Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CON'T
Suka
Favorit
Bagikan
9. ACT 64-72

64. int. rumah musa – kamar wawa – night

Kamar tidur WAWA adalah kamar terbesar di rumah itu. Dulunya milik orang tua mereka. Namun setelah keduanya meninggal, mereka sepakat agar kamar itu ditempati Wawa.

Ruangan itu tampak apik dengan penataan yang rapih dan estetik. Dindingnya dicat berwarna beige. Pada beberapa bagian bagian dinding, terpajang hiasan berupa-rupa foto bernuansa monokrom.

Kamera bergerak perlahan-lahan memperlihatkan setiap bagian kamar tidur lalu perlahan mengarah kepada Wawa yang saat itu sedang duduk di kursi di depan meja belajar.

Dalam benak, Wawa kembali mengingat pengakuan Ale di ruang tengah beberapa saat lalu.

Batin Wawa gelisah. Hatinya nelangsa. Sejak awal Wawa memang tidak pernah legowo dengan pernikahan Ale dan Hafsa yang menurut Wawa terlalu timpang.

cut to:

65. int. rumah musa – ruang tengah – afternoon – (flashback)

Tahun 2017

ALE tampak bersemangat menjelaskan kepada WAWA dan IBU tentang profil gadis yang akan menjadi istrinya. Ale mengenal gadis itu tiga bulan lalu dari salah seorang teman.

Wajah Wawa berubah agak cemberut.

wawa

Apa nggak terlalu cepat? Kamu kan masih muda. Kerja juga baru setahun. Mending kamu nabung dulu.

ibu

Iya, ibu setuju. Yang dibilang Wawa memang benar.

ale

Tapi bu, aku sudah sreg sama gadis ini.

wawa

Menikah kan bukan Cuma soal sreg atau tidak. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, Le. Salah satunya mapan.

ale

Orang tua gadis itu nggak menuntut supaya aku mapan dulu. Buat mereka yang penting calon mantunya salatnya rapih, punya penghasilan. Urusan mapan, insya Allah kalau memang rezeki pasti ada jalannya.

ale (cont’d)

Meskipun gadis itu dari keluarga berada, tapi mereka paham agama. Mereka nggak akan memberatkan soal mas kawin.

ibu

Yah, kalau memang begitu ya sudah. Ibu ndak mau tahan-tahan kamu untuk niatan baik.

ale

(senang) Alhamdulillah. Makasih, ya bu. Insya Allah ibu, sama kak Wawa nggak akan kecewa sama gadis ini.

cut to:

66. int. rumah musa – ruang tengah – night – (flashback)

Senyatanya WAWA kecewa. IBU kecewa. Baru sebulan usia pernikahan, HAFSA sudah menunjukkan tabiatnya yang membuat Ibu hanya bisa mengelus dada.

Wanita itu berbanding terbalik dengan semua yang dikatakan Ale. Ia manja dan suka menyuruh-nyuruh. Nyaris tidak punya rasa hormat pada Ale.

wawa

Mereka mungkin nggak akan bertahan lama, bu.

ibu

Ibu tau kamu kecewa sama putusan adek kamu. Tapi, doanya jangan yang jelek-jelek.

wawa

Aku nggak doa yang jelek-jelek, bu. Tapi coba ibu lihat sendiri model pernikahan mereka. Istri kalau sudah nggak punya rasa hormat sama suami, nggak akan langgeng, bu.

ibu

Udah, udah. Kita doakan supaya mereka baik-baik saja, ya?

67. ext. lokasi car free day - morning

FADE IN:

START MUSIC

Suasana Minggu pagi itu semarak. Banyak orang yang lalu-lalang sambil menikmati keceriaan. Beberapa orang terlihat sedang bersepeda, ada juga yang berkumpul di lapak jajanan. Bahkan banyak orang yang berkumpul di lapak seorang pawang ular yang sedang memamerkan atraksinya bersama ular piton yang eksotis.

MUSA dan AFRAH berjalan berdampingan menikmati hiruk-pikuk keramaian. Ketika melihat wahana odong-odong, seketika Musa mengajak Afrah menghampiri wahana itu. Musa menyapa semua anak yang sedang menikmati wahana itu sambil membuat wajah lucu dan membuat beberapa anak tertawa. Afrah yang melihat adegan itu tersenyum penuh geli.

68. ext. lokasi car free day - continous

Beberapa maat kemudian, Musa mengajak Afrah untuk beristirahat di salah satu lapak penjual syomai. Afrah menyambut dengan semangat.

Musa kemudian memesan dua porsi lengkap, lalu ia dan Afrah mengambil tempat di salah satu kursi plastik yang berjejer di dekat gerobak si abang-abang tukang siomay.

69. ext. lokasi car free day – gerobak penjual siomay - continous

 

musa

Maaf ya, cuma ngajak kamu ke sini.

Afrah menggeleng dengan gerakan pelan lalu tersenyum.

afrah

Nggak apa-apa kok. Main ke tempat kayak gini seru juga.

musa

Yah, syukurlah kalau kamu senang. Awalnya aku pikir kamu bakalan ngerasa nggak enak karena aku nggak pernah ngajak kamu ke tempat-tempat berkelas kayak mall atau tempat sejenisnya.

afrah

Santai aja, Mus. Aku nggak pernah protes mau diajak kemana juga. (beat) having quality time itu nggak selalu tentang tempatnya, tapi juga dengan siapa.

afrah (cont’d)

Percuma kan jalan-jalan ke tempat berkelas atau ke mall sama orang yang nggak bisa bikin hati kita Bahagia?

musa

Jadi maksud kamu, kamu bahagia gitu jalan sama aku?

afrah

(tersipu) menurut kamu kenapa aku masih saja betah ikut kamu kemana-mana?

Seketika Musa seperti merasakan ada kawanan lebah bangkit dan menghantam perutnya.

musa (v.o)

Ya, Tuhan! Lihat ekspresi itu. Manisnya. Maniiiiiis banget.

Sekuat tenaga Musa berusaha menyembunyikan ekspresinya.

Jeda sejenak ketika abang tukang syomai membawakan pesanan mereka. Ia mengangsurkan gelas plastik berisi siomay.

abang tukang siomay

Mari mas, mbak.

musa & afrah

Makasih, bang.

Musa dan Afrah lalu mulai menikmati siomay mereka masing-masing.

afrah

(sambil mengunyah) ngomong-ngomong, kamu tadi kelihatan kayak enjoy banget main sama anak-anak. Kamu suka anaka-anak?

Musa memasang tampang seperti pendongeng.

musa

Gimana ya negejelasinnya (beat) aku suka melihat keceriaan mereka.

musa (cont’d)

Aku suka melihat mereka happy waktu lagi main. Soalnya aku suka membayangkan ‘begini kali ya rasanya main sepuaspuasnya’?

musa (cont’d)

Yah, kamu kan tahu sejak kecil kerjaanku Cuma keluar masuk rumah sakit. Nggak ada kesempatan buat main. Apalagi permainan yang menguras tenaga, ibuku mana mau kasih izin.

afrah

Terus, kalau kamu lagi suntuk, lagi bosan, kamu ngapain?

musa

Yah, paling baca buku, baca ensiklopedia, atau ngisi TTS.

afrah

(tercengang) serius ngisi TTS?

musa

(mengangguk mantap) jujur ya, itu kegiatan yang paling aku suka.

afrah

Ngisi TTS itu?

musa

(mengangguk) iya. Sampai sekarang pun masih.

afrah

(tertawa lepas) astaga! Ya Allah! Kamu tuh unik banget tahu nggak sih?

70. ext. lokasi car free day – gerobak penjual es tebu - continous

Setelah menghabiskan siomay mereka, Musa dan Afrah kemudian beranjak untuk mencari minuman.

Sebuah gerobak yang menjual air tebu seketika menarik perhatian Afrah. Ia lalu mengajak Musa untuk mampir ke gerobak itu.

Mereka pun memesan dua gelas air tebu.

afrah

Penasaran deh gimana rasanya?

musa

(heran) kamu nggak pernah cobain tebu?

afrah

Pernahlah, tapi tebu yang itu kan mesti digigit dulu, terus disap-isap. Kalau yang ini, kan tinggal kita minum. Kesannya pasti beda.

Abang penjual es tebu itu kemudian mengangsurkan dua gelas kepada mereka. Afrah begitu bersemangat dan seolah tidak sabar ia langsung menyeruput es tebu itu dari sedotan. Seketika ia membuat ekspresi seperti orang menahan rasa kecut.

afrah

Nnnggggg… manis banget

musa

Kenapa? Kamu nggak suka ya? (menyeruput es tebunya juga) iya, ya manis banget.

abang penjual es tebu (o.s)

Namanya juga tebu, mas (terkekeh)

musa

Iya juga sih, bang, hehe.

71. ext. lokasi car free day – bangku taman - continous

Musa dan Afrah kemudian beranjak dari gerobak penjual es tebu. Keduanya mencari tempat teduh untuk beristiraha dan mengobrol. Afrah bersandar pada bangku taman.

afrah

Lumayan capek juga, ya (beat) tapi menyenangkan

afrah (cont’d)

Enak ya, kalau bisa bebas kemana-mana?

Afrah menggerak-gerakkan es batu dalam gelas plastik. Musa menatap Afrah bingung.

musa

Maksudnya?

afrah

(menghela napas) yah, menyenangkan bisa bebas jalan-jalan kayak gini, nggak usah minta izin sama siapa-siapa.

musa

Memangnya kamu nggak bebas pergi kemana-mana? Mesti izin dulu?

afrah

Yah, dulunya.

musa

mesti izin sama siapa? Abba kamu?

Afrah menggeleng. Musa memusatkan perhatian pada Afrah.

afrah

Suami.

musa

Hah? Kamu udah nikah? (syok)

afrah

Iya (beat) tapi sekarang udah nggak

Afrah menurunkan nada suaranya sehingga nyaris seperti berbisik. Musa berusaha menenangkan diri.

musa

Oh.

afrah

(menatap Musa) kamu kaget, ya?

musa

Iyalah. Sebulan belakangan jalan bareng kamu, terus tahu-tahu kamu bilangnya udah nikah. Siapa yang nggak kaget.

afrah

Hmmm…sorry nggak ngasih tahu dulu. Takutnya nanti kamu nggak mau dekat-dekat sama janda kayak aku.

72. ext. lokasi car free day – bangku taman- day

Rasa canggung yang begitu kentara, meliputi MUSA dan AFRAH seketika itu juga. Seperti ketika seseorang mengucapkan sesuatu yang tidak pantas dan antmosfer seketika tercoreng olehnya.

afrah

Kamu marah, ya?

Musa membersihkan tenggorokan.

musa

Nggak kok. Aku bukannya marah, Cuma syok.

musa (cont’d)

Jadi…kenapa kamu pisah? Apa yang terjadi?

afrah

(mengendikkan bahu) aku udah nggak sanggup hidup dalam pernikahan sama orang yang sama sekali aku nggak cinta.

musa

(mengerut bingung) memang dulunya kamu nikahnya gimana?

afrah

Dijodohin sama Abba.

afrah (cont’d)

Aku baru lulus mondok waktu itu. Rencananya mau kuliah jurusan yang sama kayak kakak-kakakku. Nggak tahu kenapa Abba malah jodohin aku.

musa

(ragu) kalian punya anak?

afrah

(menggeleng) dan aku bersyukur karena itu.

Setelah itu, tidak ada lagi yang mereka bicarakan.

Musa menemani Afrah duduk di bangku taman hingga mobil yang dipesan Afrah secara online tiba.

Beberapa saat kemudian ketika mobil itu tiba, Musa mengantar Afrah sampai Afrah masuk kedalam mobil.

afrah

Nanti aku telfon, ya?

Afrah hendak menutup pintu mobil.

musa

Iya.

Afrah melambaikan tangan dari dalam mobil yang dibalas Musa dengan lambaian tangan tanpa semangat.

 

 

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)