77. EXT. DEPAN RUMAH HANA
Hana sedang menunggu Rena untuk pergi ke kampus.
Namun Rena tak kunjung datang
Rena tidak bisa dihubungi sedari tadi.
HANA
Rena mana ya, kok belum dateng sih. Mana handphonenya nggak aktif lagi.
Tak lama Hana keluar membuka pagar.
Secara kebetulan Deni lewat.
Hana melihat Deni.
HANA
Denii!!
DENI
Eh eh...! (Hampir terjatuh)
Deni terkejut.
Deni kemudian berhenti.
DENI
Wah. Apasih maunya tuh anak, suka bener ngagetin gue.
Deni menghampiri Hana.
Terlihat wajah Deni sedikit kesal.
HANA
Deni, anterin gue ke kampus mau gak?
DENI
Bisa nggak, sekalii aja panggilnya pelan-pelan. Jangan ngagetin kayak gitu. Kalo gue jatoh tadi gimana coba.
HANA
Iya iya maaf. Anterin gue ke kampus yaa...(Memohon)
DENI
Nggak bisa. Enak aja.
HANA
Deni... Anteriin. Rena nggak bisa dihubungin lo ini. Kayaknya dia udah ke kampus duluan.
DENI
Nggak bisa gue. Mau kerja.
HANA
Denii, pliis...(memasamg wajah sedih)
Deni akhirnya luluh dan mau.
DENI
Yaudah naik.
HANA
Yess. Bentar aku tutup gerbang dulu.
Hana menutup gerbang.
Lalu Hana naik ke motor.
Setelah itu mereka pergi.
CUT TO(Motor)
Saat diperjalanan, Rena menelfon Hana.
Hana mengangkat telfon.
CUT TO
78. INT. RUMAH RENA - DAPUR
Rena sedang bikin teh di dapurnya.
RENA(ON PHONE)
Halo.
CUT TO
79. EXT. MOTOR
HANA(ON PHONE)
Rena, kamu kemana? Kok gak jemput aku? Kamu udah ke kampus duluan ya?(Sedikit kesal).
INTERCUT TELEPON HANA DAN RENA
RENA
Hana, kan hari ini jadwal kita masuk siang, kamu lupa?
HANA
Hah!(Terkejut) Masa sih??
RENA
Kamu nggak lihat jadwal yang aku kasih? Kemarin kan udah aku kirim ke kamu.
HANA
Astaga, aku nggak lihat. Yaudah kalo gitu, makasih ya.
RENA
Iya.
CUT TO
Hana menutup telfon.
DENI
Kenapa?
HANA
Barusan aku telfon Rena, dia bilang hari ini kelas kita masuk siang.
DENI
Lah terus ini gimana? Nggak mungkin dong balik kerumah lo lagi, gue mau kerja ini. Udah telat.
Mereka sudah hampir sampai ke kampus Hana.
HANA
Iya iya gue tau. Terus gimana doong??
DENI
Ya, gimana...(Bingung)
CUT TO
80. EXT. DEPAN KAFE – PAGI
Deni memutuskan untuk mengajak Hana ke kafe.
Deni memarkir motor.
Mereka turun.
Deni membuka kafe dan kemudian masuk.
CUT TO
81. INT. DALAM KAFE
DENI
Duduk sini, jangan kemana-mana.
HANA
Oke.
Hana duduk disebuah kursi.
Deni kemudian menata kursi untuk bersiap membuka kafe.
Tak lama Riki datang.
RIKI
Kok udah disini? Masih belum buka kafenya.
HANA
Iya tau. Deni yang ngajak kesini.
Riki bingung.
Riki kemudian menghampiri Deni.
RIKI
He Den, ngapain dia(Hana) lu ajak kesini?
DENI
Panjang ceritanya. Nanti aja gue jelasin.
JUMP CUT TO
Beberapa menit telah berlalu.
Hana terlihat sangat bosan duduk seorang diri.
Kemudian datang seekor kucing menghampirinya.
HANA
Eh, haaii...
Hana bermain dengan kucing itu.
HANA
Sini sini, aku gendong.
CUT TO
Riki mengambil beberapa daging didalam kulkas.
Dia meletakkan daging dimeja.
Kemudian Riki pergi untuk menyiapkan yang lainnya.
CUT TO
Hana melihat daging itu.
HANA
Kamu pasti laper. Bentar ya, aku ambilin makanan dulu.
Hana mengambil sepotong daging itu.
Lalu memberikannya ke kucing.
HANA
Ini, ayo dimakan.
Kucing itu memakan daging dengan lahap.
HANA
Dihabisin ya. Nanti aku kasih lagi. Masih banyak kok.
Hana terlihat senang sekali.
CUT TO
DENI
Rik, mana dagingnya?
RIKI
Itu di meja.
Deni mengambil daging itu.
Deni melihat ada 9 daging.
Stok daging selalu ada 10.
Deni bingung.
DENI
Rik, yang ini?
RIKI
Iya. Udah gue taruh situ semua.
DENI
Mana yang sepotong?
RIKI
Ya disitu lah.
Riki menghampiri Deni.
CUT TO
DENI
Cuma 9 ini. Lo lihat aja sendiri.
RIKI
Yang bener lu? Tadi udah gue hitung ada 10 perasaan. Nggak bohong gue.
DENI
Ya terus mana yang sepotong?
Hana mendengar percakapan Deni dan Riki.
Dia mendengar apa yang dibicarakan Deni dan Riki.
Hana mulai panik.
Hana
Hei, kita main diluar aja ya. Bahaya disini(berbisik ke kucing).
Hana buru-buru keluar membawa kucing itu.
Deni melihat Hana keluar.
DENI
Hana, mau kemana?
Deni melihat daging berceceran dilantai.
DENI
Bentar bentar... Ini, kenapa dagingnya bececeran gini??
RIKI
Wah Den, bahaya ini kalo pak Jaya lihat.
Deni sempat melihat Hana menggendong kucing.
Seketika Deni mengetahui kalau Hana yang mengambil daging itu untuk diberikan ke kucing.
DENI
Hana, masuk(mulai kesal dan nampak marah).
CUT TO(Depan kafe)
Hana takut kena marah Deni.
CUT TO(Dalam kafe)
Hana masuk.
Dia meninggalkan kucing diluar.
HANA
Mm, iya? Kenapa Deni...?(Deg-degan)
Deni mengambil daging yang ada dilantai.
DENI
Ini lo yang ambil?
HANA
Hm? Mmm... Tadi... Itu, kucingnya laper, kasihan. Jadi, aku ambilin daging di meja. Maaf...(Tertunduk).
DENI
Lo kan tau ini buat dijual(mulai kesal), masa lo ambil. Gimana sih(sedikit marah). Gue harus ganti rugi kalo udah gini.
Hana nampak ingin menangis.
Dia menahan air matanya.
Sementara Deni terlihat ingin marah, namun dia menahannya.
RIKI
Den Den, udah.
HANA
Maaf...(Sangat merasa bersalah)
Riki mencoba menenangkan Deni.
RIKI
Lo lanjutin yang lain, biar gue bersihin ini.
Deni pergi.
RIKI
Hana, kamu duduk aja ya.
HANA
Iya(menahan air matanya).
Hana benar-benar merasa bersalah.
JUMP CUT TO
Tak berselang lama, Deni dan Riki selesai menyiapkan semuanya.
Kafe pun buka.
CUT TO(Tempat memesan)
RIKI
Den, lo nggak kasihan apa lihat Hana. Habis lo marahin kayak gitu tadi.
DENI
Biarin aja udah. Masih pagi bikin masalah tuh anak.
RIKI
Yaelah Den, namanya juga perempuan. Jangan gitu lah. Kan lo yang ajak dia kesini.
CUT TO(Meja pembeli)
Hana menatap kearah luar jendela.
Dia benar-benar merasa bosan.
CUT TO(Tempat Memesan)
Deni kemudian melihat Hana.
Dia mulai merasa kasihan ke Hana sebab telah memarahinya tadi.
CUT TO(Meja pembeli)
HANA
Bosen banget. Rena kok nggak bisa dihubungi lagi ya.
CUT TO(Dapur kafe)
Deni membuatkan minum dan membawakan sedikit camilan untuk Hana.
Dia mengantar makanan itu ke Hana.
Saat Deni mengantar makanan ke Hana, Deni terdiam sesaat.
Dia seketika terpesona ketika melihat wajah Hana yang begitu cantik.
Hampir 3 menit Deni diam sambil menatap Hana dengan tersenyum.
CUT TO(Tempat memesan)
Riki melihat Deni.
RIKI
Kenapa tuh anak. Tiba-tiba bengong.
Riki menghampiri Deni.
CUT TO
RIKI
Den, Deni... Waah kesambet nih anak. Den!(Menepuk pundak Deni)
DENI
Woi!! Astaga, kaget gue. Apasih!? Hampir aja tumpah nih minuman.
Deni sangat terkejut.
RIki
Ya lu lagian. Malah bengong. Kenapa lu? Lihat hantu?
DENI
Enggak, nggak papa.
Deni langsung menghampiri Hana.
CUT TO(Meja pembeli)
DENI
Nih(memberikan minum dan camilan).
HANA
Buat aku?
DENI
Iya.
HANA
Beneran?
DENI
Iyaa. Udah dimakan.
HANA
Makasih. (Masih merasa tak enak ke Deni).
Deni bersiap kembali ke Riki.
Hana menahannya.
HANA
Deni, bisa kesini bentar?
DENI
Nanti aja, lagi kerja ini.
HANA
Sini dulu bentar...(Menarik Deni).
Deni duduk.
DENI
Apa?
HANA
Gue... Mau minta maaf soal daging tadi. Gue tau gue salah. Harusnya gue nggak lakuin itu.
Hana mengambil uang di sakunya.
Kemudian dia berikan ke Deni.
HANA
Ini. Buat ganti daging yang tadi.
DENI
Udahlah, jangan dipikirin. Lupain aja.
HANA
Denii, ambil aja. Gue nggak enak sama lo. Gue udah bikin ulah.
DENI
Nggak papa. Namanya juga nggak sengaja.
HANA
Beneran??
DENI
Iya.
Hana memasukkan uang itu kedalam sakunya lagi.
HANA
Jadii, lo udah nggak marah lagi sama gue?
DENI
Nagapain juga gue marah.
Hana merasa lega Deni tidak marah lagi.
HANA
(Lega). Kalo gini gue jadi tenang(tersenyum). Gue makan ya ini.
DENI
Iya.
Deni senang bisa melihat Hana tersenyum saat ini.
Hana memakan makanan yang diberi Deni.
CUT TO
82. INT. DALAM RUMAH LEWIS
Lewis sedang berkumpul bersama Yuda dan Toni.
Dia merencanakan sesuatu.
LEWIS
Yud, habis ini lo bantuin gue bikin poster. gue mau bikin turnamen tinju.
YUDA
Hah!(Terkejut). Yang bener lu bro. Kok tiba-tiba kayak gini.
LEWIS
Gue harus tanding lawan si Deni. Gue akan serius di turnamen ini.
YUDA
Apa nggak sebaiknya lo pikirin dulu? Masalahnya, lo bakal bikin sebuah kompetisi, udah pasti bakal banyak biayanya.
LEWIS
Soal itu nggak ada masalah, udah gue pikirin dari jauh-jauh hari. Yang penting lo sama Toni bantuin gue.
YUDA
Okelah. Kalo emang lo bener mau bikin nih kompetisi, nanti gue bantu buatin posternya sama Toni.
LEWIS
Kelas masih lama?
TONI
Masih. Tiga jam lagi kayaknya.
YUDA
Tumben semangat pingin kuliah. Biasanya paling males lu bro(bercanda).
LEWIS
Gue semangat karena pingin ketemu Hana, bukan kuliah.
YUDA
Yaelah, pantesan aja.
LEWIS
Yaudah, gue mandi dulu. Kalian kalau mau makan ambil aja di belakang.
YUDA
Siap aman.
CUT TO
83. INT. DALAM KAFE – MEJA PEMBELI
Deni dan Hana masih berbincang.
HANA
Deni, gue mau bantuin lo kerja boleh?
DENI
Eh jangan. Kan lo kemarin habis masuk rumah sakit karena kecapekan.
HANA
(Menghela nafas)... Sebenernya, kemaren gue pingsan bukan karena capek sama aktivitas gue.
DENI
Terus?
HANA
Gue pingsan karena pikiran gue yang capek. Bayangin aja cobak, setiap kali orangtua gue pulang kerja selalu aja berantem, nggak pernah baik-baik aja.
DENI
Masalah apaan emang sampai tiap hari gitu?
HANA
Ya nggak tau. Padahal paginya mereka baik-baik aja, nggak tau kenapa setiap pulang kerja selalu aja ada masalah yang muncul diantara mereka. Gue nggak tau harus gimana.
Lanjut Hana bercerita.
HANA
Mungkin, kebanyakan orang lihat gue hidupnya bahagia karena keluarga gue kaya, tapi kenyataannya nggak gitu.
Deni terus mendengarkan curahan hati Hana.
HANA
Selama ini gue kuat-kuatin denger mereka berantem. Dan akhirnya kemarin pikiran gue udah nggak kuat.
Deni tampak tidak tega.
DENI
Saran dari gue sih, coba lo tanya ke mereka apa masalahnya sampai berantem gitu. siapa tau mereka cerita.
HANA
Udah, gue udah coba tanya. Tapi mereka cuma bilang nggak ada apa-apa, cuma masalah kecil.
DENI
Susah sih kalo gitu.
HANA
Yaa gitulah kehidupan gue.
Riki menghampiri Deni.
RIKI
Den!
DENI
Apa?
RIKI
Bantuin, udah rame ini. Malah duduk.
DENI
Oh, ok. Hana, gue kerja dulu ya. Tunggu bentar.
HANA
Iya.
Deni langsung pergi melayani pembeli.
Hana kembali duduk sendiri.
CUT TO(Tempat memesan)
Deni melihat kearah Hana.
Hana terlihat sedih, dia teringat saat kedua orangtuanya bertengkar.
Deni kemudian kembali menghampiri Hana.
CUT TO(Meja pembeli)
DENI
Hei, mau bantu?
HANA
Mau. Boleh emangnya?
DENI
Boleh. Ayo.
HANA
Oke. (Sangat bersemangat)
Terlihat wajah Hana sangat bahagia sekali bisa membantu Deni.
CUT TO(Meja Pembeli)
Deni mengajari Hana untuk melayani pembeli.
Deni tak sengaja menatap wajah Hana.
Lagi-lagi dia terpesona melihat wajah cantik Hana.
DENI
Astaga... Fokus fokus!
CUT TO(Tempat memesan)
Riki melihat Deni dan Hana seperti sepasang kekasih.
RIKI
Emang jodoh kayaknya mereka ini.
JUMP CUT TO
Satu jam berlalu, Hana dan Deni selesai melayani pembeli.
Mereka kembali duduk.
HANA
Ternyata, jadi barista gampang ya. Gue kira ribet.
DENI
Gimana nggak gampang, orang lo cuma ngelihatin doang.
HANA
Deni, itu namanya mempelajari. Nggak paham sih lo.
DENI
Yaudah, minum dulu biar nggak capek.
Hana minum.
DENI
Sekarang lo duduk aja disini, gue mau lanjut kerja dulu. Bentar lagi gue anterin ke kampus.
HANA
Oke. Semangat!
Deni tersenyum.
Dia lanjut bekerja.