pingsan bukan karena capek sama aktivitas gue.

 

DENI

Maksudnya?

 

HANA

Gue itu pingsan karena pikiran gue yang capek. Bayangin aja cobak, setiap kali orangtua gue pulang kerja selalu aja berantem, nggak pernah baik-baik aja.

 

DENI

Masalah apaan emang sampai tiap hari gitu?

 

HANA

Ya nggak tau. Padahal paginya mereka baik-baik aja, nggak tau kenapa setiap pulang kerja selalu ada masalah yang muncul diantara mereka. Gue nggak tau harus gimana.

 

Lanjut Hana bercerita.

 

HANA

Mungkin, kebanyakan orang lihat gue hidupnya bahagia karena keluarga gue kaya, tapi kenyataannya nggak gitu.

 

Deni terus mendengarkan curahan hati Hana.

 

HANA

Selama ini gue kuat-kuatin denger mereka berantem. Dan akhirnya kemarin pikiran gue udah nggak kuat.

 

Deni tampak tidak tega.

 

DENI

Saran dari gue sih, coba lo tanya ke mereka apa masalahnya sampai berantem gitu. siapa tau mereka cerita.

 

HANA

Udah, gue udah coba tanya. Tapi mereka cuma bilang nggak ada apa-apa, cuma masalah kecil.

 

DENI

Susah sih kalo gitu.

 

HANA

Yaa gitulah kehidupan gue.

 

Riki menghampiri Deni.

 

RIKI

Den!

 

DENI

Apa?

 

RIKI

Bantuin, udah rame ini. Malah duduk.

 

DENI

Oh, ok. Hana, gue kerja dulu ya. Tunggu bentar.

 

HANA

Iya.

 

Deni langsung pergi melayani pembeli.

Hana kembali duduk sendiri.

CUT TO(Tempat memesan)

Deni melihat kearah Hana.

Hana terlihat sedih, dia teringat saat kedua orangtuanya bertengkar.

Deni kemudian kembali menghampiri Hana.

CUT TO(Meja pembeli)

 

DENI

Hei, mau bantu?

 

HANA

Mau. Boleh emangnya?

 

DENI

Boleh. Ayo.

 

HANA

Yess. (Sangat bersemangat)

 

Terlihat wajah Hana sangat bahagia sekali bisa membantu Deni.

CUT TO(Meja Pembeli)

Deni mengajari Hana untuk melayani pembeli.

Deni tak sengaja menatap wajah Hana.

Lagi-lagi dia terpesona melihat wajah cantik Hana.

 

DENI

Astaga... Fokus fokus!

 

CUT TO(Tempat memesan)

Riki melihat Deni dan Hana seperti sepasang kekasih.

 

RIKI

Emang jodoh kayaknya mereka ini.

 

JUMP CUT TO

Satu jam berlalu, Hana dan Deni selesai melayani pembeli.

Mereka kembali duduk.

 

HANA

Ternyata, jadi barista gampang ya. Gue kira ribet.

 

DENI

Gimana nggak gampang, orang lo cuma ngelihatin doang.

 

HANA

Deni, itu namanya mempelajari. Nggak paham sih lo.

 

DENI

Yaudah, minum dulu biar nggak capek.

 

Hana minum.

 

DENI

Sekarang lo duduk aja disini, gue mau lanjut kerja dulu. Bentar lagi gue anterin ke kampus.

 

HANA

Oke. Semangat!

 

Deni tersenyum.

Dia lanjut bekerja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)