Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
82. ext. lorong rumah sakit - perawatan kelas 2 rsu - day
Setelah pemeriksaan di UGD, dokter yang menangani Wawa mengharuskan Wawa untuk dirawat inap, sebab ada kemungkinan Wawa akan ditranfusi. Itu sesuatu yang mengejutkan bagi Musa. Selama ini ia hapal betul kondisi kesehatan Wawa. Ia jarang sakit. Saking jarangnya Wawa sakit, dalam masa pancaroba sekalipun, ketika banyak orang di sekitarnya terkena pilek, Wawa selalu menjadi satu-satunya yang tidak terdampak.
Sang dokter juga meminta salah satu dari mereka untuk pergi ke PMI untuk mengecek ketersediaan golongan darah yang sesuai untuk Wawa.
ale
Aku aja yang ke PMI. Kamu sama Kinkin jaga di sini.
Sambil berjalan lunglai menyusuri Lorong rumah sakit menuju ruang perawatan, Musa menyerahkan kunci motornya pada Ale. Entah kenapa Musa tiba-tiba dilanda perasaan cemas.
FADE OUT.
FADE IN:
83. int. ruang perawatan kelas 2 rsu - day
Saat tiba di ruang perawatan dimana Wawa dipindahkan, ia mendapati sang kakak mulai sadar. KINKIN yang sejak tadi menemaninya bereaksi dengan cepat.
kinkin
Kak…kak Wawa bisa dengar aku?
Wawa mengejap-ngejapkan mata dengan gerakan lemah. Agak meringis karena rasa nyeri di bagian kulit yang ditembusi jarum infus.
wawa
Ngh…minum…
Kinkin bergegas mengambil sebotol air minum lalu membantu Wawa meminumnya.
musa
Wawa sudah sadar?
kinkin
(mengangguk) baru aja.
kinkin (cont’d)
Dokter bilang apa tentang keadaan kak Wawa?
musa
(menghela napas berat) katanya harus transfusi darah. HB-nya rendah sekali.
kinkin
Ya, Allah kok sampe harus ditransfusi, sih? Emangnya kondisi kak Wawa seburuk apa?
musa
Dokter belum bisa memastikan, katanya harus tunggu hasil lab keluar. Mungkin dua atau tiga hari. Tapi untuk sekarang ini Wawa harus menjalani tranfusi.
Musa duduk di salah satu kursi di dekat ranjang Wawa. Ia mulai merasa cemas.
musa (v.o)
Semoga bukan seperti yang aku takutkan. Ya Allah, semoga Wawa baik-baik saja.
84. ext. ruang tunggu perawatan kelas 2 RSU - night
Selama beberapa saat MUSA duduk dengan pikiran gelisah. Ia kemudian mengambil ponsel dari saku celana, lalu menggerak-gerakkan jari di layar. Musa menempelkan ponsel ke telinga dan menunggu selama beberapa saat hingga hubungan telepon tersambung.
musa
Assalamu alaikum, Afrah.
85. int. kamar afrah - night
AFRAH yang saat itu sedang duduk di meja belajar dan menulis sesuatu segera menengok ponselnya yang berbunyi.
afrah
(on phone)
Walaikum salam, ya Mus, ada apa? Kok kamu tumben nelpon jam segini?
intercut telepon musa dan afrah
musa
Iya, maaf kalau aku ganggu.
afrah
Nggak kok, santai aja. Jadi, ada apa?
musa
Kamu sehat, kan?
Suara Musa terdengar gugup.
afrah
Iya, alhamdulillah aku sehat, kok.
musa
Maaf ya, belakangan jadi jarang ketemu. Mungkin beberapa waktu kedepan juga bakal jarang ketemu.
afrah
(bingung)
Ada apa, sih? Kok kamu tiba-tiba ngomong gitu?
musa
Aku di rumah sakit.
afrah
(terkejut)
Penyakit kamu kambuh? Kamu di rumah sakit mana? Aku ke sana secepatnya.
musa
Bukan, bukan aku yang sakit, tapi Wawa. Tadi pagi dia pingsan di rumah. Jadi buru-buru kami bawa ke rumah sakit
afrah
Kak Wawa sakit apa?
musa
Belum tahu, masih harus tunggu hasil lab. Tapi Wawa harus menjalani tranfusi darah saat ini.
afrah
Ya Allah, aku kok jadi sedih dengarnya.
afrah (cont’d)
Kak Wawa dirawat di kamar berapa? Aku boleh jenguk, kan?
musa
Sekarang Wawa ada di kamar perawatan kelas 2 lantai satu.
afrah
Ya udah, besok insyaallah aku ke sana, ya.
Setelah mohon diri untuk menutup telepon dan mengucapkan selamat malam pada Afrah, Musa lalu memutuskan sambungan telepon.
86. int. ruang perawatan kelas 2 RSU - day
WAWA sedang berbaring sambil menyandarkan kepala di atas bantal yang tersusun. Satu tangannya terkunci pada selang infus dan transfusi.
Beberapa saat kemudian, MUSA dan AFRAH muncul bersama. Sejenak Wawa terpaku dan merasa mengenali gadis berhijab yang datang bersama Musa itu. Ketika Musa memberitahu Wawa tentang Afrah, barulah kemudian Wawa ingat.
Tetapi Wawa merasa bingung dengan kehadiran Afrah saat itu.
wawa
Jadi nggak enak nih ngerepotin.
afrah
Nggak ngerepotin kok, kak. Aku memang sudah lama kepingin ketemu kak Wawa, Cuma kemarin-kemarin belum sempat.
Afrah menyerahkan parcel buah yang ia bawa kepada Musa.
Musa meletakkan parcel itu di atas meja kecil di sebelah ranjang Wawa.
afrah (cont’d)
Waktu Musa kasih tahu kak Wawa masuk rumah sakit, aku pikir ini kesempatan yang bagus ketemu kak Wawa.
afrah (cont’d)
Bagaimana keadaan kak Wawa?
wawa
Alhamdulillah, sekarang sudah mulai baikan. Tapi katanya belum boleh pulang karena hasil pemeriksaannya belum keluar.
afrah
Semoga semuanya baik-baik saja, ya kak.
wawa
Iya, amiin.
wawa (cont’d)
Ngomong-ngomong, kalian sudah lama saling kontak lagi?
Wawa menatap Musa dan Afrah secara bergantian.
musa
Lumayan, sekitar empat bulanan lah.
wawa
(mengangguk pelan) lumayan lama juga, ya?
Dalam hati, entah mengapa Wawa merasa tidak terlalu senang dengan kenyataan itu.
87. int. ruang perawatan kelas 2 RSU - night
Ruang perawatan saat itu tidak terlalu ramai. Hanya ada tiga orang pasien, termasuk Wawa yang sedang menjalani rawat inap. Masing-masing mereka ditemani seorang penjaga.
KINKIN yang mendapat tugas jaga menggantikan MUSA. Ia tampak sedang memetik buah anggur dari tangkai.
kinkin
Jadi yang tadi jenguk kak Wawa itu dan bawa semua buah ini, ceweknya Musa ternyata.
Kinkin menyerahkan buah anggur pada Wawa.
kinkin (cont’d)
Pantesan Musa belakangan sering pergi-pergi.
Wawa mengambil buah anggur dari Kinkin.
wawa
Bukan ceweknya deh kayaknya, mereka temen SD. Aku ingat kok sama dia. Afrah punya kakak yang sekelas sama aku dulu.
Wawa memasukkan buah anggur ke mulut lalu mengunyahnya pelan-pelan.
kinkin
Tapi mereka deket, kan? Mungkin lagi pedekate?
Wawa menghela napas dengan gusar.
wawa
Nggak ngerti juga aku, Kin.
Kinkin memerhatikan Wawa.
kinkin
Kenapa? Kak Wawa nggak suka ya sama cewek itu?
wawa
(mengendikkan bahu)
Sebenarnya bukan nggak suka. Aku cuma ngerasa mereka nggak cocok. Nggak akan cocok.
kinkin
Emangnya cewek itu kenapa, Kak?
wawa
Afrah itu dari keluarga kaya. Bapaknya pengusaha, sekaligus pemuka agama. Aku tahu betul kayak apa gaya hidup mereka.
wawa (cont’d)
Sedangkan Musa, kamu tahu sendiri kan. Kerjanya serabutan.
kinkin
(mengerucutkan bibir) Musa sekarang kan punya usaha.
wawa
Yah, Kin itu kan usaha baru jalan. Untungnya aja belum kelihatan.
kinkin
Kok kak Wawa kedengarannya insekyur gitu sih?
wawa
(menghela napas)
Aku bukanya insekyur, Kin. Tapi realistis.
wawa (cont’d)
Tapi mudah-mudahan mereka cuma temenan deh.
88. int. rumah sakit umum - ruang dokter – next day
Besoknya WAWA dan MUSA berada di ruang dokter setelah mereka diminta untuk menemui DOKTER yang selama ini menangani Wawa. Wawa tidak lagi terikat pada selang sebab dua jam lalu selang infus dan selang transfusinya sudah dilepaskan.
Keduanya duduk berdampingan di hadapan sang dokter yang saat itu sedang menjelaskan tentang hasil lab Wawa.
dokter
Apa dalam keluarga kalian ada yang punya riwayat penyakit kelainan darah?
Sontak Wawa dan Musa saling tatap.
musa
Saya, dokter. Saya pernah didiagnosa menderita Thallasemia mayor.
dokter
(agak terkejut) oh, ya? Sejak umur berapa?
musa
Kalau gejalanya sejak umur saya tiga tahun. Saya sudah sering keluar masuk rumah sakit untuk transfusi. Tapi hasil diagnose positifnya itu tahun 2002, dokter.
dokter
Kamu sekarang menjalani perawatan apa?
musa
Tidak ada, dokter.
dokter
Maksudnya kamu berhenti atau bagaimana?
musa
Saya sudah tidak menjalani perawatan apa-apa sejak…yah sekitar enam belas tahun lalu.
dokter
(semakin terkejut) kok bisa? Kamu sembuh atau bagaimana?
Sebenanya sang dokter juga tidak yakin apakah Musa dinyatakan sembuh atau tidak, sebab sepanjang karirnya sebagai dokter spesialis kelainan darah, ia belum pernah mendengar keterangan seperti yang baru saja dikatakan Musa.
musa
Kalau masalah sembuh atau belum, saya juga tidak tahu pasti, dok. Soalnya saya sudah tidak pernah kontrol ke rumah sakit lagi.
musa (cont’d)
Karena sudah tidak pernah lagi muncul gejala seperti dulu, makanya saya putuskan untuk tidak kontrol. Toh saya merasa sehat dan tidak pernah jatuh sakit seperti dulu.
Kening sang dokter mengerut, bingung tapi merasa takjub juga.
dokter
Ya, meski begitu kamu sebaiknya tetap melanjutkan pemeriksaan nanti.
musa
(mengangguk)
Jadi, soal kakak saya bagimana, dokter?
dokter
Oh, iya hasil labnya… (terdiam selama beberapa saat)
dokter (cont’d)
Oke, saya to the point saja, ya? Berdasarkan hasil lab dari pemeriksaan tempo hari saudari Pandan Wangi ini mengalami Suspek Thallasemia.
musa
(terkejut) Thallasemia, dokter?
dokter
(mengoreksi) masih dalam level suspek. Tapi kemungkinan menjadi Thallasemia sangat besar.
dokter (cont’d)
Apalagi ternyata di keluarga kalian ada yang mengidap Thallasemia.
musa (v.o)
Ada yang Namanya buruk, ada yang Namanya relative buruk.
musa (v.o) (cont’d)
Yang baru saja kudengar dari dokter, melampaui segala kemungkinan terburuk yang sebelumnya terskenario dalam kepalaku.
musa (v.o) (cont’d)
Bayangkan salah satu orang yang kamu kasihi ditaruh di posisi di mana dulu kamu berada. Kamu tahu persis seberapa berat penderitaan yang harus ditanggung, rasa sakitnya, bahkan dampaknya pada mentalmu.
musa (v.o) (cont’d)
Ironisnya, kamu tidak bisa melakukan apa-apa.
Selama hampir satu jam Musa dan Wawa mendengarkan pemaparan dokter tentang kondisi Wawa, berikut tindakan-tindakan yang perlu mereka ambil untuk merawat penyakit itu.
Musa menyimak setengah perhatian. Bagaimana pun ia telah hapal kondisi itu.
On Wawa, ia tampaknya menyimak. Tetapi pikirannya menerawang.
89. int. ruang perawatan kelas 2 rsu - day
WAWA akhirnya diperbolehkan pulang setelah sebelas hari dalam perawatan. Tidak seperti biasa, Wawa lebih banyak diam. Ia tampak lebih banyak berpikir daripada mengobrol dengan adik-adiknya. MUSA memahami situasi itu. Hasil lab itu juga mengejutkan bagi Musa. Ia membiarkan Wawa dengan dirinya sendiri.
Menjelang siang itu, KINKIN membantu membereskan barang-barang Wawa, sementara Musa mengurus hal-hal yang berkaitan dengan administrasi.
Setelah semua urusan selesai, mereka akhirnya meninggalkan rumah sakit.