Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DREAMS AND LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
7. Scene 77-83

77. EXT. DEPAN RUMAH HANA

Hana sedang menunggu Rena untuk pergi ke kampus.

Namun Rena tak kunjung datang

Rena tidak bisa dihubungi sedari tadi.

 

HANA

Rena mana ya, kok belum dateng sih. Mana handphonenya nggak aktif lagi.

 

Tak lama Hana keluar membuka pagar.

Secara kebetulan Deni lewat.

Hana melihat Deni.

 

HANA

Denii!!

 

DENI

Eh eh...! (Hampir terjatuh)

 

Deni terkejut.

Deni kemudian berhenti.

 

DENI

Wah. Apasih maunya tuh anak, suka bener ngagetin gue.

 

Deni menghampiri Hana.

Terlihat wajah Deni sedikit kesal.

 

HANA

Deni, anterin gue ke kampus mau gak?

 

DENI

Bisa nggak, sekalii aja panggilnya pelan-pelan. Jangan ngagetin kayak gitu. Kalo gue jatoh tadi gimana coba.

 

HANA

Iya iya maaf. Anterin gue ke kampus yaa...(Memohon)

 

DENI

Nggak bisa. Enak aja.

 

HANA

Deni... Anteriin. Rena nggak bisa dihubungin lo ini. Kayaknya dia udah ke kampus duluan.

 

DENI

Nggak bisa gue. Mau kerja.

 

HANA

Denii, pliis...(memasamg wajah sedih)

 

Deni akhirnya luluh dan mau.

 

DENI

Yaudah naik.

 

HANA

Yess. Bentar aku tutup gerbang dulu.

 

Hana menutup gerbang.

Lalu Hana naik ke motor.

Setelah itu mereka pergi.

CUT TO(Motor)

Saat diperjalanan, Rena menelfon Hana.

Hana mengangkat telfon.

CUT TO

78. INT. RUMAH RENA - DAPUR

Rena sedang bikin teh di dapurnya.

 

RENA(ON PHONE)

Halo.

 

CUT TO

79. EXT. MOTOR

 

HANA(ON PHONE)

Rena, kamu kemana? Kok gak jemput aku? Kamu udah ke kampus duluan ya?(Sedikit kesal).

 

INTERCUT TELEPON HANA DAN RENA

 

RENA

Hana, kan hari ini jadwal kita masuk siang, kamu lupa?

 

HANA

Hah!(Terkejut) Masa sih??

 

RENA

Kamu nggak lihat jadwal yang aku kasih? Kemarin kan udah aku kirim ke kamu.

 

HANA

Astaga, aku nggak lihat. Yaudah kalo gitu, makasih ya.

 

RENA

Iya.

 

CUT TO

Hana menutup telfon.

 

DENI

Kenapa?

 

HANA

Barusan aku telfon Rena, dia bilang hari ini kelas kita masuk siang.

 

DENI

Lah terus ini gimana? Nggak mungkin dong balik kerumah lo lagi, gue mau kerja ini. Udah telat.

 

Mereka sudah hampir sampai ke kampus Hana.

 

HANA

Iya iya gue tau. Terus gimana doong??

 

DENI

Ya, gimana...(Bingung)

CUT TO

80. EXT. DEPAN KAFE – PAGI

Deni memutuskan untuk mengajak Hana ke kafe.

Deni memarkir motor.

Mereka turun.

Deni membuka kafe dan kemudian masuk.

CUT TO

81. INT. DALAM KAFE

 

DENI

Duduk sini, jangan kemana-mana.

 

HANA

Oke.

 

Hana duduk disebuah kursi.

Deni kemudian menata kursi untuk bersiap membuka kafe.

Tak lama Riki datang.

 

RIKI

Kok udah disini? Masih belum buka kafenya.

 

HANA

Iya tau. Deni yang ngajak kesini.

 

Riki bingung.

Riki kemudian menghampiri Deni.

 

RIKI

He Den, ngapain dia(Hana) lu ajak kesini?

 

DENI

Panjang ceritanya. Nanti aja gue jelasin.

 

 JUMP CUT TO

Beberapa menit telah berlalu.

Hana terlihat sangat bosan duduk seorang diri.

Kemudian datang seekor kucing menghampirinya.

 

HANA

Eh, haaii...

 

Hana bermain dengan kucing itu.

 

HANA

Sini sini, aku gendong.

 

CUT TO

Riki mengambil beberapa daging didalam kulkas.

Dia meletakkan daging dimeja.

Kemudian Riki pergi untuk menyiapkan yang lainnya.

CUT TO

Hana melihat daging itu.

 

HANA

Kamu pasti laper. Bentar ya, aku ambilin makanan dulu.

 

Hana mengambil sepotong daging itu.

Lalu memberikannya ke kucing.


HANA

Ini, ayo dimakan.

 

Kucing itu memakan daging dengan lahap.

 

HANA

Dihabisin ya. Nanti aku kasih lagi. Masih banyak kok.

 

Hana terlihat senang sekali.

CUT TO

 

DENI

Rik, mana dagingnya?

 

RIKI

Itu di meja.

 

Deni mengambil daging itu.

Deni melihat ada 9 daging.

Stok daging selalu ada 10.

Deni bingung.

 

DENI

Rik, yang ini?

 

RIKI

Iya. Udah gue taruh situ semua.

 

DENI

Mana yang sepotong?

 

RIKI

 Ya disitu lah.

 

Riki menghampiri Deni.

CUT TO

 

DENI

Cuma 9 ini. Lo lihat aja sendiri.

 

RIKI

Yang bener lu? Tadi udah gue hitung ada 10 perasaan. Nggak bohong gue.

 

DENI

Ya terus mana yang sepotong?

 

Hana mendengar percakapan Deni dan Riki.

Dia mendengar apa yang dibicarakan Deni dan Riki.

Hana mulai panik.

 

Hana

Hei, kita main diluar aja ya. Bahaya disini(berbisik ke kucing).

 

Hana buru-buru keluar membawa kucing itu.

Deni melihat Hana keluar.

 

DENI

Hana, mau kemana?

 

Deni melihat daging berceceran dilantai.

 

DENI

Bentar bentar... Ini, kenapa dagingnya bececeran gini??

 

RIKI

Wah Den, bahaya ini kalo pak Jaya lihat.

 

Deni sempat melihat Hana menggendong kucing.

Seketika Deni mengetahui kalau Hana yang mengambil daging itu untuk diberikan ke kucing.

 

DENI

Hana, masuk(mulai kesal dan nampak marah).

 

CUT TO(Depan kafe) 

Hana takut kena marah Deni.

CUT TO(Dalam kafe)

Hana masuk.

Dia meninggalkan kucing diluar.

 

HANA

Mm, iya? Kenapa Deni...?(Deg-degan)

 

Deni mengambil daging yang ada dilantai.

 

DENI

Ini lo yang ambil?

 

HANA

Hm? Mmm... Tadi... Itu, kucingnya laper, kasihan. Jadi, aku ambilin daging di meja. Maaf...(Tertunduk).

 

DENI

Lo kan tau ini buat dijual(mulai kesal), masa lo ambil. Gimana sih(sedikit marah). Gue harus ganti rugi kalo udah gini.

 

Hana nampak ingin menangis.

Dia menahan air matanya.

Sementara Deni terlihat ingin marah, namun dia menahannya.

 

RIKI

Den Den, udah.

 

HANA

Maaf...(Sangat merasa bersalah)

 

Riki mencoba menenangkan Deni.

 

RIKI

Lo lanjutin yang lain, biar gue bersihin ini.

 

Deni pergi.

 

RIKI

Hana, kamu duduk aja ya.

 

HANA

Iya(menahan air matanya).

 

Hana benar-benar merasa bersalah.

JUMP CUT TO

Tak berselang lama, Deni dan Riki selesai menyiapkan semuanya.

Kafe pun buka.

CUT TO(Tempat memesan)

 

RIKI

Den, lo nggak kasihan apa lihat Hana. Habis lo marahin kayak gitu tadi.

 

DENI

Biarin aja udah. Masih pagi bikin masalah tuh anak.

 

RIKI

Yaelah Den, namanya juga perempuan. Jangan gitu lah. Kan lo yang ajak dia kesini.

 

CUT TO(Meja pembeli)

Hana menatap kearah luar jendela.

Dia benar-benar merasa bosan.

CUT TO(Tempat Memesan)

Deni kemudian melihat Hana.

Dia mulai merasa kasihan ke Hana sebab telah memarahinya tadi.

CUT TO(Meja pembeli)

 

HANA

Bosen banget. Rena kok nggak bisa dihubungi lagi ya.

 

CUT TO(Dapur kafe)

Deni membuatkan minum dan membawakan sedikit camilan untuk Hana.

Dia mengantar makanan itu ke Hana.

Saat Deni mengantar makanan ke Hana, Deni terdiam sesaat.

Dia seketika terpesona ketika melihat wajah Hana yang begitu cantik.

Hampir 3 menit Deni diam sambil menatap Hana dengan tersenyum.

CUT TO(Tempat memesan)

Riki melihat Deni.

 

RIKI

Kenapa tuh anak. Tiba-tiba bengong.

 

Riki menghampiri Deni.

CUT TO

 

RIKI

Den, Deni... Waah kesambet nih anak. Den!(Menepuk pundak Deni)

 

DENI

Woi!! Astaga, kaget gue. Apasih!? Hampir aja tumpah nih minuman.

 

Deni sangat terkejut.

 

RIki

Ya lu lagian. Malah bengong. Kenapa lu? Lihat hantu?

 

DENI

Enggak, nggak papa.

 

Deni langsung menghampiri Hana.

CUT TO(Meja pembeli)

 

DENI

Nih(memberikan minum dan camilan).

 

HANA

Buat aku?

 

DENI

Iya.

 

HANA

Beneran?

 

DENI

Iyaa. Udah dimakan.

 

HANA

Makasih. (Masih merasa tak enak ke Deni).

 

Deni bersiap kembali ke Riki.

Hana menahannya.

 

HANA

Deni, bisa kesini bentar?

 

DENI

Nanti aja, lagi kerja ini.

 

HANA

Sini dulu bentar...(Menarik Deni).

 

Deni duduk.

 

DENI

Apa?

 

HANA

Gue... Mau minta maaf soal daging tadi. Gue tau gue salah. Harusnya gue nggak lakuin itu.

 

Hana mengambil uang di sakunya.

Kemudian dia berikan ke Deni.

 

HANA

Ini. Buat ganti daging yang tadi.

 

DENI

Udahlah, jangan dipikirin. Lupain aja.

 

HANA

Denii, ambil aja. Gue nggak enak sama lo. Gue udah bikin ulah.

 

DENI

Nggak papa. Namanya juga nggak sengaja.

 

HANA

Beneran??

 

DENI

Iya.

 

Hana memasukkan uang itu kedalam sakunya lagi.

 

HANA

Jadii, lo udah nggak marah lagi sama gue?

  

DENI

Nagapain juga gue marah.

 

Hana merasa lega Deni tidak marah lagi.

 

HANA

(Lega). Kalo gini gue jadi tenang(tersenyum). Gue makan ya ini.

 

DENI

Iya.

 

Deni senang bisa melihat Hana tersenyum saat ini.

Hana memakan makanan yang diberi Deni.

CUT TO

82. INT. DALAM RUMAH LEWIS 

Lewis sedang berkumpul bersama Yuda dan Toni.

Dia merencanakan sesuatu.

LEWIS

Yud, habis ini lo bantuin gue bikin poster. gue mau bikin turnamen tinju.

 

YUDA

Hah!(Terkejut). Yang bener lu bro. Kok tiba-tiba kayak gini.

 

LEWIS

Gue harus tanding lawan si Deni. Gue akan serius di turnamen ini.

 

YUDA

Apa nggak sebaiknya lo pikirin dulu? Masalahnya, lo bakal bikin sebuah kompetisi, udah pasti bakal banyak biayanya.

 

LEWIS

Soal itu nggak ada masalah, udah gue pikirin dari jauh-jauh hari. Yang penting lo sama Toni bantuin gue.

 

YUDA

Okelah. Kalo emang lo bener mau bikin nih kompetisi, nanti gue bantu buatin posternya sama Toni.

 

LEWIS

Kelas masih lama?

 

TONI

Masih. Tiga jam lagi kayaknya.


YUDA

Tumben semangat pingin kuliah. Biasanya paling males lu bro(bercanda).

 

LEWIS

Gue semangat karena pingin ketemu Hana, bukan kuliah.

 

YUDA

Yaelah, pantesan aja.

 

LEWIS

Yaudah, gue mandi dulu. Kalian kalau mau makan ambil aja di belakang.

 

YUDA

Siap aman.

 

CUT TO 

83. INT. DALAM KAFE – MEJA PEMBELI

Deni dan Hana masih berbincang.

 

HANA

Deni, gue mau bantuin lo kerja boleh?

 

DENI

Eh jangan. Kan lo kemarin habis masuk rumah sakit karena kecapekan.

 

HANA

(Menghela nafas)... Sebenernya, kemaren gue pingsan bukan karena capek sama aktivitas gue.

 

DENI

Terus?

 

HANA

Gue pingsan karena pikiran gue yang capek. Bayangin aja cobak, setiap kali orangtua gue pulang kerja selalu aja berantem, nggak pernah baik-baik aja.

 

DENI

Masalah apaan emang sampai tiap hari gitu?

 

HANA

Ya nggak tau. Padahal paginya mereka baik-baik aja, nggak tau kenapa setiap pulang kerja selalu aja ada masalah yang muncul diantara mereka. Gue nggak tau harus gimana.

 

Lanjut Hana bercerita.

 

HANA

Mungkin, kebanyakan orang lihat gue hidupnya bahagia karena keluarga gue kaya, tapi kenyataannya nggak gitu.

 

Deni terus mendengarkan curahan hati Hana.

 

HANA

Selama ini gue kuat-kuatin denger mereka berantem. Dan akhirnya kemarin pikiran gue udah nggak kuat.

 

Deni tampak tidak tega.

 

DENI

Saran dari gue sih, coba lo tanya ke mereka apa masalahnya sampai berantem gitu. siapa tau mereka cerita.

 

HANA

Udah, gue udah coba tanya. Tapi mereka cuma bilang nggak ada apa-apa, cuma masalah kecil.

 

DENI

Susah sih kalo gitu.

 

HANA

Yaa gitulah kehidupan gue.

 

Riki menghampiri Deni.

 

RIKI

Den!

 

DENI

Apa?

 

RIKI

Bantuin, udah rame ini. Malah duduk.

 

DENI

Oh, ok. Hana, gue kerja dulu ya. Tunggu bentar.

 

HANA

Iya.

 

Deni langsung pergi melayani pembeli.

Hana kembali duduk sendiri.

CUT TO(Tempat memesan)

Deni melihat kearah Hana.

Hana terlihat sedih, dia teringat saat kedua orangtuanya bertengkar.

Deni kemudian kembali menghampiri Hana.

CUT TO(Meja pembeli)

 

DENI

Hei, mau bantu?

 

HANA

Mau. Boleh emangnya?

 

DENI

Boleh. Ayo.

 

HANA

Oke. (Sangat bersemangat)

 

Terlihat wajah Hana sangat bahagia sekali bisa membantu Deni.

CUT TO(Meja Pembeli)

Deni mengajari Hana untuk melayani pembeli.

Deni tak sengaja menatap wajah Hana.

Lagi-lagi dia terpesona melihat wajah cantik Hana.

 

DENI

Astaga... Fokus fokus!

 

CUT TO(Tempat memesan)

Riki melihat Deni dan Hana seperti sepasang kekasih.

 

RIKI

Emang jodoh kayaknya mereka ini.

 

JUMP CUT TO

Satu jam berlalu, Hana dan Deni selesai melayani pembeli.

Mereka kembali duduk.

 

HANA

Ternyata, jadi barista gampang ya. Gue kira ribet.

 

DENI

Gimana nggak gampang, orang lo cuma ngelihatin doang.

 

HANA

Deni, itu namanya mempelajari. Nggak paham sih lo.

 

DENI

Yaudah, minum dulu biar nggak capek.

 

Hana minum.

 

DENI

Sekarang lo duduk aja disini, gue mau lanjut kerja dulu. Bentar lagi gue anterin ke kampus.

 

HANA

Oke. Semangat!

 

Deni tersenyum.

Dia lanjut bekerja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)