Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CON'T
Suka
Favorit
Bagikan
4. ACT 26-30

26. int. rumah musa – dapur/ruang makan - night

Hampir pukul tujuh. WAWA sedang sibuk di dapur. Ia memotong-motong kentang dan wortel untuk dibuat sop.

Dalam keluarga kecil yang hanya beranggotakan tiga orang, yaitu WAWA, MUSA, dan KINKIN, punya tugas masing-masing. Wawa, selain berperan sebagai tulang punggung keluarga, ia juga bertugas memasak dan menyiapkan segala keperluan rumah tangga, termasuk menyiapkan sarapan untuk kedua adiknya sebelum ia berangkat untuk mengajar. Musa dapat tugas jaga rumah dan bersih-bersih, sedangkan Kinkin bertugas untuk mencuci piring dan membereskan peralatan makan.

Makan malam dimulai setiap pukul setengah delapan. Wawa menghidangkan makanan sesuai yang tertera dalam daftar menu yang sudah ia siapkan. Ayam goreng, sop, dan sambal. Masing-masing mereka punya selera berbeda.

Kinkin lebih suka ayam tidak dibumbui dan langsung digoreng sampai benar-benar garing. Sedangkan Musa tidak begitu peduli pada tekstur ayam, yang penting ada sambal khas Musa-nya.

 

(INSERT) gambar Musa yang sedang menumis sambal di wajan yang pedasnya menyebar satu rumah dan menyengat para penghuninya hingga bersin-bersin.

Wawa sendiri lantaran suka makanan yang manis-manis, ia sering menambahkan kecap.

Semua sudah menghadapi hidangan masing-masing sesuai pesanan. Makan malam dimulai agak riuh. Meskipun mereka hanya bertiga. Obrolan-obrolan ringan mengalir di antara kegiatan mengisi piring dengan nasi, mengambil lauk, meletakkan sendok di piring, bahkan di sela-sela suapan.

27. int. rumah musa – ruang makan - continous

Kinkin mengunyah makanan dengan nikmat.

kinkin

Padahal cuma hidangan sederhana, tapi kalo kak Wawa yang masak itu rasanya kok beda banget, ya? Enaknya kebangetan.

Kinkin berkata dengan ekspresi gemas. Musa sambil menjawil potongan ayam yang ukurannya agak besar, ia lalu mencelupkannya ke sambal super pedas.

 

musa

(kepada Wawa) kamu nggak kepikiran buat buka usaha kuliner gitu?

Wawa meneguk air dingin dari gelas hingga setengahnya.

wawa

Nggak tuh, aku masih senang ngajar.

kinkin

(kepada Wawa) Tapi sayang loh, kak skill masak sebagus kak Wawa Cuma buat konsumsi pribadi.

 

Wawa hanya tersenyum menanggapi.

Satu per satu mereka kemudian selesai. Kinkin yang sudah hapal betul tugasnya, tanpa perlu diberi komando, langsung bangkit dan segera membereskan piring-piring kotor lalu membawanya ke wastafel dapur. Ia selalu berusaha untuk tidak menunda-nunda cuci piring.

(INSERT) Kinkin yang berkata dengan nada dramatis “Aku nggak suka diteror sama tanggung jawab yang belum selesai.”

 

28. int. rumah musa – kamar musa – night  

Hampir pukul sepuluh, MUSA belum juga tidur. Ia sebenarnya tidak berniat tidur lebih awal lantaran asyik menonton serial anime di ponsel.

CLOSE ON ponsel Musa yang sedang menayangkan sebuah serial anime.

Beberapa saat kemudian, sebuah notifikasi muncul dilayar.

 

CLOSE ON layar ponsel Musa yang menunjukkan notifikasi pesan WhatsApp dari Afrah. Ia menatap layar ponsel dengan bingung.

 

musa

Afrah nge-chat? Kenapa, ya?

Ia cepat-cepat bangkit lalu membuka pesan itu dan membacanya.

CLOSE ON pesan Afrah yang berbunyi “besok ketemuan, ya. di kafe favoritku. Siang, sekitar jam satu. Nanti aku Share-lok.”

Musa menatap isi chat itu selama beberapa saat sebelum dia membalasnya.

CLOSE ON layar ponsel Musa berisi pesan balasan untuk Afrah “Iya,insyaAllah aku datang.”

Musa menjatuhkan kembali tubuhnya ke kasur. Perasaannya melambung. Musa meraba dadanya. Ia berdebar-debar

musa (v.o)

Jadi, bagaimana sebenarnya cinta tercipta? Apa algoritmanya?

musa (V.o) (cont’d)

Aku merasakan buncahan rasa aneh pada Afrah, seperti jatuh begitu saja dari langit. Sejak mendengar Afrah berkata bahwa dia mencari-cariku salaam ini.

musa (v.o) (cont’d)

Ada sensasi aneh yang melilit dalam dadaku.

Musa menyalakan layar ponsel untuk melihat jam.

CLOSE ON waktu di layar menunjukkan pukul sepuluh lewat tujuh.

musa

Duh, masih lama banget paginya.

Musa meletakkan ponsel di dada. Entah mengapa setiap detik yang berlalu mendegubkan jantungnya.

Musa menatap langit-langit. Ia seolah melihat wajah Afrah dilukis di sana.

 

29. int. rumah musa – dapur/ruang makan - morning

Setelah mandi dan salat subuh, WAWA langsung terjun ke dapur untuk membuat sarapan.

Wawa tampak sedang khusyuk memotong-motong daging ayam fillet. Ia berencana membuat ayam saos asam manis.

Sebab Wawa bukan tipe pemasak yang senang memberantakkan dapur saat sedang memasak, ia tak pernah menyiapkan bahan-bahan yang ia perlukan di meja dapur.

Wawa akan mengambil bahan-bahan sesuai menu yang tertera di kepalanya, tepat seperti yang ia butuhkan.

 

MONTAGE: Proses Wawa memasak ayam saos asam manis:

- Pertama-tama Wawa menaburkan bumbu berupa garam, merica, ketumbar, pala, jintan bubuk dan kapulaga pada potongan ayam yang sudah ia pindahkan ke mangkuk stainless steel. Wawa lalu mengaduknya.

- Sementara menunggu proses marinasi, Wawa kemudian ia menyalakan kompor dan menaikkan wajan di atas tungku. Dituangkannya sedikit minyak kedalam wajan.

- Setelah yakin minyaknya sudah agak panas, pelan-pelan memasukkan potonga ayam marinasi untuk kemudian di-grill dengan api rendah.

- Wawa lalu mencincang bawang Bombay dan bawang putih. Sesekali ia membalik-balikkan potongan ayam yang mulai tampak kecoklatan.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN—

- Setelah semua ayam matang, Wawa memindahkannya ke mangkuk keramik dan menyisihkannya.

 

- Hasil cincangan bawang tadi kemudian ia masukkan ke dalam wajan berisi sisa minyak untuk mengrill tadi, kemudian ia menumis bawang itu hingga harum.

- Sementara menumis, Wawa memasukkan air kaldu secukupnya. Kemudian menambahkan saos tomat, garam, merica bubuk, ketumbar bubuk, dan gula. Lalu mengadul semuanya dan membiarkannya agak menyusut.

- Setelah itu Wawa memasukkan ayam yang digrill tadi kedalam saos dan mengaduknya rata.

- Begitu semua proses itu selesai, dengan sigap Wawa memindahkannya ke mangkuk saji dan segera menghidangkannya di meja makan.

 End of Montage

30. int. rumah musa – ruang makan - continous

Di meja makan, MUSA dan KINKIN rupanya sudah menunggu. Sebelumnya Kinkin telah menata peralatan makan untuk mereka masing-masing.

Setelah Wawa meletakkan mangkuk berisi ayam saos asam manis itu di atas meja, sarapan pun dimulai. Kinkin memasukkan suapan pertama ayam it uke mulutnya.

kinkin

Enak banget ihh…

Kinkin lalu memasukkan suapan kedua. Wawa tersenyum geli melihat tingkah Kinkin lalu memasukkan suapan pertamanya juga.

 

wawa

Bon apetit…

kinkin

(berdendang) senangnya dalam hati, kalau tiap hari makan ayam…

Musa dan Wawa tertawa menyaksikan tingkah si bungsu.

wawa

(kepada Kinkin) ngomong-ngomong kamu nggak ada kuliah hari ini?

kinkin

Ada, tapi nanti siang.

Kinkin memutar ayam itu di dalam mulut untuk memastikan semua penjuru merasakannya.

kinkin (cont’d)

Aku masih bisa balik tidur lagi habis ini, ha ha ha ha

wawa

(dengan nada bercanda)

Hmmm…pantesan tambah bulat.

kinkin

(mendelik) ihhh, bukan bulat, kak. Gemoy,pulen. Kiyut.

 

Wawa tergelak.

musa

(kepada Kinkin) siangnya jam berapa?

kinkin

Ya, sekitar jam satu lah.

musa

Oh, kalau gitu sekalian aja nanti aku drop kamu ke kampus.

wawa

(kepada Musa) kamu mau keluar?

musa

Iya, ada janji sama orang.

Tanpa sadar segaris senyum muncul di wajah Musa.

kinkin

Dih, tumben-tumbenan janjian di luar. Biasanya suruh datang ke rumah.

kinkin (cont’d)

Kamu lagi janjian kencan, ya?

musa

Huss, sembarangan. Siapa yang mau kencan, sih?

kinkin

Ya kali. Lagian nggak apa-apa juga tau. Kamu jadi ada progress. Daripada jadi penghuni rumah melulu, jadi bujang lapuk, diobral sama panci dua aja nggak laku.

musa

(dengan nada jenaka) Wuihh, sadis bener diobral sama panci dua.

kinkin

Ya makanya bikin progress, dong, mas-mas kepala tiga.

Musa pura-pura memasang tampang serius, berkata dengan nada berkelakar kepada Wawa.

 

musa

Wa, kayaknya adik bungsu kita udah cukup umur, deh buat dimasukin ke pegadaian.

wawa

(berinprovisasi)

Hmmm…kalo gitu nanti aku siapin berkas-berkasnya habis itu kita bawa ke juru taksir.

musa

Segera, Wa! Segera!

 

wawa

(berusaha menahan tawa)

Sip! Kira-kira nanti ditaksir berapa, ya?

Kinkin memasang tampang kucing Persia yang minta dielus.

kinkin

Iiihh…kalian kok tega sih? Masa aku yang imut dan menggemaskan ini mau dimasukin ke pegadaian?

 

Musa dan Wawa kompak tertawa.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)